KUNINGAN (MASS) – Akhir-akhir ini, media sosial diramaikan oleh pernyataan salah satu anggota DPR-RI bernama Arteria Dahlan dimana mempersoalkan Kepala Kejaksaan Tinggo (KAJATI) agar ditindak tegas karena menggunakan Bahasa Sunda dalam sebuah forum.
Persoalan ini menjadi sebuah polemik yang berkepanjangan khususnya bagi masyarakat Jawa Barat yang dominan penduduknya merupakan bersuku Sunda. Bahkan hal itu menjadi bahan kajian serta refleksi bagi semua terkait sebuah makna Sunda yang memiliki nilai kalungguhan serta kewibawaan bagi masyarakat Jawa-Barat.
“Makna SUNDA merupakan perwujudan daripada sebuah kerajaan yang berdaulat. Kerajaan Sunda berdiri sebagai sebuah wilayah yang berdaulat dengan Ibu Kota Pajajaran. Masyarakat harus lebih paham jika ada sebuah kekeliruan terhadap pemahaman sebuah kronologis Sejarah. Pajajaran adalah Ibu Kota atau pusat kekuasaan daripada Kerajaan Sunda yang dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi,” ungkap Budayawan Lokal Kesultanan Cirebon, Raden Hamzaiya, Kamis (20/1/2022).
Kenapa masyarakat lebih mengenal sebutan Kerajaan Pajajaran daripada Kerajaan Sunda? Hamzaiya memaparkan landasan teorinya. Berdasarkan teori Robert Von Heine Geldern, kerajaan-kerajaan yang berdiri di wilayah Asia Tenggara pada umumnya lebih dikenal nama ibu kotanya.
“Tentunya ketika membahas Kerajaan Sunda maka akan berkaitan dengan Kesultanan Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuana selaku anak daripada Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi,” ujar penulis buku Sejarah Cirebon itu.
Sementara, Nana Mulyana Latif selaku salah seorang tokoh pendidikan Kuningan menegaskan, Sunda bukan hanya sebuah bahasa, tapi merupakan sebuah kedaulatan wilayah kerajaan pada masa lalu. Untuk itu, masyarakat Kabupaten Kuningan diharapkan mampu mengenal jati diri “Sunda” bukan sebagai bahasa pengantar daerah saja, melainkan sebagai jati diri kalungguhan masyarakat adat yang paham akan jati dirinya.
“Keprihatinan saya terhadap Sejarah dan Budaya lokal yang makin tergerus oleh perkembangan zaman dan teknologi dengan berupaya melakukan sebuah pelurusan serta penelurusan terhadap Sejarah Kabupaten Kuningan. Kami selalu melakukan “Tadarus Sejarah“ diharapkan masyarakat Kabupaten Kuningan lebih memahami siapa jati diri pendahulu para pemimpin Kuningan yang membawa Kuningan menjadi sebuah nama “Nagari Kuningan”,” ucap pendiri Sekolah Penerbangan pertama di Kuningan itu. (deden)