KUNINGAN (MASS) – Hari santri nasional tanggal 22 Oktober yang selalu diperingati dengan upacara dan kegiatan-kegiatan sosial keagamaan ini bukan hanya sebatas acara seremonial semata, melainkan mengandung makna mendalam bagi para ulama, tokoh agama, santri.
Tidak hanya bagi tokoh agama, Hari Santri juga harus jadi pengingat bagi para pemimpin, dalam hal ini para calon bupati yang sedang berusaha memikat hati rakyat Kuningan.
Hal itulah yang ditegaskan Sekretaris Umum PC IPNU Kuningan, Imin Abdul Muhaemin. Ia berharap HSN ini menjadi momentum refleksi demi meningkatkan dan mengembangkan bakat dan kompetensi, agar bisa memiliki peran dalam mengisi pembangunan daerah di segala sektor.
“Begitu pun untuk calon Bupati Kuningan, diketahui bahwa dalam setiap visi-misinya terkait pendidikan hanya berfokus pada lembaganya saja,” kata Imin.
Setidaknya, lanjut Imin, terdapat 2 makna di HSN ini yang bisa menjadi “catatan” penting untuk Calon Bupati Kuningan di masa mendatang akan pentingnya dunia pendidikan pesantren.
1. Wacana Perlindungan Santri: Hari Santri Nasional bisa menjadi momentum untuk merefleksikan perlindungan hak-hak santri, termasuk dari ancaman kekerasan seksual. Isu kekerasan seksual dapat dibahas secara terbuka pada momen ini, untuk memperkuat kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan pesantren sebagai tempat yang aman.
2. Reformasi Pesantren: Perayaan Hari Santri juga dapat mendorong diskusi tentang reformasi di pesantren, terutama dalam hal pengawasan dan regulasi untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual. Momentum Hari Santri dapat menjadi pengingat bahwa pesantren harus menjadi ruang aman bagi pendidikan agama dan moral.
“Hari Santri Nasional harus dijadikan alarm pengingat bagi calon Bupati Kuningan untuk bisa memastikan bahwa isu-isu kekerasan seksual di kalangan santri Kuningan ini yang dari tahun ke tahun tidak pernah absen dan seolah-olah menjadi momok menakutkan untuk calon santri yang akan mengenyam pendidikan di Pesantren ini, tidak ada,” tegasnya. (eki)