KUNINGAN (MASS) – Dapat dilihat bahwa perkembangan peradaban dunia modern saat ini didominasi oleh pola pikir barat, yang didalamnya baik itu sistem ekonomi, sosial, maupun budaya, semuanya berkembang atas nama barat, sehingga diskursus yang dibawa oleh barat yaitu menafikan peran agama pada umumnya dan islam sendiri pada khususnya, seolah-olah peran islam dalam pembangunan modern ini sudah tidak relevan.
Bagi kebanyakan kaum muslim, pembangunan peradaban modern saat ini tidak lepas dari peran nilai-nilai keagamaan yang digagas dan dipadukan dengan perkembangan zaman, tetapi bagi kalangan pemikir barat, sebaik apapun nilai keagamaan, mereka mengganggap bahwa itulah yang akan menghambat laju pembangunan peradaban modern, yangmana hal itu dinilai sudah tidak cocok dengan laju peradaban saat ini.
Sebagaimana kebangkitan zaman saat ini bisa dilihat sangat modern sekali, baik itu dibidang teknologi, komunikasi, industri, dan lain sebagainya. Barat mengklaim bahwa itu semua hasil cipta karya mereka, dengan gagasan awal yang mereka ciptakan, yaitu pemisahan antara konsep agama dengan pembangunan negara, dimana ketika agama ikut serta dalam pembangunan, itu dianggap akan menjadi penghambat laju pembangunan peradaban, dengan dalih: agama tidak mengurus soal politik, ekonomi, dan peradaban.
Dan jika agama masuk ke ranah ini maka agama tidak akan relevan menghadapi perkembangan zaman yang sudah kompleks ini. SEKULARISME adalah diskursus penting yang dibawa oleh barat di abad pertengahan ketika kungkungan gereja mendominasi dari berbagai lini kehidupan kemudian terciptalah suatu gagasan pemisahan agama dengan nilai rasionalitas yang menuju kearah pembangunan peradaban, sehingga dapat menciptakan modernisasi dan menjadi kriteria mendasar tentang pembangunan.
Jika paradigma barat menganggap bahwa dengan adanya pemisahan antara agama dan negara, maka modernitas adalah hal yang niscaya menurutnya, tetapi disini banyak kerancuan yang akan kita ungkap, dan perspektif seperti apa yang harus dilakukan.
Islam sendiri menolak dengan tegas jika nilai-nilai universal yang dikandungnya dianggap tidak selaras dengan kemajuan zaman saat ini. Nilai-nilai islam sesungguhnya tidak bertentangan dengan kemajuan zaman seperti apa yang dipikirkan oleh kalangan pemikir barat. Ajaran islam dipegang oleh orang-orang muslim, dimana nilai keislaman itu akan mewujud menjadi iman, dan keimanan itu akan mewujud menjadi sebuah tanggung jawab sosial yang berpedoman kepada ketentuan Tuhan.
Tuhan adalah kebenaran yang terakhir dan mutlak, sehingga tidak ada lagi kebenaran yang lain dan relatif yang dijadikan pegangan bagi manusia beriman. Maka tanggung jawab itu akan melekat kepada manusia disepanjang sejarah kehidupannya, ketentuan Tuhan sendiri diberikan kepada umat islam agar menjadi pedoman kehidupannya, ketentuan itu yakni: Al Qur’an.
Disini peran Al-Qur’an sesuai dengan ajaran islam yaitu berlaku disegala waktu dan zaman, sehingga tidak mungkin nilai-nilai keislaman akan tergerus oleh perkembangan zaman modern.
Maka peran umat islam didalam AlQuran sendiri yaitu penyelarasan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, dimana ketika keselarasan itu tercapai, maka keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian peradaban akan terwujud. Disini peranan dunia islam tentu terlihat jelas ketika dibenturkan dengan perkembangan zaman modern saat ini, jadi permasalahannya bukan tentang: “apakah nilai-nilai agama, sesuai dengan perkembangan zaman???” Tapi lebih dari itu, “Sejauh mana peran agama khususnya islam berperan dalam pembangunan peradaban modern ini???”
Diskursus di atas akan mengantarkan kita menuju refleksi makna kelahiran Nabi Muhammad dan perjuangan yang dilakukannya dalam dakwah maupun gencatan yang begitu keras yang dilaluinya sehingga mengungkap makna terdalam serta bisa dikontekstualisasikan pada zaman sekarang.
Inilah yang akan kita resapi bagaimana nilai-nilai religiusitas melekat pada individu sehingga dapat menjadi acuan kehidupan kearah yang lebih baik seperti puncak kejayaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika berhasil mencetuskan piagam madinah dan meletus menjadi sebuah masyarakat tamaddun (beradab) yang digagas oleh dirinya di Yastrib sebelum berubah nama menjadi Madinah.
Perjuangan Nabi begitu sulit, mulai dari cemoohan kaum kafir quraisy, kontak fisik yang Nabi terima, maupun tudingan “gila” terlontar kepada Nabi ketika beliau melakukan penyebaran dakwah, tetapi dibalik itu dasar keimanan yang dimilikinya menjadi sebuah kekuatan luar biasa sehingga dapat menciptakan perubahan sosial menuju masyarakat beradab.
Inilah makna yang harus kita renungkan, inilah perjuangan yang harus kita wujudkan di zaman sekarang ketika dibenturkan dengan perkembangan teknologi, kapitalisme yang kejam dimana manusia dihegemoni oleh sistem kapitalisme itu sendiri, sehingga puncak dari itu semua terciptanya kesenjangan sosial. Hal inilah yang menjadi basis gagasan para pemikir pembaharu islam seperti: Ali Syariati, Hassan Hanafi, Muhamad Iqbal, Muhammad Abduh, Fazlur Rahman, Nurcholis Madjid dan lain sebagainya, yang didalamnya dapat diambil nilai-nilai religiusitas seperti yang tercermin dalam kehidupan nabi Muhammad dan perjuanganya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi perkembangan zaman yang menghegemoni manusia kontemporer. Yang pertama, nilai-nilai keimanan yang dibawa oleh Nabi dalam perjuangan yang dilakukan seharusnya menjadi refleksi pada zaman sekarang, sehingga nantinya akan menimbulkan kesadaran bahwa manusia menempuh kehidupannya tidak selalu berada dalam kondisi nyaman, bahkan terlena oleh keadaan sekarang, sehingga menimbulkan kezumudan (stagnan) berfikir untuk proses kehidupan kedepanya. Maka hal yang pertama yaitu “kesadaran” yang harus dimunculkan dalam diri individu.
Kemudian selanjutnya, dibalik kesadaran harus timbul juga perjuangan demi membela kaum lemah, kemiskinan, supremasi hukum yang tidak sesuai, ketertindasan dan lain-lain, sehingga dari point kesadaran yang sudah tertanam melalui refleksi perjuangan Nabi itu akan mewujud menjadi sebuah semangat kebangkitan yang dibarengi nilai-nilai Al-Quran ataupun Sunah Nabi.
Yang terakhir yaitu kreativitas, dimana hal ini menjadi titik tolak keberhasilan tercapainya masyarakat adil makmur, sehingga dapat mereduksi perkembangan zaman modern menuju hal yang lebih baik lagi dengan dibarengi nilai-nilai moral yg terkandung antar sesama umat manusia. Inilah yang disebut dengan rasionalisasi ajaran islam dimana nilai-nilai religiusitas dalam agama islam ini mencakup seluruh norma kehidupan, dan bukan saatnya agama di zaman kontemporer ini menjadi sebuah candu masyarakat, ketika seorang individu mengalami kesulitan, bencana, atau hal negatif dalam kehidupan, mereka berlari kepada agama, sehingga agama itu hanya dijadikan sebagai pelarian bukan di jadikan sebagai senjata.
Kita harus bisa memandang bahwa dengan keimananlah akan muncul semangat perjuangan dalam hidup, dimana nilai-nilai agama ketika telah dikuasai penting juga mendalami sains modern untuk di integrasikan sehingga menjadi sebuah paradigma baru dalam menciptakan sebuah peradaban yang lebih bermoral dan menitikberatkan kepada keadilan dan kemakmuran. Inilah yang dimaksud dengan rasionalisasi agama.***
Arviansyah
Penulis adalah mahasiswa semester tiga jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir di IAIN Syekhnurjati Cirebon, penulis adalah salah satu pegiat Aksi Malam Rabu Bersama Buku (dua jam tanpa gadget) @mrbb_cirebon, penulis juga menjadi bagian dari Ikatan Mahasiswa Kuningan di wilayah Cirebon yang mana di dalamnya mengelola divisi Pengembangan Keilmuan Minat dan Bakat.