KUNINGAN (MASS) – Pondok Pesantren Husnul Khotimah 1 menyelenggarakan Haflah Attakharruj (Wisuda) angkatan 24 tahun pelajaran 2020/2021. Sebanyak 667 santri diwisuda secara ofline dan online.
Bagi santri yang mengikuti secara ofline diwajibkan untuk tes swab dan menerapkan protokol Kesehatan. Dalam kesempatan itu, Bupati Kuningan H Acep Purnama SH MH dalam sambutannya secara online mengucapkan selamat dan sukses kepada santri yang diwisuda.
“Selamat kepada 667 wisudawan/wati, santriwan/santriwati yang hari ini diwisuda baik secara ofline dan online, semoga para alumni dapat berkiprah dengan baik di masyarakat menjadi kebanggaan almamater dan tentunya Kabupaten Kuningan juga,” ucap Acep, Sabtu (12/6/2021).
Sedangkan Pimpinan Pontren Husnul Khotimah 1, Kiyai Mulyadin Lc MH menyampaikan progress report dan pesan kepada para alumni. Ia bersyukur atas berbagai capaian prestasi yang telah diraih para santri kelas XII MA selama setahun terakhir.
“Alhamdulillah, berkat doa, usaha dan dukungan seluruh civitas akademika Husnul khotimah, santri kelas XII MA Tahun Pelajaran 2020-2021 angkatan ini dapat menyelesaikan hafalan al Qur’an sesuai Muqarrar, bahkan 71 orang diantaranya mampu menyelesaikan hafalan 30 Juz,” ungkapnya.
Dibidang akademik, Mulyadin juga berucap syukur lantaran angkatan 24 Reunitez dan Qoshiratu Attarf dinyatakan lulus 100 %, dengan nilai rata-rata 83,81. Selain itu dari 667 santri tercatat lulus melalui jalur SNMPTN 24 orang, Jalur SPAN PTKIN 10 Orang, Jalur kedinasan 20 orang, Jalur Luar Negeri diterima di Mesir dan Maroko 55 orang, dan jalur SBMPTN dalam proses menanti pengumuman.
Lebih lanjut ustadz Mulyadin berpesan kepada mereka yang baru saja diwisuda. “Anak-anaku, kebahagian seorang guru bila melihat anak-anak didiknya berhasil. Jadilah manusia yang wajar namun berjiwa besar, besar jasamu, besar amalanmu, besar cita-citamu dan kuat imanmu. Amin,” nasihatnya.
Sebagaimana harta, sambung Mulyadin, tidak bermanfaat kecuali dengan membelanjakan. Maka demikian pula ilmu itu tidaklah bermanfaat kecuali bagi orang yang mengamalkan dan menjaga kewajiban ilmu tersebut.
Selain prosesi wisuda dan pengumuman santri berprestasi yang tahun ini jatuh pada Zaid Arizudin bin Khoerudin asal Karawang dan Syafitri Nurrismah binti Syaifullah asal Kepulauan Riau, kegiatan haflah diisi dengan berbagai acara seperti Mawawis oleh tim marawis MTs HK, Nasyid oleh Munsyidin HK, puisi oleh Arif Rahman Zuhri, dan orasi ilmiah oleh pakar sejarah dan peradaban, Ustadz Budi Ashari, Lc.
Dalam orasinya, Budi Ashari mengingatkan pentingnya ilmu dan membaca dalam kebangkitan peradaban Islam. “Kebangkitan Eropa hanya mengambil pelajaran dari 30% buku peninggalan Islam, sisanya hancur dibakar atau dibuang ke sungai disaat Mongol menyerang Daulah Abbasiyah,” ungkapnya.
Kemajuan peradaban Islam dahulu, imbuh Budi, berbanding lurus dengan tingkat minat baca dan menulis di masa itu. Ilmu tidak bisa hanya batas menumpuk riwayat, banyak banyakan wawasan, karena dalam Islam Ilmu dipelajari bukan dengan orientasi ilmu, tapi ilmu dipelajari dengan orientasi amal.
“Siapapun santri yang dikemudian hari menjadi alim, maka mestinya dia orang yang paling takut pada Allah SWT. Berapa banyak para ilmuwan yang mengantarkan pada atheisme. Alangkah tersesat ilmunya. Para ahli ilmulah yang paling kenal Allah SWT. Maka ilmu di dalam islam harus terlihat pada karya di lapangan. Menghafal Qur’an hanya step yang pertama. Maka itu saja tidak cukup. Tapi agar kita bisa menghasilkan karya di lapangan,” pesan Budi. (deden)