KUNINGAN (MASS) – Ada apa dengan Kuningan? Mengapa akhir-akhir ini Bencana kian terus terjadi silih berdatangan dimana-mana? Ulah siapa ini? Mengapa terjadi? Apa karena akibat cuaca? Apa karena akibat ulah tangan manusia?
Ya, sudah barang tentu hal ini merupakan sebab-akibat apa yang telah dilakukan oleh manusia yang tidak berpikir kedepannya mau seperti apa, justru yang ada malah fokus dan sibuk agar bagaimana caranya kepentingan pribadinya bisa segera tercapai.
Hampir semua orang jika ditanya “Apakah kabupaten kita ingin maju dan sejahtera?” jawabanya “iya”, jika dimintai untuk mengkritik suatu perbuatan yang telah dilakukan oleh orang atau komunitas, tentunya sangatlah cakap sekali dalam mengkritik, seolah-olah peduli padahal tidak sama sekali.
Namun yang menjadi ironisnya itu semua hanya sekedar karya kata yang keluar dari mulut-mulutnya yang munafik, bukanlah menjadi alasan lemah, mampu/tidaknya, bisa atau tidaknya dll. Ingatlah wahai para manusia, bukan itu yang menjadi alasan namun punya atau tidaknya niat untuk berbuat baik?.
Ironis dan sungguh ironis sekali, bukan dunia yang kejam, bukan kehidupan yang kejam justru yang kejam itu yakni manusianya, nafsu yang diberikan oleh Tuhannya tak mampu untuk dikendalikan alhasil yang diwariskan tak lain adalah air mata bukan mata air.
Akhir-akhir ini Kabupaten Kuningan khususnya, dihujani terus menerus oleh air mata penduduknya, namun yang sangat mengkhawatirkan orang-orang yang bisa dikatakan telah enak akan kehidupannya tak mau ikut susah payah akan hal ini, justru yang ada hal ini dijadikan kesempatan bagi mereka untuk terus melanjutkan keinginannya (proyek).
Mau seperti apa kedepannya Kuningan ini, aturan hanya dijadikan sekedar formalitas, aturan hanya dijadikan karya tulis, tak heran jika aturan itu disebut ada karena untuk dilanggar bukan untuk membatasi egonya manusia, lalu salah siapakah ini?
Salahkah para pejabat? Salahkah masyarakat/penduduknya? Jawabannya bukan keduanya namun yang salah yakni diri kita sendiri yang hanya menjadi penonton, berkarya kata dan tak mau berbuat. Ingatlah jangan saling mengandalkan dan menunggu, namun lakukanlah ketika sesuatu itu baik menurut anda.***
Penulis : Argi Mochammad Zatnika Pamungkas (Ketua Hima PAI UNISA)