KUNINGAN (MASS)- Pasca melakukan penangkapan dan penahan pihak Polres Kuningan memberikan keterangan resmi kepada awak media terkait H AS (42) yang merupakan pengasuh Ponpes MI Dusun Karangmulya Desa Segong Kecamatan Karangkancana. Kasus terungkap bermula dari adanya laporan yang masuk ke Polres Kuningan pada Selasa (11/9//2018) dari salah satu korban yang berinisia I yang berusia 16 tahun.
Korban yang didampingi pihak keluraga merupakan salah satu santri putri. Kepada petugas korban mengaku dicabuli oleh korban dengan cara diraba-raba bagian sensitif .
Perlakukan itu dilakukan kurang lebih tiga kali dan dilakukan pada tahun 2016. Korban berani melapor ketika pelaku pergi ke tanah suci.
Setelah mendapatkan laporan pihak kepolisian melakukan visum. Ternyata setelah hasilanya keluar terbukti ada bekas luka dibagian kemaluan korban.
Maka polisi pun melakukan penangkapan kepada AS. Pelaku itu terpaksa ditangkap di jalan yang berada di kawasan Cilimus untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Apabila di lokasi penerimaan jamaah haji di Terminal Tipe A Kertawangunan Kecamatan Sindangagung maka akan ricuh.
Dihadapan wartawan ketika memberikan keterangan kepada pihak kepolisian korban tidak membantah. Ayah empat anak itu berdalih apa yang dilakukan itu sebagai bagian dari pengobatan karena korban sering kerasukan.
Seingatnya kata AS, korban itu sudah tiga kali kerasukan dan pada dua kejadian sebelumnya hanya diobati biasa dan sembuh. Namun, pada saat yang ketiga agar sembuh korban harus dipegang alat vitalnya, selain bagian dadanya.
“Saya hanya merabanya karena hantu ada di titik kemaluan. Korban sendiri kemasukan hantu bonti (kebon tiwu/kebun tebu) yang ada di Kecamatan Luragung agar hilang maka harus diraba,” kilah AS kepada penyidik, Jumat (14/9/2018) siang.
Kontan saja pengakuan AS membuat yang para awak media yang hadir tertawa. Pada kesempatan itu pelaku mengaku hanya sekali melakukan pencabulan ini. Itu juga karena atas perintah hantu bonti yang berserang di dalam diri korban.
Sementara itu Kapolres Kuningan AKBP Iman Setiawan SIK yang didampingi oleh Kasat Reskrim AKP Syahroni, mengatakan atas perbuatan itu pelaku dijerat UU Perlindungan Anak No 35 tahun 2014. Adapun ancamanya adalah hukuman maksimal 15 tahun.
“Karena AS adalah pendidik maka hukumannya ditambah. Setelah ada keputusan vonis maka ditambah sepert tiga dari vonis yang diberikan dan ditambah lagi denda Rp5 miliar,” ujar Syahroni. (agus)
