Oleh : Oon Mujahidin SPdI
(Pemuda Awirarangan)
KUNINGAN (Mass) – Di setiap daerah tentunya memiliki potensi-potensi yang dapat dibangun untuk kemajuan daerahnya. Hal itu perlu ditunjang dalam pembentukan karakter diri dalam membangun daerah.
Pembangunan daerah tentulah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Akan tetapi menjadi tanggung jawab seluruh elemen masyarakat, termasuk pemuda.
Namun, kemudian muncul berbagai pertanyaan bahwa “Apakah pemuda betul-betul mampu melakukan perubahan di daerah?”, “Seberapa besar pengaruh yang mereka berikan terhadap pembangunan daerah?”, “Apa saja yang bisa mereka tawarkan untuk daerah?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tentu hanya mampu dijawab oleh pemuda sendiri.
Merekalah yang lebih tahu pasti tentang jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut. Entah, apakah mereka akan menjawabnya dengan ucapan ataukah akan menjawab pertanyaan tersebut dengan gerakan dengan memperlihatkan kegigihan dalam mengawal pembangunan.
Pembangunan di daerah akan sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang ada. Semakin mumpuni kualitas sumber daya manusia, maka akan semakin cepat pula kemungkinan terjadinya pembangunan yang lebih berkualitas.
Generasi muda sebagai penyandang SDM yang masih fresh diharapkan mampu menjadi penggerak, pelopor, pelanjut, dan pengawal perubahan di daerah. Peningkatan pembangunan daerah di masa yang akan datang sudah sepatutnya dibebankan kepada para pemuda. Sudah waktunya pemuda ikut andil dalam pembangunan.
Namun, ditengah sanjungan-sanjungan dan harapan yang ada, akhir-akhir ini munculah berbagai persepsi miring terhadap pemuda. Banyak pihak yang menilai bahwa pemuda lebih memilih menempatkan diri dalam kelompok politik ketimbang kelompok sosial. Sehingga, terkesan masih ada sekat yang menghalangi mereka untuk melakukan pembangunan secara langsung.
Padahal Pemuda sangatlah diharapkan agar mampu melakukan gerakan-gerakan sosial yang langsung menyentuh pembangunan kebangsaan dan kemasyarakatan. Oleh sebab itu, harusnya pemuda tidak lagi hanya menjadi pemain di belakang layar.
Sudah saatnya pemuda memposisikan diri sebagai pemain utama. Yang dibutuhkan bukanlah sekedar pikiran semata, melainkan juga tenaga yang masih segar dan masih sangat baru. Pemuda dipandang sebagai figur yang harusnya masih bersih dari intrik-intrik kepentingan dan kebebasan dari politik praktis.
Generasi muda yang banyak menempatkan diri dalam organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan tentulah memiliki posisi yang strategis dalam pembangunan daerah. Mereka tentu lebih memahami kondisi kedaerahan yang ada. Dengan posisi-posisi tersebut, mereka akan lebih leluasa melakukan controlling dalam setiap pembangunan di daerah, sehingga lebih mudah membaca kondisi dan mempersiapkan gerakan dalam kepentingan pembangunan. Bukan gerakan yang lebih mementingkan kepentingan pribadi. ***