KUNINGAN (MASS) – Pernyataan Cawabup M Ridho Suganda soal joki nomor antrian rumah sakit, menuai respon dari beberapa kalangan. Mereka meminta agar politisi yang akrab dengan sapaan Edo tersebut lebih hati-hati dalam berbicara.
“Seharusnya kang Edo itu lebih hati-hati kalau bicara, toh mau mencalonkan itu bakal memimpin kurang lebih 1 juta jiwa warga di Kabupaten Kuningan. Masa kebijakan pekerja satpam aja dibuka di umum, giliran mau bahas BPJS nunggak tidak diteruskan,” kata Yayan Iba, ketua MPO Gasibu MP (Gabungan Anak Siliwangi Barisan Utama) Macan Putih itu, Selasa (5/6/2018).
Ia menyarankan agar para cabup dan cawabup mempersiapkan sikap dan mental kemandirian. Menurut Yayan, satpam itu pekerja yang ukurannya UMR. Sehingga dianggap kurang berperasaan apabila kaum kecil dimasalahkan.
“Masa sih kaum kecil kang Ridho mempermasalahkan, bisa-bisa tukang parkir dikasih goceng, lebih 3 ribu jadi masalah nih kang Ridho. Kasihan dapur orang kecil tidak usah diungkap, kalau mau ungkap penyimpangan BPJS baru tuh ngetop,” saran Yayan.
Dia berharap peristiwa seperti itu jangan terulang lagi. “Jangan terulang lagi tuh efek psikologi terhadap pegawai kecil akibat calon pemimpin pilkada keceplosan ngomong hingga rakyat kecil tersakiti,” ucapnya.
Kalau benar satpam melakukan pungli (pungutan liar) dengan menjadi joki, Yayan merasa yakin korbannya hanya Ridho saja. Sebab menurutnya, modus pungli seperti itu belum pernah terdengar oleh masyarakat umum.
“Kalau toh benar juga satpam mungut pungli, saya yakin korbannya hanya kang Rhido saja, karena modus pungli ini belum pernah terdengar oleh masyarakat umum. Ya udah itung-itung ngebahagiain orang kecil aja kang Edo, tidak usah lempar-lemparan yang tidak jelas wujud orangnya. Yang sudah jelas saja utang pemda ke BPJS 89 milyar gimana tindak lanjutnya tuh,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua DPC Partai Gerindra Kuningan, H Dede Ismail SIP mengaku belum mengetahui permasalahan. Sehingga anggota dewan ini enggan menanggapi masalah tersebut kala dikonfirmasi. (deden)