KUNINGAN (MASS)- Sebanyak 170 mahasiswa dengan latar belakang fakultas dan program studi yang berbeda se-Universitas Kuningan, mengikuti acara “Ngobong”. Acara ini dilaksanakan selama dua hari Jumat dan Sabtu (5-6/10/2018).
“Ngobong terdengar seperti istilah yang mempunyai makna bakar atau pembakaran. Begitulah penafsiran umum mengenai istilah ‘ngobong’. Memang acara yang dilaksanakan Dapur Sastra ini tidak jauh dari pemaknaan itu. Di dalamnya terdapat prosesi pembakaran yang mempunyai filosofi ‘Membakar semangat, dan merekatkan manusia Dapur Sastra’ layaknya kobongan (pembakaran) batu bata, yang menguatkan tekstur batangan tanah,” ujar Panpel Endro Setiana selaku ketua pelaksana Ngobong 2018 saat dimintai keterangannya, Rabu (10/10/2018).
Acara rutin yang dilaksanakan setahun sekali ini merupakan acara makrab-nya (malam keakraban) anggota Dapur Sastra. Di acara inilah anggota baru Dapur Sastra dikumpulkan dan didekatkan dengan orang-orang yang telah lebih dulu berkutat didalamnya, dan utamanya didekatkan dan dikenalkan dengan kehidupan atau kegiatan di Dapur Sastra.
“Dengan bertemakan ‘Langkah Harmoni 5 Wajah’. Kegiatan ngobong tahun ini berusaha mengingatkan kembali manusia-manusia di Universitas Kuningan, khususnya anggota baru Dapur Sastra bahwa keharmonisan itu akan bisa terwujud sekalipun itu dalam perbedaan. “Langkah harmoni lima wajah mempunyai makna, proses perjalanan yang saling melengkapi satu sama lain untuk suatu karya atau pementasan,” ujarnya.
Lebih jauh, sambung mahasiswa dari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) itu, menjelaskan, selaras dengan semangat Dapur Sastra, dalam salah satu bait mars-nya “Satukan perbedaan kita. Satukan persaudaraan kita. Kepalkan semua tangan kita. Kita semua pasti bisa”.
“Di dalam Dapur Sastra sendiri terdapat unit atau badan yang mempunyai fokus pada bidang kesenian tertentu. Unit itu dikenal dengan sebutan ‘daek’ (dapur ekspresi). Setidaknya ada 5 daek yang hidup bersama di atap Dapur Sastra, daek semu (seni musik), daek seri (seni tari), daek sepan (seni peran), daek sebah (seni bahasa), dan daek seru (seni rupa). Kelima unit itu akan mengolah bahan-bahan dibidangnya, dan ketika semuanya diramu akan menjadi satu sajian atas nama “Dapur Sastra”,” jelasnya.
Ditambahkannya, Ngobong yang diselenggarakan dua hari satu malam itu dimulai dengan acara selayang pandang mengenai dapur sastra, melalui aksi teatrikal yang disajikan anggota dapur sastra. Dilanjut dengan proses ‘pe-ngobongan’ penyalaan api unggun, dan diakhiri dengan pentas seni yang dilaksanakan peserta ngobong di keesokan harinya.
“Tidak ada suatu karya atau pementasan yang tidak disiapkan dengan sungguh-sungguh, semuanya itu perlu proses yang ideal dan serius sesuai dengan kebutuhan karya dan pementasan. Mari kita bangun semangat kita, mari kita berproses bersama, mari kita belajar bersama dan, mari kita berkarya bersama. Selamat datang dirumah kami tercinta Dapur Sastra Universitas Kuningan.” Lanjutnya, sambil kembali mendendangkan mars Dapur Sastra “Satukan perbedaan kita. Satukan persaudaraan kita. Kepalkan semua tangan kita. Kita semua pasti bisa”,” ujar dia mengakhiri. (agus)