KUNINGAN (MASS) – Makin berisi, makin merunduk. Nampaknya filosofi ilmu padi ini pantas disematkan pada sosok Dr Jumhari ST MT. Meskipun bertitel doktor dan kini menjabat sekretaris DPMPTSP, namun semuanya itu tidak mengubah kesederhanaannya serta sikap merakyatnya.
Dengan siapapun, pria asal Desa Sampora Kecamatan Cilimus ini tidak menjaga jarak. Sebuah ungkapan mendalam ‘Bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa’ kerap ia lontarkan. Yang terpenting baginya, dalam setiap kesempatan dituntut untuk memperbaiki diri dan memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada sesama.
“Karena bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, maka bersungguh-sungguhlah dalam berikhtiar, dalam memperbaiki diri, memberikan manfaat kepada sesama, dan berserah diri kepada Sang Maha Pencipta,” ujar Jumhari kala diajak bincang-bincang menyangkut filosofi hidupnya, Jumat (19/11/2021).
Sekilas, sosok Jumhari ini tampak biasa-biasa aja. Bergaul tanpa kasta, atau istilah lebih sederhana low profile. Tapi ketika diajak ngobrol serius, kecerdasannya terasa. Sembari melemparkan senyum khasnya, Jumhari memperlihatkan gaya komunikasi yang boleh dibilang berkapasitas dan mumpuni, selaras dengan titel yang disandangnya.
Kendati demikian, Jumhari terus menampik penilaian orang lain. Dirinya merasa bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Termasuk ketika disinggung soal open bidding yang dia ikuti dimana muncul penilaian orang bahwa dirinya menyimpan potensi besar untuk lolos, Jumhari tetap tak bergeming.
“Itu mah pendidikan yang sudah ditempuh, kemampuan disiplin ilmu yang dimiliki. Sifatnya kemampuan pribadi. Belum tentu berdampak terhadap jabatan,” jawabnya kala ditanya titel doktornya yang dikorelasikan dengan open bidding yang sedang ia ikuti.
Lantas kenapa ikutan open bidding segala? Jumhari menjelaskan, motivasinya mengikuti lelang jabatan karena kebetulan ada posisi kosong yang sesuai kompetensinya. Jika memang dipercaya, ia berharap bisa memberikan nilai manfaat bagi masyarakat lewat posisi tersebut.
Selaras dengan filosofi hidupnya, keikutsertaan Jumhari dalam open bidding merupakan proses melakukan kesungguhan untuk ikut berkompetisi karena terpenuhinya semua prasyarat administrasi. Tanpa memerhatikan “dekat” dengan siapa, ia merasa wajib mencobanya.
“Saya harus mencobanya, harus bersungguh-sungguh, kemudian berserah diri kepada Allah SWT,” tandas ayah tiga anak tersebut.
Open bidding yang Jumhari ikuti, untuk posisi kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, serta posisi Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan SDM. Untuk posisi tersebut, ia pernah menjadi bagian dari Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (DSDAP) sebagai kepala UPT Cibeureum.
Sejak 2006 hingga 2015 Jumhari bergelut dengan tata gilir air, jaringan irigasi teknis, penentuan masa tanam dan lainnya yang bersentuhan dengan nasib para petani. Disiplin ilmu geologinya yang linear S1 sampai S3 mendukung pengetahuan terhadap karakteristik tanah, air dan batuan dalam pengelolaan pertanian.
Selain menjabat kepala UPT Cibeureum, Jumhari juga pernah menjabat kabid konservasi lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup, lebih dari 3 tahun. Kala itu, dirinya kerap bersentuhan dengan petani hutan.
Pada posisinya sekarang sebagai sekretaris DPMPTSP, tentu Jumhari bersentuhan dengan kepegawaian dan kemasyarakatan. Tak heran jika dirinya memberanikan diri “melamar” jabatan staf ahli bupati bidang kemasyarakatan dan SDM, disamping untuk posisi kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Bagaimana nanti kalau tidak lolos? Menerima pertanyaan tersebut, Jumhari terlihat enteng dalam menjawabnya.
“Itu bagian dari proses pembentukan diri, memberikan pengalaman dalam prosesnya, dan memberi masukan perbaikan diri. Intinya, saya dapat mengevaluasi diri sendiri apa kelebihan dan kekurangan saya,” tegasnya.
Seperti yang telah diungkapkannya, Jumhari menyadari bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Yang terpenting menurut dia, tetap bersungguh-sungguh dan selalu berserah diri kepada Allah SWT. Ikhlas menjalani dan ridho dengan ketetapan-Nya.
Sementara, diusianya yang kepala empat, Jumhari terus berkiprah di masyarakat, baik secara pribadi maupun secara institusi kedinasan. Yang terbaru, tahun 2018 ia telah mendirikan sebuah pondok pesantren bernama Al Jailani di desa kelahirannya. Pesantren berkonsep salafi ini menggratiskan pembiayaan bagi para santri.
Sedangkan secara institusi, sewaktu menjabat kabid konservasi, ia bersama masyarakat berhasil menyulap lahan kritis berbatu seluas 20 hektar di Padabeunghar menjadi Taman Buah Sunda Buhun. (deden)