KUNINGAN (MASS) – Pemegang sanad Al Qur’an tertinggi di Indonesia dengan Qiroat Asyroh, Syaikh Khanova Maulana LC Al Hafidz, hadir di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, Sabtu (8/10/2022). Kehadirannya dalam rangka mengisi Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan ponpes tersebut di Lapangan STISHK.
Syaikh Maulana sendiri merupakan lulusan MTs dan MA Pondok Pesantren Husnul Khotimah. Ia menyelesaikan hafalan 30 Juz ketika duduk di bangku Aliyah, saat masih berumur 16 tahun.
Alumni HK asal Bandung ini merasa terharu setelah 16 tahun tidak menginjakkan kaki di pondok pesantren tercintanya seperti yang diungkapkan dalam ceramahnya.
“Adalah sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, hanya bisa dirasakan dengan hati, dimana kita pulang ke rumah di tempat kita biasa mencari kisah, kisah kasih di sekolah, kisah kasih bersama para sahabat, bersama para guru, bersama para handai taulan,” tuturnya.
Maulana melanjutkan, seseorang nanti akan dikumpulkan bersama orang yang dia cintai. Ketika yang dicintainya adalah ahli Al Quran maka akan dikumpulkan bersama ahli Al Quran. Barang siapa yang dicintainya ahli maksiat maka dia pun akan dikumpulkan bersama ahli maksiat. Dan siapa yang cinta dengan rosul maka kelak akan dikumpulkan pula bersama rosul.
“Saya ingin mengucapkan dari hati yang paling dalam, ana uhibbukum fillah, ana mencintai antum semua karena Allah taala, semoga hal ini ditimbang oleh Allah SWT sebagai bagian daripada Al-mar’u ma’a man ahabba. Seseorang itu nanti akan dikumpulkan bersama orang yang dia cintai, ketika yang dicintai adalah ahli al Qur’an maka akan dikumpulkan bersama ahli Qur’an, kalau yang dicintai ahli maksiat, maka akan dikumpulkan bersama ahli maksiat, dan siapa yang cinta dengan Rasulullah SAW, maka kelak akan dikumpulkan bersama Rasulullah SAW, insyaAllah,” ungkapnya.
Saat membahas Maulid Nabi, Syaikh Khanova Maulana mengutip perkataan Imam Al Qusyairi, seorang imam yang lahir dan wafat di abad ke-7. “Ketauhilah keutamaan Rasulullah SAW itu tidak ada takarannya, tidak ada bandingannya. Yang membuat setiap orang yang mau merepresentasikan dalam sebuah tulisan itu dia tidak akan sanggup melakukannya. Dan buat orang-orang yang ahli ilmu yang ingin menuliskan bagaimana rasulullah SAW, maka ketauhilah ia tidak akan pernah mampu menyempurnakannya pasti akan selalu ada yang belum dia dapati betapapun luasnya pengetahuan seseorang akan keluhurannya hingga waktu terhenti,” sebutnya.
Namun, kata Syaikh Khanova, ada satu hal yang dapat dikorelasikan, yaitu Kana khuluquhu Al-Qur’an (Akhlak Nabi SAW tercermin dalam Al Qur’an). Kepada para santri yang hadir, ia mengimbau untuk menjadi ahlul Qur’an sebelum menjadi apapun itu. Yang diharapkan orang tua, imbuhnya, bukan menjadi presiden, politisi, tentara, atlit, seniman, atau apapun itu.
“Tetapi yang diharapkan orang tua antum menjadi anak yang sholeh terlebih dahulu sebelum menjadi itu semua. Nah diantara bentuk pengamalan menjadi anak yang sholeh kita menjadi seorang yang menjadi syafaat buat orang tua, dan syafaat itu salah satunya dari al Qur’an,” ungkap Khanova.
Imam Ibnu Mubarak menyebutkan, lanjutnya, ada istilahnya sanad al Isnadu minaddin, wa lau laa al isnadu laqoola man sya’a wa ma sya’a”. Tsanad adalah bagian penting dari agama, karena kalaulah bukan karena tsanad orang akan berkata sesuka hati.
“Kita membaca al Qur’an, diajarkan dari guru kita, guru kita telah memiliki sertifikat dari gurunya, dimana gurunya juga telah mendapatkan sertifikat dari gurunya, dari gurunya gurunya sampai ke sahabat sampai ke Rasulullah SAW, inilah yang dinamakan dengan sanad,” jelasnya.
Khanova menegaskan, jika mengaku muslim maka belajar Al Quran itu wajib. Namun selanjutnya ketika ingin menjadi ahli atau pakar, itu adalah pilihan.
“Kita semua harus belajar al Qur’an, apa hukum belajar al Qur’an? selama kita muslim maka belajar al Qur’an adalah wajib. Namun menjadi ahli atau pakar adalah pilihan, antum mau menjadi pembelajar saja atau mau menjadi ahli atau keluarga Al Qur’an?,” tanya Syaikh Khanova.
Disamping Syaikh Khanova Maulana, Mudir HK1, Ustadz Mulyadin LC MH pun menyampaikan beberapa pesan kepada para santri. Pertama, Banyak Berdoa kepada Allah SWT agar Allah melembutkan hati dan mencintai Rasulullah SAW.
Kemudian, berupaya untuk mengingat sejarah perjuangan dan pesan Nabi Muhammad SAW. Kalau peringatan setahun sekali, terang Mulyadin, itu sifatnya hanya perayaan. Tapi peringatan sesungguhnya adalah setiap saat.
“Kemudian yang ketiga, banyak bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan yang terakhir banyak berdoa agar kelak dipertemukan dengan Baginda Nabi Muhammad SAW,” serunya. (deden)