Kekuatan alami dari menyusui adalah salah satu keajaiban dunia. Ini tentang cinta yang sebenarnya dan menjaga serta merayakan kebahagiaan dalam memelihara kehidupan baru. Ini juga tentang menikmati kala menjadi sosok wanita.
– Anwar Fazal –
KUNINGAN (MASS) – ASI adalah makanan utama dan pertama dengan kualitas terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah pemberian dari Sang Maha Pencipta. Berbagai kandungan zat gizi terdapat di dalam ASI yang dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi. Banyak manfaat dan kelebihan yang akan di terima oleh bayi yang menerima / diberikan ASI. Kualitas imunitas pada bayi akan meningkat secara sempurna apabila ASI dapat diberikan secara baik, bukan hanya kualitas imun tetapi juga ASI mampu menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernapasan, dan infeksi telinga. ASI juga bisa menurunkan dan mencegah terjadinya penyakir noninfeksi, seperti penyakit alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksim. Selain itu, ASI dapat pula meningkatkan IQ dan EQ anak (Prasetyono DS, 2009:21, 27).
Sistem kekebalan tubuh berperan penting melindungi kita dari infeksi virus, kuman/bakteri dan lain-lain. Dalam kesehariannya, tanpa disadari kita hidup berdampingan dengan kuman- kuman. Kuman yang tersebar di lingkungan kita dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara pernapasan maupun makanan. Namun sistem kekebalan tubuh dapat menjaga tubuh tetap terlindung dari kuman tersebut. Proses terbentuknya sistem kekebalan tubuh yang paling penting adalah dimulai sejak dari awal kelahiran hingga usia 1 tahun. Sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif. ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat dalam susu formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, serta 0,2% zat lainnya yang berupa DHA, DAA, shpynogelin, dan zat gizi lainnya.ASI mengandung zat pelindung atau antibody yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: lmmunoglobin, lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, Lactobacillus, Bafidus, dan Lactoferrin (Baskoro A, 2008:6).
Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) harus terus dilakukan sampai bayi berumur dua tahun atau, namun sebagian ibu salah memahami bahwa susu-susu yang tersedia di pasar lebih bagus daripada air susu mereka sendiri. Mereka banyak memberikan susu buatan pabrik kepada bayi mereka karena sebagian dari mereka ada yang terlalu sibuk dengan karirnya.
Menurut Riskesdas 2016 selama kehamilan dan 730 hari pertama setelah bayi yang dilahirkan telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode ini ada yang menyebutnya sebagai “Periode emas (golden age)”. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung, dan kanker.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2016) mengenai persentase status gizi balita pendek di Indonesia tahun 2013 adalah 37,2%, jika dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak menunjukkan penurunan atau perbaikan yang signifikan. Masalah balita pendek tersebut menggambarkan adanya masalah gizi kronis, salah satunya dipengaruhi oleh masa pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada bayi tersebut yang belum optimal.
Pemberian ASI sangat berperan dalam pemenuhan nutrisi bayi sehingga dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi. Dengan menyusui dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50%, dan penyakit usus parah pada bayi premature dapat berkurang kejadiannya sebanyak 58% sedangkan pada ibu, resiko kanker payudara juga dapat menurun 6-10%.
Penyusuan atau yang sudah dikenal sebagai pemberian ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa memberikan cairan atau makanan padat lainnya kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk sirup sampai usia 4-6 bulan. Manfaat umum pemberian ASI kepada bayi adalah membuat bayi tumbuh dengan sehat jasmani ruhani dan mentalnya. Manfaat bagi ibu antara lain: menyusui menjadi metode alami kontrasepsi selama 6 bulan pertama, terhindar dari kanker payudara, perdarahan tipe lambat berkurang dan membantu pengecilan rahim. Manfaat bagi keluarga: ekonomis, hygenis, praktis dan bahagia. Manfaat bagi negara: menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, mengurangi subsidi untuk rumah sakit, dan meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.
Terkait dengan lamanya pemberian ASI, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan kepada para ibu untuk memberikan ASI pada anaknya selama 6 bulan pertama dari kelahirannya, dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang bergizi. Proses ini merupakan kunci bagi tumbuh-kembang sehat optiomal bagi anak.
Air susu ibu merupakan makanan utama bagi bayi ketika usia itu dan ia sangat membutuhkan kasih sayang dan perawatan ekstra, yang hal ini tidak mungkin dilakukan kecuali oleh ibu kandungnya sendiri. bulan pertama dari kelahirannya, dan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang bergizi. Proses ini merupakan kunci bagi tumbuh-kembang sehat optiomal bagi anak. Menurut Al-Maraghi, hikmah ditetapkannya penetapan waktu menyusui bayi dengan masa dua tahun ini adalah, agar kepentingan bayi benarbenar diperhatikan. Air susu ibu merupakan makanan utama bagi bayi ketika usia itu dan ia sangat membutuhkan kasih sayang dan perawatan ekstra, yang hal ini tidak mungkin dilakukan kecuali oleh ibu kandungnya sendiri.
KONDISI DI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2019 sd 2020
Kesadaran akan pemberian ASI kepada Bayi Dua Tahun (Baduta) dari tahun 2019 ke 2020 mengalami peningkatan, pada tahun 2019 rata-rata lama baduta di susui di Kabupaten Kuningan adalah selama 10,77 bulan dan mengalami peningkatan menjadi 11,01 bulan.
Arah dari perkembangan kualitas rata-rata lamanya di susui pada baduta menjadi berbeda untuk wilayah Propinsi Jawa Barat yang justru mengalami penurunan.
Bukan untuk melebihkan kondisi ini akan tetapi bahwa efek pandemic yang meminta setiap penduduk untuk lebih banyak dirumah memberikan dampak pada peningkatan dari kualitas lamanya baduta di susui.
Mungkin dampak perekonomian lebih mengedepan dalam pengamatan, seperti Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang terkontraksi ke angka pertumbuhan negative namun pada sisi ini maka dapat dilihat bahwa peluang terhindar dari terserang penyakit pandemik Covid-19 menjadi lebih baik. Kualitas rata-rata lamanya pemberian ASI menjadi lebih baik secara analog akan memungkinkan imunitas pada generasi baduta tersebut menjadi lebih baik.
Dari sisi kualitas lamanya / durasi pemberian ASI pada tahun 2019 sd 2020, Survey Sosial Ekonomi Nasional membagi menjadi 4 kelompok durasi, yaitu : <= 12 bulan; 13 sd 15 bulan; 16 sd 19 bulan dan 20 sd 23 bulan
Kualitas durasi pemberian ASI di Kabupaten Kuningan juga mengalami peningkatan untuk kelompok durasi pemberian ASI ke 4; yaitu 20 sampai dengan 23 bulan. Dan kualitas durasi pemberiaan ASI di Jawa Barat justru mengalami penurunan pada kelompok durasi ke 4. Dari tahun 2019 yang sebanyak 12,24 persen menjadi 10,78 persen saja di tahun 2020.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah upaya memberikan tambahan makanan dan untuk menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi agar tercapainya status gizi yang baik. Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak yang sedang tumbuh kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa.
Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi (Azwar, 2004).
Gizi memiliki peran yang sangat penting untuk siklus hidup manusia, khususnya perkembangan anak. Kekurangan gizi yang terjadi dimasa kehamilan pada seorang ibu juga merupakan ancaman akan terjadinya gizi kurang bahkan lebih parahnya terjadi kasus gizi buruk pada anak yang dilahirkan. Kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak yang apabila tidak diatas sedini mungkin akan berdampak hingga dewasa.
Berikut adalah infografis pemberian makanan pada baduta di Kabupaten Kuningan dan Propinsi Jawa Barat tahun 2020.
Upaya bagi pemenuhan standar kualitas durasi dan pemberian makanan tambahan secara langsung akan mampu membuat generasi masa depan menjadi generasi yang tangguh kualitas kesehatannya. Jenis kegiatan yang dapat dilakukan tenaga kesehatan untuk memperkuat daya tahan tubuh balita yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan pada ibu balita mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh balita terhadap penyakit yaitu 1) dengan pemberian ASI Eksklusif, 2) Menjaga Nutrisi Lengkap dan Seimbang, 3) Hindari makanan cepat saji dan olahan terutama yang berbahan zat adiktif, 4) Menjaga kebersihan, 5) Tidur yang cukup, 6) Imunisasi Lengkap dan Tepat Waktu, 7) Pola asuh tepat, 8) Suplementasi.
Penulis : ASEP HERMANSYAH, S.ST, Fungsional Statistisi Ahli Muda di BPS Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
DAFTAR PUSTAKA
- Prasetyono DS, 2009. Buku ASI Eksklusif. Diva Press. Yogyakarta.
- Baskoro Anton. 2008. Panduan Praktis Ibu Menyusui. Banyu Media. Yogyakarta
- Siti Rahyhani Fadhila et al. (2016). Dampak dari Tidak Menyusui di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia: Indonesian Pediatric Society; Commited in Improving the Health of Indonesian Children.
- Adil bin Yusuf Al-Azzazi. (2008). Saat Ibu Mengandung. Surakarta: Ziyad Books. hlm. 190
- Riskesdas. (2016). hlm. 2.
- Riskesdas. (2016). hlm. 1-3.
- Siti Rahyhani Fadhila et al. (2016). Dampak dari Tidak Menyusui di Indonesia. Jakarta.
- World Health Organization. (1998). Complementary Feeding of Young Children in Developing Countries: a review of Current scientific knowledge. Geneva: WHO.
- Nanang Rokhman. (2012). Laktasi dalam Perspektif Al-Qur’an. STIKES Yarsis. hlm. 8.
- Azwar, A. (2004). Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Depan. jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan.
- Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Barat Tahun 2019 https://jabar.bps.go.id/publication.html?Publikasi%5BtahunJudul%5D=&Publikasi%5BkataKunci%5D=kesejahteraan+2019&Publikasi%5BcekJudul%5D=0&yt0=Tampilkan
- Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 https://jabar.bps.go.id/publication.html?Publikasi%5BtahunJudul%5D=&Publikasi%5BkataKunci%5D=kesejahteraan+2020&Publikasi%5BcekJudul%5D=0&yt0=Tampilkan