KUNINGAN (MASS) – Agama memiliki peran signifikan yang turut memberikan sumbangsih bagi kehidupan seseorang agar menjadi sebuah nilai yang bermakna dalam kehidupannya, termasuk memberikan sumbangsih dalam mengatur seseorang secara psikologis dalam meredam permasalahan-permasalahan psikologis yang dialami setiap orang. Siapapun dan dimanapun, kehidupan seseorang pasti pernah mengalami permasalahan-permasalahan kehidupan, dengan tingkat permasalahan yang beragam. Permasalahan seseorang yang berkelanjutan, disadari maupun tidak dapat memicu munculnya depresi atau frustasi. Disinilah agama memiliki peran yang penting sebagai solusi bagi jiwa seseorang dari terjangkitnya depresi dan frustasi.
Dalam kehidupan ini, setiap orang pasti memiliki masalah yang dialaminya. Masalah yang dihadapi ini sangat beragam dan biasanya tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohaninya. Permasalahan yang dialami seseorang memang sangat beragam, namun yang banyak nampak ke permukaan adalah masalah ekonomi dan perasaan (percintaan). Kurangnya ekonomi dalam sebuah keluarga dan sulitnya memenuhi kebutuhan hidup, para remaja yang dalam masa puber sedang mabuk dalam perasaan lalu mengalami putus cinta, cinta ditolak, masalah ini yang mendukung seseorang mengalami depresi atau frustasi.
Depresi dan frustasi dianggap sebagai penyakit di zaman sekarang, tidak hanya berbahaya secara kejiwaan, tetapi juga mewujud dalam berbagai kerusakan tubuh. Depresi dan frustasi pun mengakitbatkan gangguan umum yaitu beberapa bentuk penyakit kejiwaan, memilikirasa cemas yang berlebihan, kurangnya minat dalam beraktivitas, gangguan tidur yang dimana akan berdampak buruk pada kesehatan tubuh juga. Bahkan tidak jarang orang yang mengalami depresi atau frustasi ini merusak anggota tubuhnya (self hram), seperti menyayat bagian tubuhnya menggunakan silet atau cutter dengan dalih untuk menghilangkan depresi atau frustasi yang sedang dialaminya. Bahakan lebih parahnya lagi karena mengalami depresi dan frustasi banyak orang mengakhiri hidupnya dengan cara melakukan bunuh diri.
Banyak sekali kasus bunuh diri di Indonesia terutama pada tahun 2023 ini. Berdasarkan data Pusat Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang tahun 2023 ini (katadata.co.id). Penyebabnya pun beragam, namun faktor umum yang muncul dalam banyak kasus bunuh diri adalah karena gangguan kesehatan mental seperti depresi dan frutasi.
Di Kuningan sendiri kasus bunuh diri juga banyak terjadi, dikutip dari salah satu website kuningan, jumlah kasus bunuh diri yang terjadi di Kuningan hingga bulan Oktober 2023 terdapat tiga kasus bunuh diri.
Jika dilihat dari aspek psikologi secara umum, memang depresi dan frustasi dapat menyebabkan seseorang melakukan aksi nekat seperti bunuh diri. Namun jika dilihat dari aspek psikologi agama, hal semacam itu merupakan penyakit bagi seseorang yang di dalam hatinya jauh dari syari’at agama, enggan melakukan amal-amal kebaikan agama, lupa akan pedoman hidup dan berpaling dari petunjuk yang tersurat di dalam kitab suci-Nya.
Allah Swt Berfirman dalam Q.S Thaha ayat 124
أَعْمَىٰ ٱلْقِيَٰمَةِ يَوْمَ وَنَحْشُرُهُۥ ضَنكًا مَعِيشَةً لَهُۥ فَإِنَّ ذِكْرِى عَن أَعْرَضَ وَمَنْ
Terjemahnya : “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”
Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan agama sekarang memang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan modern. Apapun alasan kebenciannya, betapapun ia tidak percaya kepada Tuhan, namun ia tidak dapat melepaskan diri dari kehidupan beragama. Oleh karena itu kajian-kajian keilmuan dalam islam pun berkembang, hingga lahirlah ekonomi islam, filsafat islam, psikologi islam dan lain-lain. Sementara untuk mengetahui karakteristik dan perilaku kejiwaan adalah psikologi sehingga untuk mengetahui kejiwaan masalah agama dan sudut pandang agama adalah psikologi agama.
Oleh karena itu, dalam permasalahan-permasalahan kehidupan setiap orang, kita khususnya yang mampu berfikir, menelaah dan membedakan mana perilaku yang pantas untuk dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan, harus senantiasa melibatkan pedoman-pedoman hidup yang kita miliki dalam agama kita, (Islam) khusunya, dalam tuntunan kehidupan, menata kehidupan, petunjuk yang hak dan batil, itu semuanya ada dalam kitab suci Al-quranul Kariim, dan tentunya asupan nasihat-nasihat agama diperlukan sebagai obat dan asupan bagi kebutuhan bathin kita.
Sehingga setiap permasalahan yang dihadapi mampu dapat dijalani dan dilalui karena dengan dasar agama yang kuat, menjadikan agama sebagai peran utama dalam melakukan setiap tindakan. Penyakit kejiwaan berupa depresi dan frustasi pun Insya Allah dijauhkan dan akan semakin mudah untuk melaluinya dengan melibatkan peran agama sebagai solusi bagi permasalahan jasmani dan rohani setiap orang.
Penulis: Adzkia Fuji Rahayu Mahasiswi Universitas Islam Al-Ihya Kuningan