SELAJAMBE (MASS) – Desa Jamberama Kecamatan Selajambe mungkin bukan satu-satunya sekolah tani di Kabupaten Kuningan, namun alasan terbentuknya sekolah yang dinamai Agrimandiri, dan langkahnya yang berani, patut diapresiasi.
Ketua Sekolah Tani Agrimandiri Sakim menyebutkan bahwa terbentuknya lembaga non desa tersebut diprakarsai oleh PJs kepala desa sebelumnya yang melihat potensi dari lahan tidak produktif di masyarakat. Sang PJs yang kini kembali ke Kecamatan tersebut, melihat adanya peluang bagi masyarakat dari lahan yang ada.
“Karena memang tujuannya ingin memberdayakan masyarakat, makanya kita terus lakukan dengan sungguh-sungguh,” ujarnya pada kuninganmass.com Jumat (28/2/2020) pagi.
Pada saat ditemui, Sakim bersama kelompoknya sedang mengolah hasil panen dari percobaan sekolah tani. Di sekolah tani, mereka melakukan percobaan dan perhitungan, serta memperkirakan teknologi apa saja yang dibutuhkan agar biaya produksi rendah dan bisa meraup untung yang lebih tinggi.
Sementara ini, Sekolah tani sedang berfokus pada pengembangan pertanian di bawang merah. Hal itu terbilang berani, mengingat Kuningan bukanlah sentra bawang merah seperti umumnya di Kabupaten Brebes.
“Kita terus coba, sampai ketemu berapa total biaya produksi sampai ke pemasarannya, bahkan teknologinya. Nanti kalo sudah tergambar secara gambling, kita akan sosialisasikan pada masayarakat luas,” tuturnya.
Sampai saat ini, diakuinya sekolah tani masih bersifat kelompok, belum menjadi Bumdes dan belum bisa mendapat bantuan pendanaan dari Desa. Area yang digarap sendiri baru sekitar 100 bata saja.
“Nanti kita juga akan proyeksikan sebagai penampung hasil panen masyarakat, juga sebagai penyedia bibit, dan pupukna. Lalu angan-angan kedepan mah mungkin merambah ke pemberdayaan kolam misalnya, dan banyak lah. Sekarang kan masih serba keterbatasan,” sebutnya di akhir wawancara. (eki)