CIBEUREUM (MASS) – Aksi yang dilancarkan warga Desa Kawungsari Kecamatan Cibeureum pada saat Presiden RI Joko Widodo meninjau lokasi pembangunan Waduk Cileuweung Jumat (25/5/2018), sebetulnya bukan demonstrasi. Mereka hanya ingin menyambut kedatangannya sekalian menyampaikan aspirasi lewat spanduk untuk didengar.
“Tujuan kami ini untuk menyambut kedatangan beliau dan menyampaikan aspirasi melalui spanduk. Tak ada niatan untuk demo. Kami ingin melambaikan tangan ke pak Jokowi dan menginformasikan keadaan rakyatnya,” ungkap Asep Kusmara, warga Rt 07 Rw 02 Desa Kawungsari pasca Jokowi pulang.
Namun dalam perjalanan, masyarakat yang berniat mulia tersebut disweeping aparat dengan persenjataan lengkap. Asep memaklumi mereka tengah menjalankan tugas. Lantaran tidak bisa menemui langsung Presiden Jokowi, warga Kawungsari berusaha untuk menyampaikannya lewat orasi sambil membentangkan spanduk.
“Beberapa spanduk yang kami buat itu bunyinya ucapan selamat datang kepada pak presiden. Ada juga spanduk yang berisi pesan agar pembebasan lahan dibayarkan lalu tindaklanjut relokasinya,” terangnya.
Ditegaskan olehnya tuntutan warga hanya satu itu. Sebab selama ini mereka sudah sangat bersabar. Masyarakat tidak mau terus dininabobokan. Menurut dia, prosedur telah ditempuh mulai dari tingkatan bawah sampai ke atas.
“Kita merasa tidak diorangkan lagi. Pertemuan dengan leading sector di Desa Randusari yang diharapkan semuanya hadir, tapi semua mewakilkan. Bahkan camatnya pun camat baru,” ketus Asep yang didaulat sebagai ketua Gema Bhakti (Gerakan Masyarakat Pembangunan Kuningan Timur) itu.
Masyarakat, imbuhnya, hanya meminta haknya. Tidak terbersit dari benak mereka untuk berbuat onar ataupun bertindak anarkis. Karena tujuannya sejak awal sangat sederhana, hanya ingin menyambut kedatangan dengan sikap yang sopan.
“Karena kami dihadang aparat dengan persenjataan lengkap, terjadi adu argumentasi di sana, kami pun mundur secara damai. Cuma kami tekankan agar semua leading sector menindaklanjuti apa yang telah kami sampaikan kepada pak Plt Bupati Dede Sembada dan tolong direalisasikan,” tandasnya.
Sekali lagi Asep menegaskan, prosedur sudah ditempuh dari tataran paling bawah sampai atas. Pihaknya tidak mau dianggap sebagai penghambat pembangunan ataupun dianggap sebagai provokator. Sebab 99 persen penduduk Desa Kawungsari merupakan keluarganya.
“Tolong didengar tuntutan kami. Relokasi dan pembayaran tanah dan bangunan. Jangan cuma mengulur-ulur waktu selalu janji,” kata Asep menyikapi proses pembangunan mega proyek waduk Cileuweung itu.
Jika Waduk Cileuweung dioperasikan, peradaban Desa Kawungsari akan hilang. Rumah penduduk, masjid, mushola dan semua fasilitas masyarakat akan ditenggelamkan. Sementara jumlah penduduk di desa itu mencapai sekitar 400 KK.
Ini dibenarkan oleh Ketua BPD Kawungsari, Kusmawan. Dia yang mewakili seluruh warga Kawungsari meminta agar pemerintah mendengar dan memperhatikan kegundahan rakyatnya.
“Memang itulah sebenarnya keinginan masyarakat. Bayar pembebasan tanah kami dan relokasi kita itu kemana. Jangan cuma janji-janji saja. Apalagi pasca bencana banjir kemarin, kami itu sangat trauma,” ungkapnya.
Kepada Presiden RI Joko Widodo ia mengeluarkan pesan khusus. “Semoga suara masyarakat yang terkena imbas proyek Waduk Cileuweung didengar dan presiden memerintahkan bawahannya, memberi intruksi untuk segera merealiasikan keinginan kami,” pungkasnya. (deden)