KUNINGAN (MASS) – Mengenal karakter masing-masing anggota keluarga adalah kebiasaan baik yang harus mendapat perhatian utama. Mengadakan momentum-momentum untuk membangun rasa kebersamaan dan saling memahami dalam periode waktu 1-2 bulan sekali harus menjadi agenda.
Catatannya, tidak mesti kepada tempat mewah atau mahal, cukup menyesuaikan dengan keadaan keuangan keluarga namun yang terpenting adalah menciptakan kebersamaan sesama anggota keluarga. Kebersamaan ini kemudian menjadi harapan bisa saling mengenal lebih dekat.
Tidak semua keluarga memahami ilmu psikologi, namun itu tidak menjadi kendala untuk saling mengenal lebih dekat. Mengenal anggota keluarga dari modal pengalaman hidup bersama, sudah cukup untuk bisa saling mengenal. Perjalanan hidup bersama dalam satu rumah, telah banyak memberikan ilmu dan menjadi pengalaman dalam menjalani masa depan yang optimis.
Peran ibu dalam pembentukan kebersamaan keluarga menjadi peran yang sangat penting. Seorang ibu apapun latar belakang pendidikannya telah dibekali ilmu hati dari perjalanan hidupnya. Nurani keibuan untuk dapat membina dan mengarahkan keluarga, membimbing serta menjadi teladan untuk anak-anaknya.
Rasa kasih sayang seorang ibu menjadi pendorong kuat keadaan anak dan perkembangan anak. Atas kasih sayang ibu itulah, anak-anak dapat menerima nasehat-nasehat melalui keteladanan ayah dan ibunya. Keterikatan kasih sayang ibu kepada anak-anaknya itu yang menjadi pondasi dalam membina pribadi anak.
Salah satu peran ibu adalah mengenalkan ana-anak pada berbagai keadaan untuk menjalani tema-tema kehidupan. Hal itu disampaikan sebagai wujud mempersiapkan anak menghadapi keadaan, yang tidak semuanya dapat diprediksi.
Baca juga: https://kuninganmass.com/mutiara-keluarga-1/
Fokus ibu sebaiknya pada keadaan spiritual, mengenalkan hal-hal yang dapat menjadi anak-anak dapat mengenal Alloh swt, robb pencipta alam jagat raya salah satu yang ingin ditanamkan adalah keadaan yang dapat menyadarkan kelemahan diri sekaligus menyadarkan bahwa manusia selalu hidup dalam lingkungan sosial.
Maka, pada saat seorang ibu berhasil menumbuhkan karakter bahwa manusia itu lemah dan selalu membutuhkan orang lain, dari keadaan itulah diharapkan dimulainya proses penyadaran diri kepada agama, keluarga dan masyarakat.***
Kokom Komariyah