KUNINGAN (MASS) – Santri terutama dari pesantren salafy, biasanya dekat dengan kesenian yang melibatkan alat pukul seperti Genjring dan Hadroh. Namun ada yang berbeda ditampilkan pesantren Al-Istiqomah Subang, pada peringatan Hari Santri Nasional (HSN) ke 5 di lapangan Pandapa Paramarta Kuningan, Selasa (22/10/2019). Para santri diiringi pengiring musik angklung, Roll/tam-tam, piano dan gitar bass menjadi paduan suara.
Ari Haryono, S. Sn, Pelatih Paduan Suara Al-Istiqomah Subang mengakui, awalnya latihan cukup kaku saat berkolaborasi dengan alat musik selain alat pukul. “Tapi ya mereka (santri, red) cepat beradaptasi. Soal paduan suara berlatih suara 1 suara 2 juga cepet bisa,” ujarnya.
Dalam kegiatan tersebut, paduan suara santri Al-Istiqomah membawakan beberapa lagu, seperti Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta, Mars Hari Santri, Mars NU, Yalal Wathan, dan Man Ana. Selain lagu wajib dan lagu yang relevan dengan santri, Paduan suara santri juga mempersembahkan beberapa lagu daerah, seperti Bungong Jeumpa (Aceh), Sik Sik Sibatumanikam (Sumatera), Tokecang (Jabar), Angin Mammiri (Sulawesi) dan Yamko rambe.
“Pertama kali kami tampil di Hari Santri, kalo selama ini santri seringkali dikira tertutup dan monoton, sekarang kita lihat, toh santri ternyata aware dan ngigelan (mengikuti, red) zaman,” tambah lelaki lulusan sarjana seni di Bandung tersebut.
Salah satu usatdz yang mengantar rombongan Al-Istiqomah, Supriatna menyebut bahwa semua santri yang dibawanya untuk tampil sekitar 40 orang, dengan tambahan pengiring yang sebagian bekerja sama dengan sanggar seni SMAN 1 Subang.
“Ini mungkin pertama kali bagi kami, pertama kali juga kolaborasi, tapi kita lihatlah tadi, apresiasi dari semuanya sangat baik,” ucapnya.
Supri menambahkan, alat musik pengiring seperti senjata. Digunakan sesuai tujuan, bisa baik bisa buruk. “Kan gimana kegunaanya, gimana tujuannya, tidak selalu yang berbau modern, baru itu harus dihindari,” pungkasnya. (eki/trainee)