KUNINGAN (MASS) – Akhir-akhir ini berbagai media massa menyuguhkan kepada kita mengenai hiruk pikuk pergantian kepemimpinan di level daerah dan pusat. Seakan-akan tak ada lagi tema lain yang lebih penting untuk diperbincangkan dan disuguhkan ke publik.
Elite politik pun kerap muncul dengan nalar dan argumentasi politiknya masing-masing. Sebagai medan kompetisi, pilkada serentak telah berlalu pada 27 Juni lalu. Kini menjelang pemilihan umum, tepatnya 17 April 2019.
Di tengah situasi dan fenomena semacam itu kita kerap melupakan satu tema sederhana tapi penting: kualitas diri kita sebagai warga negara. Padahal, secara kalkulasi manusiawi, pemimpin yang terpilih sangat ditentukan oleh kualitas diri kita. Di samping tentu yang utama adalah takdir Allah.
Kita perlu menyadari bahwa mengurus atau memimpin negara itu butuh kompetensi yang luar biasa, termasuk mental memimpin. Di sini tak ada ruang bagi yang cengeng dan berorientasi sempit dan remeh temeh.
Memimpin diri adalah medan latihannya. Keluarga juga adalah medan latihannya. Bahkan partai politik, organisasi, dan nama lain adalah medan latihannya.
Kalau memimpin diri dan keluarga saja gagap dan gugup; atau memimpin partai politik dan organisasi saja gagap dan gugup; lalu untuk apa rebutan menjadi pemimpin untuk memimpin negara?
Ingat, memimpin itu ada pertanggungjawabannya, langsung atau tidak langsung. Kini atau kelak. Baik kepada rakyat maupun kepada Allah. Memang sudah menyiapkan diri menjadi pemimpin yang bertanggungjawab, lebih dari sekadar mau memimpin?
Sekadar jadi bahan renungan, bisa jadi di dunia kita lolos dari hukuman karena kompromi politik dan hukum, tapi di akhirat kita tidak bisa luput. Semua terbuka lebar dan tak bisa dimanipulasi. Pemimpin atau warga negara yang zolim, atau pun yang adil, bakal mendapat balasan sesuai amalnya masing-masing ketika di dunia.
Karena itu, jadilah warga negara yang berkualitas dari berbagai sisi. Menjadi warga negara berkualitas tak perlu menanti pemimpin baru. Karena kita mestinya menjadi orang baik dan berkualitas bukan karena orang lain seperti karena adanya pemimpin, tapi oleh kesadaran dan keyakinan kita sendiri untuk menjadi yang terbaik.
Lebih jauh lagi, bagaimana kualitas kita sebagai warga negara maka sebegitulah kualitas pemimpin yang akan memimpin kita. Maka jadilah warga yang berkualitas, agar kita mendapatkan pemimpin yang berkualitas. Bahkan bisa jadi kita punya prasyarat menjadi pemimpin yang berkualitas pula.
Adalah Allah sudah menggariskan bahwa perubahan suatu kaum sangat ditentukan oleh kualitas individu dalam sebuah kaum. (Silakan baca dan pahami Qur’an surat ar-Ra’du ayat 11).
Dalam konteks negara, perubahan suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas warga negaranya. Kualitas kepemimpinan juga sangat ditentukan oleh kualitas warga negara yang memilihnya.
Semoga kita semua tersadarkan, agar kita tak kehabisan energi untuk hal-hal yang tak substantif atau remeh temeh dalam menentukan siapa pemimpin yang akan kita pilih.
Akhirnya, mari bergerak cepat dan tepat untuk meningkatkan kualitas diri. Bukan sibuk mencaci maki atau menghina orang lain. Karena selain berseberangan dengan nurani dan akal sehat, tingkah dan sikap semacam itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan Kitab Suci (Qur’an). ***
Oleh : Syamsudin Kadir (Direktur Eksekutif Mitra Pemuda)