KUNINGAN (Mass)- Teater Lintas Ruang Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unikui sukses mementaskan “Dalam Ruang Terbatas”. Pentas ini dihelat di Gedung Kesenian Raksawacana Kuningan Kamais lalu.
Meskipun dipentaskan hanya dalam satu ( hari, tetapi animo apresiator sangat tinggi. Ini terbukti bangku penonton di gedung kesenian mmebludak. Adapun kapasitas gedung dalah 400 penonton.
“Penonton sangat penasaran dengan pementasan yang berisi durasi 1 jam 30 menit itu . Bahkan ada yang dari luar kotapun datang jauh- jauh untuk menonton pementasan tersebut,” ujar Assisten Sutradara Aditya Toharudin Minggu (23/4).
Pementasan yang mengusung tema “Hybird We Move And Coloring “ tersebut, dapat membawa hanyut penonton terhadap jalannya pementasan.
Dalam pementasan kali ini, Aditia dan Raka selaku asisten sutradara dan sutradara mengusung atau mencoba menghadirkan hal- hal baru. Dalam pementasan tersebut memadukan antara tari, musik, akting dan physicaltheater. Lebih dari itu pihaknya menggunakan blocking karikatural dalam mementaskan naskah drama tersebut.
Sementara itu, Ipung Selaku Aktor Teater mengatakan, Teater Lintas Ruang telah menujukan keseriusannya dalam berproses. Meski teater baru yang terbentuk dari ujian mata kuliah drama, tapi keartistikan garapan dipertimbangakan dengan matang.
Beberapa eksperimen pemanggunganpun dimunculkan demi menutupi beberapa celah kekurangan untuk menutupi dalam hal pemeranan. Teater lintas ruang telah berani mengeluarkan bakat- bakat terpendam menjadi sebuah garapan pemanggungan.
“Penulis novel Sebuah Wilayah Yang Tidak Ada DI Google Earth Pandu Hamzah sangat memuji Pementasan ini yang dinilinya disuguhkan sangat apik,” ujarnya.
Bukan hanya Pandu Hamzah, Zeze Guru salah satu penerima penghargaan MOP Dunia di Arab Saudi, menambahkan, pementasan yang dilakukan benar- benar total, detail dan matang serta warna baru bagi pertunjukan teater di Kuningan.
“Saya meyakini akan terjadi kebangkitan dunia teater di Kuningan. Kedepannya bakal melahirkan seniman- seniman Indonesia yang totalitas dalam berkarya. Semoga seni teater semakin digemari dan bisa bersinergi dengan kegitan literasi yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah,” sebutnya.
Dalam hal apapun, jangan takut untuk otodidak dan jadilah generasi “amatir” yang akan terus belajar dan berkarya. Sudah saatnya generasi muda harus memulai membuka pikiran terhadap hal- hal yang ada.
Jangan memandang hanya dari satu sudut pandang. Tetapi, coba pandang dari semua sudut pandang. Semoga generasi muda di Kuningan umumnya di Indonesia bisa menjadi generasi yang kreatif, sehat, berkarakter dan cerdas guna menyongsong bonus demografi yang sedang dan akan kita dapatkan. (agus)