KUNINGAN (MASS)- Suasana hajatan di Dusun Cijemit Timur Desa Cijemit Kecamatan Ciniru pada Sabtu (8/6/2019) sekitar jam 11 siang tiba-tiba menjadi histeris. Pasalnya, salah satu pemain Dogig alias Dogdog dan bebegig bernama Rudianto alias Kudil terbakar.
Dogig sendiri ditampilkan oleh lima orang dengan stelan kostum menggunakan bahan injuk. Entah dari mana sumber api sehingga membakar tubuh Kudil. Akibat kejadian itu korban dilarikan ke RSUD 45 dengan mengalami luka bakar sekitar 80 persen.
Pada saat kejadian, Kudil tengah jogeg diatas panggung dan entah dari mana tiba-tiba tubuhnya terbakar hebat. Sontak saja semua berusaha memadamkan api meski banyak juga warga yang terkesima.
Pasca kejadian ini biaya yang dibutuh Kudil sangat besar. Sedangkan korban tidak mempunyai biaya dan pihak keluarga sudah angkat tangan. Saat ini pihak desa dan juga yang punya hajatan tengah berunding mencari solusi terbaik.
“Tadinya mau dibawa ke Cirebon kalau ada uang, tapi kan tidak ada karena sudah pasti biayanya mahal. Saat ini juga dirawat di RSUD 45 biaya umum karena tidak punya BPJS,” ujar Inu Gelat Tejamaya kepada kuinganmass,.com, Minggu pagi.
Inu yang mengantar korban ke RSUD berharap ada pihak derwaman yang mau membantu meringangkan beban Kudil. Sebab, luka bakar yang dideritanya mencapai 80 persen dan saat ini tengah mendapatkan perawatan instensip.
Sekedar informasi dogig adalah Seni tradisi ini dari Desa/Kecamatan Ciniru. Dogig hanya tampil dalam momen tertentu. Salah satunya dalam hajan baik pernikahan maupun sunatan.
Istilah Dogig berasal dari kata dogdog dan bebegig. Dogdog adalah salah satu alat yang digunakan pada pertunjukan reog, yang berfungsi sebagai musik pengiring bebegig. Sedangkan bebegig pada kesenian dogig yaitu orang yang memakai kedok dan seluruh tubuhnya dibungkus memakai kostum dari injuk kawung serta memakai kolotok (kalung) kerbau.
Seni ini merupakan seni karuhun yang tidak bisa dilupakan begitu saja dalam kehidupan sehari-hari. Maka, generasi muda harus mengetahui dan terus melesetarikan.
Bebegig merupakan orang-orangan sawah yang hingga kini masih digunakan untuk mengusir hama. Bagi petani bebegig bukan hanya sekedar pengusir hama tapi lebih dari itu, maka selalu dipentaskan terutama ketika masa panen.
Bebegig yang ditampilkan biasanya berjumlah delapan orang yang lengkap dengan topeng dan baju injuk. Pada saat pentas ada pawang karena mereka kerasukan roh karuhun sehingga ada yang mengawasi.
Pada saat pentas bebegig ini juga bisa menjadi obat mujarab bagi warga yang memiliki anak yang sulit bicara, koreng atapun penyakit yang sulit sembuh. Biasanya, pada saat bebegig ini mentas mereka suka membawa nasi dalam wadah, nasi inilah yang bisa menjadi obat ketika diberikan kepada anak.
Di Ciniru sendiri kesenian ini sekarang dikelola oleh desa dengan para pemain sebagian besar perangkat desa. Dengan semakin terkenalnya kesenian ini sekarang bukan hanya dipentaskan di Ciniru namun sudah ke berbagai daerah. (agus)