KUNINGAN (MASS) – Tahun Baru Islam, atau 1 Muharram, menjadi momen penting bagi umat Islam untuk merenungkan diri dan berintrospeksi. Selain sebagai awal tahun baru dalam penanggalan Hijriyah, 1 Muharram mengingatkan kita akan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW yang sarat akan nilai-nilai perjuangan, pengorbanan, pengabdian, dan semangat untuk memulai lembaran baru.
Dalam konteks kekinian, semangat hijrah dapat dimaknai sebagai semangat untuk melakukan perubahan positif, termasuk dalam hal mencintai alam dan lingkungan.
Saat ini, dunia sedang menghadapi krisis lingkungan yang parah. Pemanasan global, perubahan iklim, polusi, penggundulan hutan, dan kepunahan spesies mengancam keberlangsungan hidup manusia, dan makhluk hidup lainnya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 56, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Krisis ekologi yang tengah terjadi saat ini diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan, seperti eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, penggunaan bahan bakar fosil, dan pembuangan limbah yang tidak bertanggung jawab.
Sebagai Muslim, kita memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan melestarikan alam. Al-Quran dan hadits mengajarkan kita untuk mencintai dan menghormati alam sebagai ciptaan Allah SWT. Alam diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk dieksploitasi secara berlebihan.
Rasulullah SAW juga memberikan teladan dalam menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Semangat hijrah Rasulullah SAW dapat menginspirasi kita untuk mengubah cara kita memperlakukan alam secara positif. Hijrah bukan hanya perpindahan fisik, tetapi juga perpindahan dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan baik. Dalam konteks lingkungan, hijrah dapat diartikan sebagai perubahan dari gaya hidup yang merusak lingkungan menjadi gaya hidup yang ramah lingkungan.
Bayangkan setiap perjalanan ke kantor, sekolah, atau tempat lainnya sebagai langkah kecil dalam menyelamatkan bumi. Daripada terjebak macet di belakang kemudi mobil pribadi, kita bisa memilih transportasi umum atau sepeda. Selain mengurangi polusi udara, kita juga menjaga kesehatan dengan berolahraga ringan.
Tidak hanya itu, atap rumah kita juga bisa menjadi sumber energi bersih dengan panel surya, menggantikan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Di dalam rumah, setiap tetes air yang kita gunakan adalah anugerah. Mematikan keran saat menggosok gigi, menambal pipa yang bocor, dan memanfaatkan air hujan untuk menyiram tanaman merupakan cara sederhana namun bermakna untuk menjaga ketersediaan air bersih.
Sampah dapur pun bisa menjadi “emas” jika kita mengolahnya menjadi kompos, menyuburkan tanah, dan mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA). Bahkan dengan sentuhan kreativitas, dari sampah bisa menghidupkan ekonomi keluarga.
Mari jadikan pekarangan rumah sebagai paru-paru kecil bagi bumi. Setiap pohon yang kita tanam adalah investasi untuk masa depan, menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen yang kita hirup. Akarnya yang kuat menjaga tanah dari erosi, sementara ranting-rantingnya menjadi rumah bagi burung-burung yang berkicau riang.
Tidak hanya itu, pilihan kita saat berbelanja juga menentukan nasib bumi. Dengan memilih produk ramah lingkungan, kita mendukung produksi yang berkelanjutan, mengurangi limbah berbahaya, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Setiap produk yang kita beli adalah suara kita untuk masa depan yang lebih hijau, warisan berharga untuk anak cucu kita.
Umat Islam memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan. Sebagai umat mayoritas penduduk Indonesia, kita dapat berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi krisis lingkungan. Kita dapat melakukannya dengan berbagai cara, seperti menjadi agen perubahan dengan memberikan contoh kepada masyarakat tentang gaya hidup yang ramah lingkungan, membangun cara pandang baru tentang semangat menjaga lingkungan.
Kita juga bisa mengedukasi masyarakat dan mengajak mereka untuk melakukan perubahan positif, berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan seperti penanaman pohon, bersih-bersih sungai, dan kampanye lingkungan. Selain itu mendukung kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk melindungi ekosistem lingkungan.
Diluar itu, kita bisa pro aktif memberikan masukan kepada pemerintah mengenai kebijakan lingkungan yang lebih baik, baik lingkungan yang terkait industri, pariwisata, budaya, pendidikan, infrastruktur, dll.
Dengan demikian, menyambut 1 Muharram merupakan momen yang tepat untuk merefleksikan diri tentang bagaimana kita memperlakukan alam.
Mari jadikan 1 Muharram sebagai awal hijrah kita menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan untuk menjaga bumi tempat berpijak yang kita cintai.
AA Ade Kadarisman (Founder Prakarsa Akar Bumi & Pegiat Komunikasi, Inovasi dan SDGs)