KUNINGAN (MASS) – Melihat keadaan di lapangan pada tahap rekapitulasi suara, Rudi Iskandar SH menilai KPU tak memiliki integritas. Karena caleg Demokrat dapil 1 ini mengamati dalam prosesnya terjadi perubahan angka tiap jenjang.
“Luar biasa. C1 plano ke tingkat kecamatan jadi berubah angka. Dari kecamatan ke kabupaten berubah lagi. Terus selanjutnya harus ke MK, enteng banget bilang begitu. Ini menyangkut anggaran yang besar. Ini menyangkut rasa keadilan,” kata Rudi di Aula KPU Kuningan, Jumat (3/5/2019).
Dirinya merasa prihatin, dalam hitungan singkat, ada caleg yang kehilangan 23 suara. Kemudian ada lagi yang kehilangan 28 suara. Tiba-tiba beralih ke caleg lain sebanyak 51 suara. Suaranya sangat pas dengan suara yang hilang tersebut.
“Ada sesuatu yang luar biasa dari KPU ke bawah. Kalau saya melihat terkesan sudah terorganisir. Nah ini harus ditindaklanjuti. Anda harus bertanggungjawab, berikan rasa keadilan sebagai penyelenggara,” tandasnya.
Manaf Suharnaf yang juga dari Fordem (Forum Demokrasi), caleg PKB dapil 2 pun mengutarakan dugaan kecurangan. Jauh-jauh hari dirinya sudah mengingatkan bawaslu untuk waspada terhadap money politics. Tapi praktik tersebut ternyata masih marak.
“Sekarang yang menang itu yang punya duit. Tidak berlaku bagi caleg yang pas-pasan. Mestinya kalau dikasih masukan itu jangan cuma ditulis saja,” pinta Manaf.
Ia juga mengutarakan sebuah kabar soal adanya oknum elit politik yang mengatakan bahwa KPU bermain di tingkat kecamatan. Bahkan menyebut pula sejumlah partai lain bermain.
“Panggil dia untuk dipinta pertanggungjawabannya. Karena telah mencoreng penyelenggara pemilu, merusak demokrasi,” pinta Manaf dengan nada tinggi. (deden/bersambung)