KUNINGAN (MASS) – Himpunan Mahasiswa Filsafat (HIMAFIL) IAIN Syekh Nurjati Cirebon melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat Desa Kertaunggaran, Kecamatan Sindangagung, Kabupaten Kuningan. Kegiatan itu diberi nama “WARASPATI BERKELANA” dengan tema AKSIOMA (Aksi Sosial Mahasiswa). Kegiatan Waraspati Berkelana ini fokus dalam tiga bidang yaitu Bidang Pendidikan, Bidang Keagamaan dan Bidang Sosial dan Kewirausahaan.
Tulisan ini kami buat dengan upaya untuk mengenalkan eksistensi Desa Kertaungaran mulai dari kebiasaan serta usaha-usaha masyarakat dalam perekonomian yang sampai saat ini masih dilaksanakan. Secara Geografis Desa Kertaungaran memiliki 5 Dusun yaitu Dusun Pahing, Dusun Puhun, Dusun Wage, Dusun Manis dan Dusun Kliwon dan memiliki 1224 Kepala Keluarga. Kegiatan ini terhitung dibuka pada tanggal 27 Maret hingga ditutup pada tanggal 31 Desember 2024.
1. Bidang Sosial dan Kewirausahaan
Adapun tujuan dari Divisi Sosial dan Kewirausahaan adalah menggali informasi mengenai Geografis, mata pencaharian, dan usaha usaha yang dilakukan oleh masyarakat desa. Selain menggali informasi kami juga belajar bersosial mulai dari berinteraksi dengan masyarakat, diskusi sederhana terkait kehidupan bermasyarakat, kami juga melakukan praktik langsung yaitu dengan membantu mereka dalam hal pertanian, perternakan, dan kebersihan.
Kami pun menyambangi Dusun Pertama dan bersilaturahmi dengan Kepala Dusun yang akrab dipanggil Lurah Pepen. Disana kami banyak melontarkan pertanyaan terkait kehidupan masyarakat disana seperti hal geografis, mata pencaharian, dan kebiasaan masyarakat desa.
Secara Geografis Dusun Pahing memiliki 1292 penduduk, yakni terdiri dari 267 Kepala Keluarga serta 2 RW dan 6 RT dalam satu dusun. Desa Kertaungaran sendiri memiliki program “Jumat Berkah” yakni sebuah program udunan dari masyarakat secara sukarelawan yang dipungut setiap hari Jum’at yang nantinya hasil udunan warga tersebut dipakai untuk kepentingan warga setempat. Adapun sistematis yang dilakukan oleh Dusun Pahing dibuat secara terstruktur yakni dengan melibatkan RT/RW masing-masing wilayah Dusun yang kemudian secara kolektif disetorkan kepada kepala Dusun langsung.
“Alhamdulillah di Dusun Pahing warga selalu antusias terkait Program Desa khususnya program udunan di Jum’at Berkah yang penting dari atasnya memberikan pengertian yang jelas terkait penggunaan uang tersebut. Bilamana ada warga yang tidak aktif biasanya saya sendiri yang memanggil ketua RT/RW dan menanyakan mengapa hal itu bisa terjadi,” tutur Lurah
Pepen sebagai Kepala Dusun Pahing juga secara antusias menunjukkan data-data dan pembukuan yang jelas terkait Kegiatan Dusun. Mata pencaharian masyarakat Dusun Pahing mayoritas berdagang menyebar ke beberapa daerah seperti; Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung dan kota-kota lainnya. Masyarakat Dusun Pahing tidak terlalu aktif dalam ber-UMKM dan lebih memilih untuk merantau dan bekerja di luar daerah. Masyarakat yang bertani pun hanya beberapa saja. Adapun jejak UMKM kami temukan pada usaha Keripik Melinjo namun kini sedang pasif dikarenakan usaha tersebut sangat mengandalkan geografis yakni hanya aktif ketika Pohon Melinjo berbuah.
Namun ada hal menarik yang membedakan Dusun Pahing dengan dusun lainnya, yakni terdapatnya 10 tambak ikan yang tersebar dalam sebuah dusun. Diketahui bahwa 10 tambak ikan tersebut milik warga setempat dan menjadi salah satu mata pencaharian tambahan. Kami kedapatan mewawancarai salah satu pemilik tambak ikan yakni sdr Yos Rosidi dan berbincang banyak hal mengenai pengelolaan tambak ikan tersebut. Di awal-awal pembenihan, desa sendiri memberikan subsidi berupa dana untuk perawatan pertama yang nanti pada akhirnya akan dikelola secara mandiri oleh masing-masing pemilik tambak ikan.
Usaha Tambak ikan tidak selalu menuai keuntungan dan sangat bergantung pada kondisi cuaca. Misal saja, pendekatan cara perawatan antara ikan bawal dan gurame itu berbeda. Narasumber pun turut memberikan penjelasan terkait segala hal yang menyangkut pembudidayaan tersebut.
“Biasanya dalam satu tambak itu diisi benih ikan sebanyak 500 biji, nah.. dari benih tersebut berat totalnya menghasilakan 1.5 Kuintal ikan dan dijual 15.000 per-kilo nya. Bila kita hitung-hitung kan harusnya keuntungan itu bisa sampe 2 kali lipat tuh, tetapi kembali lagi bila cuacanya tidak stabil biasanya ikan tuh banyak yang mati, bukannya dapet untung tapi malah rugi,” tutur Yos Rosidi salah satu peternak ikan Desa Kertaungaran.
Tentu, harapan yang tersingkap dari peternak ikan sendiri adalah cuaca yang stabil agar usahanya terus berlanjut dan semakin berkembang. Kegiatan sosialisasi kami lanjutkan ke dusun lainnya yakni Dusun Puhun. Disana kami bertemu dengan Ibu Kepala Dusun Puhun dan kembali menanyakan hal-hal terkait kegiatan masyarakat disana. Secara Geografis, Dusun Puhun memiliki 6 RT dan 3 RW. Memiliki masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang yang merantau ke luar daerah membuat aktivitas masyarakat di Dusun Puhun tidak terlalu terlihat dan cenderung sepi.
“Kalo UMKM sih sedikit ya yang aktif, kalo dulu itu ada tuh usaha rumahan keripik emping, terus ibu-ibunya bikin kue, menjahit, kalau sekarang kebanyakan ngewarkop dan pada merantau ke luar masyarakat nya itu,” tutur Kepala Dusun Puhun.
Selepas dari Dusun Puhun kemudian kami kembali menyambangi Kepala Dusun Wage. Secara letak geografis Dusun Wage terletak di bagian barat Dusun Pahing dan berujung di Dusun Manis. Secara wilayah, Dusun Wage tersebar menjadi 4 RT dan 2 RW.
“Mayoritas penduduk sini mereka berdagang ke luar daerah seperti Jakarta dan Yogya tapi kebanyakan memang ke Yogya sih. Terkait kegiatan masyarakat sini ya paling Jum’at Bersih ya, biasa dilaksanakan pada awal dan akhr bulan secara rutin,” kata Kepala Dusun Wage.
Pada hari Sabtu tanggal 30 Maret 2024 kami Divisi Sosial dan Kewirausahaan melanjutkan kegiatan berkelana ke Dusun Manis, disana kami bertemu dengan sesosok kepala dusun yang bernama Bapak Ateng. Banyak sekali ilmu serta informasi yang kami dapatkan mulai dari segi geografis dusun, pertanian dan perternakan. Dengan keramahannya, Ketua Dusun berbagi cerita mengenai kondisi sosial yang ada di Dusun Manis. Secara garis besar, pesawahan mendominasi segi geografis yang ada di dusun manis , dusun yang terdiri dari 1 RW dan 3 RT, serta memiliki 130 an Jumlah rumah yang terdiri dari 170an lebih Kepala Keluarga.
Mayoritas masyarakat Dusun Manis berprofesi sebagai petani. Mereka memanfaatkan lahannya untuk di tanam padi dan bawang merah bahkan banyak masyarakat Dusun lain seperti Dusun Pahing, Puhun dan Wage pun yang mememiki lahan sawah di Dusun manis. Demi terciptanya hasil panen yang bagus dan harga yang tinggi para petani memerlukan pupuk untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, serta memberikan nutrisi pada tanaman karena, proses pemupukan sangat berperan dalam memastikan keberhasilan produksi tanaman. Pupuk yang di gunakan petani Dusun Manis adalah pupuk organik dan pupuk anorganik, pupuk organik berupa kotoran hewan ternak yang mereka dapatkan dari warga ataupun kelompok yang memelihara hewan ternak. Sedangkan pupuk anorganik mereka dapatkan dari subsidi pemerintah.
Tentu tidak mudah bertani di zaman sekarang bagaimana Kepala Dusun Manis pun turut menuturkan beberapa kendala terkait petani-petani yang mengelola lahan pertanian nya.
“Terkait hasil panen padi dan bawang biasanya masyarakat sini hanya mengkonsumsi 50% dan 50% nya lagi dijual. Karena biaya perawatan nya terhitung lebih besar daripada dulu. Apalagi makin kesini subsidi pupuk nya itu makin dikurangi, nggak tau pokoknya sisanya kemana. Mangkanya membuat petani sekarang itu pada nangis,” tutur beliau sambil menambahkan.
Petani Dusun Manis terkenal masih ingin bersifat praktis terkait pemupukan, sehingga mereka sangat bergantung kepada pupuk anorganik khususnya bantuan subsidi dari pemerintah. Peran pemuda dalam bertani pun masih dibilang kurang karena mereka lebih memilih untuk merantau dan bekerja di luar daerah.
Selain bidang pertanian, ada hal menarik perhatian kami yakni di Dusun Manis kedapatan memiliki Program Peternakan Domba dan Kambing Desa mandiri yang dikelola oleh masyarakat Manis. Kepala Dusun pun turut antusias memperkenalkannya pada kami. Program yang bertajuk “PASANG GRAHAN KTI Milenial” merupakan sebuah program desa dalam rangka untuk memberikan pengalaman dan kesejahteraan kepada masyarakat desa dalam bidang peternakan. Program inipun terhitung baru berjalan lima bulan dan diharapkan menjadi salah satu program desa yang menjanjikan.
Setelah mendapatkan Informasi yang cukup kami pun bergegas untuk bersilaturahmi pada Dusun terakhir yakni Dusun Kliwon. Masyarakat Dusun Kliwon mayoritas berprofesi sebagai petani. Mereka memanfaatkan lahan luas mereka untuk bertani, sedangkan pemuda pemudi disana lebih memilih untuk merantau atau bekerja dan melanjutkan pendidikan lanjut ke luar daerah.
2. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Kegiatan pengabdian yang dilakukan ialah melakukan pengajaran pada siswa sekolah dasar (SD) dari kelas 1-6. Kegiatan tersebut berlangsung di SDN Kertaungaran yang menjadi objek dalam melakukan pengabdian. Kemudian, pada pagi hari sebelum kami melakukan kegiatan pengabdian pengajaran kepada siswa, Terlebih dahulu para siswa melaksanakan sholat dhuha kemudian dilanjut dengan kegiatan tadarus dan diakhiri dengan penyampaian kultum.
Setelah itu, para siswa masuk ke kelasnya masing-masing untuk melaksanakan proses pembelajaran. Yang dimana setiap kelas diisi oleh 2 orang yang akan bertugas melakukan pengajaran dan pembelajaran pada siswa-siswa di kelas tersebut. Melakukan pengajaran kepada siswa-siswa SD bukanlah hal yang mudah, mengingat usianya yang belum matang dan dewasa. Namun, hal yang pasti dibutuhkan dalam pengajaran ialah kesabaran dan kesungguhan hati dari sang pengajar kepada yang di ajar, agar para siswa dapat lebih nyaman dan mudah dalam memahami materi pelajaran yang diberikan pengajar.
Menurut kami, banyak pelajaran berharga yang didapat dari kegiatan pengabdian ini. Salah satunya ialah menumbuhkan sikap bermasyarakat yang baik kepada para mahasiswa dan juga dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang dibutuhkan pada saat terjun ke masyarakat nantinya. Serta dapat membantu membentuk generasi muda dengan nilai-nilai yang baik dan juga dapat memberikan rasa kepuasan karena berkontribusi pada pendidikan anak-anak.
Kemudian kami bersilaturahmi kepada Kepala Sekolah SDN Kertaugaran untuk menanyakan terkait penggunaan Kurikulum di sana. Diketahui penggunaan kurikulum di SDN Kertaungaran masih berbeda-beda antar kelasnya.
“Di Sekolah ini, kelas 1 dan kelas 4 itu Kurikulum Merdeka. Kalau kelas 2, 3, 5, 6 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)”. ucap Kepala Sekolah SDN Kertaungaran.
Jadi, Kurikulum Merdeka yang dicanangkan oleh kemendikbud belum sepenuhnya diterapkan di SDN Kertaungaran ini. Oleh karena itu, dibutuhkannya peran pemerintah khususnya kemendikbud dalam upaya menyamaratakan standar kurikulum yang menopang pembelajaran, agar terciptanya pendidikan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia.
3. Bidang Keagamaan
Pengabdian kepada masyarakat memiliki peran penting dalam pengembangan dan pembangunan masyarakat lokal. Salah satu upaya pengabdian ini dilakukan oleh Divisi Keagamaan HIMAFIL IAIN Syekh Nurjati Cirebon melalui kegiatan “Waraspati Berkelana”, yang menitikberatkan pada pengembangan pendidikan, keagamaan, dan kesejahteraan sosial di Desa Kertaungaran, Kabupaten Kuningan. Studi ini menyoroti peran dan kontribusi pengabdian keagamaan dalam membantu perkembangan Yayasan Hasan Maolani, sebuah lembaga pendidikan dan keagamaan yang memiliki sejarah panjang di desa tersebut.
Temuan dan Pembahasan: Yayasan Hasan Maolani, awalnya berdiri sebagai pengajian kolektif yang dirintis oleh Drs. KH. Anang Dimyati LC pada tahun 1972, setelah kembali dari Mesir menyelesaikan studinya. Pengajian ini mulanya dilakukan di masjid, tetapi seiring berjalannya waktu, berkembang menjadi pondok pesantren dan secara resmi mendapatkan legalitas pada tahun 1976. Di bawah kepemimpinan yang bijak, pengajian ini menarik minat masyarakat setempat untuk belajar agama. Dan telah mengalami perkembangan yang signifikan menjadi pondok pesantren dan lembaga pendidikan formal pada tahun 1980-an. Hal ini menjadikannya pesantren moderat pertama di daerah Kabupaten Kuningan. Dengan demikian, Yayasan Hasan Maolani tidak hanya menjadi pusat pembelajaran agama, tetapi juga menjadi lembaga pendidikan formal yang berkontribusi pada pembangunan sosial dan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Namun, Yayasan ini menghadapi tantangan dalam administrasi, manajemen, dan keuangan, yang mengakibatkan kemunduran pada tahun 2000-an. Melalui pergantian kepemimpinan pada tahun 2007, Yayasan Hasan Maolani merubah haluan visinya untuk mengadopsi aliran tariqah qadiryah naqsabandiyah dan menekankan pada nilai-nilai kesederhanaan dan istiqomah dalam pendidikan agama.
Dengan fokus pada Madrasah Diniah dan Taman Pendidikan Al-Quran yang menggunakan kurikulum MTs (Madrasah Tsanawiyah), Yayasan Hasan Maolani berusaha memberikan pendidikan agama yang komprehensif dan membangun moral serta etika masyarakat setempat. Tulisan ini menggambarkan perjalananYayasan Hasan Maolani sebagai studi kasus dalam pengabdian mahasiswa keagamaan dalam mendukung pembangunan masyarakat pedesaan.
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan pentingnya peran pengabdian Pendidikan, Sosial, serta, Keagamaan dalam mendukung pembangunan masyarakat pedesaan melalui pengembangan lembaga pendidikan dan keagamaan. Melalui kegiatan “Waraspati Berkelana”, Divisi Keagamaan HIMAFIL IAIN Syekh Nurjati Cirebon memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat dan memperluas dampak positif Yayasan Hasan Maolani di Desa Kertaungaran, Kabupaten Kuningan.
4. Program Jum’at Bersih dan Santunan Kepada Anak Yatim Piatu
Program jum’at bersih dan santunan anak yatim merupakan salah satu agenda yang kami persiapkan untuk mengisi rangkaian kegiatan pengabdian selama lima hari. Acara ini dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 29 Maret 2024. Pada hari kamis tepatnya ketika kami bersilaturahmi kepada Ketua Dusun Wage disana kami menanyakan terkait “Jumsih” ( Jum’at Bersih) yang dilakukan sebulan dua kali yaitu pada awal bulan dan akhir bulan tujuan dari diadakannya “Jumsih” ini yaitu merupakan bentuk gotong royong masyarakat dalam ranah kebersihan, mulai dari membersihkan jalan jalan gang, jalan raya dan tempat ibadah.
Pagi sekitar pukul 08.30 kami berangkat menuju pemakaman umum untuk membantu warga membersihkan tempat tersebut. Disana kami melihat dua ibu dan dua anak anak yang sedang mengali tanah dengan kayu kecil, disana kami merasa heran atas hal yang mereka kerjakan, kamipun menghampirinya dan menanyakan alasan mereka menggali tanah tersebut.
Ternyata ada dua makam dari keluarga mereka yang tertimpa tanah dan sampah, kemungkinan besar tanah dan sampah tersebut merupakan tanah dan sampah yang dikumpulkan setelah bersih bersih, dan heranya mengapa tidak di bakar ataupun di buang ketempat pengumpulan sampah? Dan mengapa malah ditimbun sampai menutupi makam orang? Karena kurangnya alat, hampir dua jam lebih kami membantu mereka dengan menggunakan satu cangkul kami bergantian untuk menggali tanah dan meratakannya.
Kemudian tiba pukul 14.00 dan kami melaksanakan salah satu agenda besar kami yakni “Santunan Kepada 40 Anak Yatim”. Acara dibuka dengan kegiatan “marhabanan” yang dilakukan oleh tim Hadroh HIMAFIL. Agenda ini turut dihadiri oleh Kepala Desa setempat dan 40 Anak Yatim Piatu. Disana kami menyalurkan sembako dan pakaian hasil donasi dari masyarakat.
5. Tanggapan dan Harapan Ketua Jurusan Akidah dan Filsafat Islam Terhadap Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
“Saya menyambut baik dan mengapresiasi atas terselenggaranya program pengabdian ini. Menurut saya ini sebuah program yang keren perlu dilanjutkan untuk periode-periode selanjutnya karena ini merupakan perwujudan cinta dari mahasiswa terhadap masyarakat. Mungkin juga menurut saya harapannya ini menjadi sebuah role model pada periode-periode berikutnya sehingga ini bisa terus dilestarikan ya karena manfaat nya memang banyak untuk diri kita juga sebagai penyelenggara sehingga kita ini terlatih untuk menjadi manusia yang bermanfaat kepada orang lain,” tutur Ketua Jurusan AFI Dr. Fuad Nawawi, M.Ud
Penulis laporan : Muhamad Fadlan, Ulul Azmi, Muhammad Rifqi Rizqon.R