KUNINGAN (MASS) – Penyebaran berita Hoax atau berita bohong masih menjadi ancaman serius. Untuk bisa mengidentifikasi kabar kabar bohong, SMK Auto Matsuda bekerja sama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat (PKM) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) menggelar sosialisasi berita hoax.
Acara yang digelar di SMK Auto Matsuda ini diikuti lebih dari 30 siswa. Dalam acara ini hadir sebagai pembicara Abdu Jalil Hermawan selaku dosen ilmu Komunikasi UGJ. Hadir pula Kepala sekolah SMK Auto Matsuda Suharto S.Pd. Dalam pemaparannya, Abdul Jalil Hermawan mengatakan intensitas penyebaran berita hoax bukannya menyusut malah semakin tinggi.
“Media Sosial memiliki peranan terbesar dalam penyebaran informasi menyesatkan alias berita hoax ini. Selanjutnya aplikasi percakapan whatsapp. Porsinya mencapai lebih dari 80 persen sumber hoax dari medsos dan whatsapp,” ujar Jalil sapaan akrabnya.
Dalam menyampaikan data tersebut, Jalil mengutip data yang dikeluarkan oleh Masyarakat Telematika Indonesia tahun 2019. Walaupun demikian, Jalil mengatakan berita Hoax juga masih ditemukan dalam media media maisntream seperti situs berita, televisi, media cetak dan radio.
“Tetapi porsinya lebih sedikit jika dibandingkan dengan di media sosial dan aplikasi percakapan,” tandasnya.
Pada kesempatan yang sama, dalam acara yang sama, Jalil juga mengatakan ada tiga konten atau isu yang paling banyak dibuat berita hoaxnya. Isu sosial politik, isu SARA dan isu kesehatan.
“Isu soal sosial politik ini masih didominasi oleh isu isu fanatisme buta. Dukung mendukung paska kontestasi pilpres masih belum hilang,” paparnya.
Untuk menghadapi massifnya berita hoax tersebut Jalil mengungkapkan, masyarakat harus lebihg berhati hati saat akan membagikan sebuah informasi. Ciri berita hoax yang mudah teridentifikasi diantaranya, kontennya kerap menimbulkan kecemasan, fanatisme buta, judul provokatif.
“Jika diawali dengan ujaran provokatif dan diakhiri narasi tolong viralkan, kemungkinan itu berita hoax,” tandasnya.
Tidak hanya itu Jalil juga mengatakan ada fenomena baru dalam berita hoax ini. Tidak hanya berita bohong tetapi juga brita yang berisi penipuan.
“Biasa disebut dengan phising. Modusnya dengan mengirimkan link berita atau informasi apapaun. Jika diklik link tersebut maka data data dari ponsel kita akan tersedot ke pengirim link,” Jalil menjelaskan.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMK Auto Matsuda Suharto M.Pd menyambut baik acara tersebut. Karena menurut Suharto dengan sosialisasi tersebut bisa menjadi pembekalan bagi siswa untuk lebih bijak menggunakan media sosial.
“Pengetahun bisa membedakan mana berita hoax mana berita yang bener ini sangat penting dimiliki para siswa. Apalagi nyaris semua siswa menggunakan media sosial. Siswa harus lebih bisa menggunakan media sosialnya dengan lebih terukur dan bijak,” katanya. (deden/rl)