KUNINGAN (MASS) – Dalam sambutannya, Ketua Depicab SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) Kuningan, Hitsi Selamet Amrullah membahas PKI (Partai Komunis Indonesia). Ia mengulas sejarah, SOKSI lahir di saat Pancasila terancam dihapus oleh kekuatan ideologi komunis dengan hadirnya PKI pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
“SOKSI bukan lahir sebagai organisasi kekuatan sosial politik, tetapi sebagai organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada karya dan kekaryaan. Sebagai organisasi perjuangan dan gerakan yang memiliki wawasan ideologi, dan misi politik berupa Komitmen Strategis,” ungkapnya di Gedung Lembah Ciremai, Jumat (6/9/2019).
Komitmen-komitmen tersebut, sambung Hitsi, bersifat abadi dan senantiasa melahirkan ide, fikiran, gagasan dan konsep baru demi terwujudnya pemahaman terhadap pola dan sistem kehidupan masyarakat, bangsa dan negara di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Arah dan tujuannya adalah Masyarakat Sosialis Pancasila, atau masyarakat sejahtera lahiriyah dan bathiniyah.
“Inilah hakekat jati diri SOKSI yang tak pernah tergoyahkan oleh rintangan dan tantangan yang menghadang. Bahwa dengan Ide Dasar Manusia Karya Swadiri, dan jati diri SOKSI inilah yang mewarnai Doktrin Perjuangan Karyawanisme sebagai pengaman dan pengamalan Pancasila,” tandasnya.
Hitsi alias Boti melanjutkan, sejak awal kelahirannya di tahun 60-an, SOKSI telah berjuang habis-habisan melawan PKI dengan ideologi komunisnya sampai terkuburnya partai tersebut setelah pemberontakan G 30 S/PKI, tahun 1965.
Merujuk pada catatan sejarah itu, meskipun PKI dengan mantel-mantel organisasinya telah dibubarkan dan ajaran komunis dilarang, namun SOKSI tetap waspada terhadap bahaya laten sisa-sisa G 30 S/PKI.
“SOKSI Kabupaten Kuningan siap konsisten mempertahankan dan mengawal Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dari rongrongan ideologi yang tidak sesuai dengan nilai luhur bangsa Indonesia. SOKSI yang didirikan untuk menyelamatkan Pancasila dari bahaya ideologi komunis, pada tanggal 20 Mei 1960 hingga kini akan tetap komitmen pada semangat awalnya,” tegas dia.
Menurut Boti, kalau dulu Pancasila terancam oleh bahaya komunis, sekarang makin banyak ancaman terhadap ideologi tersebut, seperti liberalisme, kapitalisme, dan radikalisme. Ia merasa sangat prihatin lantaran saat ini banyak yang tidak lagi hafal Pancasila.
“Seperti dipertontonkan oleh media sosial, menurut informasi ada sekolah swasta yang tidak mengajarkan Pancasila, sehingga siswanya tidak hafal teks Pancasila, sangat memperihatinkan bagi SOKSI, dan kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan,” pintanya. (deden)