KUNINGAN (MASS) – Kematian remaja SMP di Cirendang, masih menyisakan duka dan misteri terutama bagi keluarga. Meski sempat dilakukan pemeriksaan jasad korban, serta puluhan remaja juga diperiksa kepolisian, kasus ini masih jadi pilu dan bahan perbincangan masyarakat luas.
Bukan tanpa alasan masih jadi perbincangan, kematian korban yang sejak awal banyak dikaitkan dengan kejadian “perang sarung” serta video penemuannya beredar dengan luka, belakangan dibantah oleh hasil otopsi yang mengisyaratkan bahwa luka di tubuh korban tidak menyebabkan kematian secara langsung.
Tapi terlepas dari itu semua, Kepala UPTD PPA Kabupaten Kuningan dr Yanuar Firdaus Sukardi MKM, menegaskan bahwa apapun itu, segala bentuk kekerasan tidak dibenarkan. Ia, mengutarakan hal tersebut sembari menyampaikan keprihatinan atas apa yang terjadi.
“Dalam hal ini UPTD PPA sangat prihatin dengan kejadian itu, tetapi segala sesuatunya sudah ditangani kerjasama dengan APH (Aparat penegak hukum),” ujarnya, Selasa (11/3/2025) kemarin kala dikonfirmasi.
Ia juga mengakui, pihaknya terus mendampingi saksi-saksi ataupun terduga yang terlibat dalam perang sarung dan dimintai keterangan oleh kepolisian. Pendampingan dilakukan PPA, mengingat saksi-saksi adalah anak di bawah umur.
Meski begitu, dr Yanuar mengaku menyerahkan semua itu kepada pihak kepolisian. Ia percaya, hasil visum bisa menunjukkan penyebab sebenarnya korban meninggal. Yanuar juga mengamini, hasil kepolisian bisa saja tidak memuaskan semua pihak.
Selain mengungkapkan keprihatinan, ia juga mengaku pihaknya selalu menekankan segi promotif dan preventif, pencegahan dan sosialisasi. Karena, kata dr Yanuar, apapun bentuk kekerasan tidak dibenarkan.
Di akhir, ia juga mengimbau agar tragedy ini menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir kali. Yanuar juga menekankan agar tidak menyalahkan salah satu pihak saja, apalagi misalnya sampai menyudutkan sekolah. Hal ini harus menjadi tanggung jawab semua pihak. Ia mengingtatkan, jangan sampai tindak kekerasan itu dianggap wajar. (eki)
