KUNINGAN (Mass) – Sebagai salah satu bentuk kegiatan praktik dari mata kuliah Managemen Bencana atau Disaster Management pada Semester 7, 78 orang mahasiswa keperawatan STIKKU dilatih Water Rescue dan Vertical Rescue. Pelatihan tersebut dilaksanakan di Balongdalem Jalaksana, Selasa (21/2/2017) dengan menghadirkan instruktur terlatih dari Badan SAR.
“Tujuan pelatihan ini untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa keperawatan sebagai bagian dari anggota masyarakat dalam melakukan tindakan penyelamatan korban akibat bencana alam banjir atau gempa bumi,” jelas Ketua Panitia pelatihan Ns Aria Pranatha SKep MKep.
Para mahasiswa keperawatan, kata Aria, wajib memiliki kesiapan untuk diterjunkan sebagai bagian dari tim yang berperan dalam evakuasi korban saat bencana alam terjadi. Karena setiap saat bencana alam itu bisa saja terjadi apalagi di wilayah Ciayumajakuning yang sebagian besar merupakan daerah yang rawan bencana alam.
“Seperti telah kita ketahui bersama, beberapa bulan dan minggu yang lalu di Kuningan sendiri telah terjadi bencana longsor di satu wilayah di Kecamatan Ciwaru, disusul kemudian di Ciniru, kemudian terjadi banjir bandang di Kecamatan Cibingbin, beberapa hari lalu telah terjadi banjir di wilayah Cilimus dan Pancalang, kemudian di wilayah Kabupaten Cirebon dan Brebes,” sebutnya.
Setahun ke belakang, sambung Aria, di wilayah Majalengka pun terjadi bencana alam longsor dan retakan tanah sehingga menyebabkan ratusan rumah di satu desa hancur dan mengharuskan terjadi relokasi semua penduduk di wilayah itu. Intinya, setiap saat natural disaster itu bisa terjadi kapan saja, apalagi seperti saat ini saat curah hujan sedang tinggi-tingginya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pelatihan tersebut dilaksanakan selama 2 hari. Senin (20/2/2017) di dalam kelas, dan Selasa berlanjut praktik di lapangan. Sesuai dengan visi Prodi Keperawatan STIKKU dengan keunggulan pada Keperawatan Komunitas maka manajemen keperawatan bencana ini merupakan salah satu bagian dari Keperawatan Komunitas juga.
“Dengan demikian kegiatan seperti ini diharapkan bisa menjadi pembeda bagi lulusan kita ke depan. Di tahap akademik, mahasiswa baru diberi pelatihan saja, namun nanti di pendidikan tahap profesi mahasiswa akan langsung diterjunkan ke daerah rawan bencana atau bahkan ke daerah bencana untuk melakukan pengelolaan keperawatan bencana secara langsung, baik dari aspek mitigasi, pencegahan, pendidikan dan pelatihan, maupun pada aspek perawatan korban, trauma healing, dan upaya rehabilitasi korban pascabencana,” paparnya.
Dengan demikian, tambah Aria, diharapkan selama masa pendidikan ini mahasiswa kita memiliki kompetensi unggulan dalam Manajemen Bencana lebih baik.
Saat ditanyakan kesan kepada salah satu peserta pelatihan, Ilham menyatakan sangat senang dengan kegiatan seperti ini sehingga dia menjadi lebih paham aplikasinya dalam penanganan bencana di air misalnya.
“Saran saya sih agar kegiatan seperti ini dilakukan sejak awal masuk menjadi mahasiswa keperawatan hingga di tahap akhir sehingga mahasiswa STIKKU benar-benar siap dan terlatih untuk menjadi bagian dari tim yang bisa diandalkan saat terjadi bencana alam,” ucapnya. (deden)