KUNINGAN (MASS) – Kisah ini dialami Sari Maryati (40), sosok wanita tegar asal Desa Jamberama Kecamatan Selajambe. Dulu sewaktu masih berumur 27 tahun, dokter memvonisnya terkena kanker payudara stadium 3. Secara medis, peluang hidupnya hanya 50-50 dalam 5 tahun berikutnya.
“Waktu itu tahun 2006. Umur saya masih 27 tahun. Awalnya ada benjolan. Tapi ketika mendatangi beberapa rumah sakit di Jakarta, ternyata saya dinyatakan tidak ada apa-apa,” tutur perempuan yang sejak lulus SMA tahun 1996 silam sudah hijrah ke Jakarta itu.
Karena kebetulan membuka usaha restoran pula di Kuala Lumpur Malaysia, Sari sempat menemui dokter di sana. Di negeri jiran tersebut ia dianjurkan untuk USG, terlebih benjolannya sudah menjalar ke bagian ketiak. Alhasil, Sari dinyatakan kanker payudara stadium 3.
“Udah menjalar ke kelenjar getah bening. Makanya dinyatakan stadium 3. Waktu itu saya bener-bener down. Kenapa sih menimpa saya yang masih 27 tahun. Sampe saya nanya ke dokter, saya akan mati ya dok? Dokter pun ikut menangis,” cerita Sari.
Dokter tersebut memberikan support kepada Sari. Dia menandaskan, Sari masih terlalu muda. Penyakitnya bisa sembuh asalkan tetap semangat dan kuat.
Sejak divonis kanker, Sari menjalani pengobatan di rumah sakit Malaysia. Benjolannya diangkat, lalu menjalani kemo terapi sebanyak 6 kali. “Saya dioperasi, dikemo 6 kali, radiasi 25 kali dan terapi obat selama 5 tahun,” tuturnya.
Sewaktu kemo terapi, di negeri orang Sari berjuang sendiri tanpa saudara yang menemani. Hanya di temani seorang warga Indonesia yang saat itu sedang bekerja di Malaysia. Sewaktu kemo sari merasakan mual. Susah makan dan rambut pun rontok.
“Bener-bener down saya waktu itu. Tapi alhamdulillah di rumah sakit saya ketemu penderita kanker lainnya. Saya gabung di Cancer Support Malaysia, saya dapet support, saya pun bangkit,” tandasnya.
Menurut Sari, dalam kanker ini jangan dilihat berapa stadiumnya. Banyak kejadian, penderita stadium 4 bisa sembuh sedangkan stadium 1 justru malah meninggal. Poinnya tetap semangat dan menyerahkan diri pada takdir Ilahi.
“Temen saya yang sudah stadium 4, masih hidup sampai 10-12 tahun sekarang ini. Jadi harus semangat, gaya hidupnya seperti pola makan harus diperhatikan, gak boleh stress dan berolahraga,” ucap alumni SMA Muhammadiyah Kuningan itu.
Meskipun Sari telah dinyatakan sembuh dari kankernya tapi ia masih rutin melakukan medical check up. Aktivitasnya banyak di Bekasi dan Jakarta.
Justru dari pengalamannya itu, Sari ingin berbagi kepedulian terhadap tanah kelahirannya. Seminggu dalam sebulan, ia akan habiskan waktu di Kuningan untuk ikut membantu para penderita kanker di Kabupaten Kuningan.
“Di Indonesia, kanker payudara itu pembunuh nomor 1. Saya melihat penderita kanker di Kuningan cukup banyak. Maka saya tergugah untuk share pengalaman sebagai orang yang lahir di Kuningan,” tekadnya.
Atas dasar pengalaman pribadi itulah Sari akhirnya mendirikan Yayasan Cancer Support Kuningan dalam rangka berbagi kepedulian. Karena seorang pasien kanker itu selain mendapat support dari keluarga, mereka membutuhkan support tebesar dari sesama penderita kanker.
“Ternyata saya pribadi merasakan, support paling besar itu dari penderita kanker lainnya. Nah saya yang pernah ngalamin itu, insya allah ingin ikut membantu mensupport. Apa yang saya lakukan ini murni dari hati, tidak ada unsur-unsur yang lain,” pungkasnya. (deden)