KUNINGAN (MASS) – Meski terdapat gangguan pada pengeras suara, sambutan Ketua DPD Partai Golkar Kuningan, Asep Setia Mulyana, pada peringatan HUT ke 57 partai tersebut, mengusik orang-orang yang awam sejarah. Ia menyebutkan, Golkar muncul dari kolaborasi gagasan tiga tokoh, dimana salah satunya Bung Karno.
“Golongan Karya (Golkar) muncul dari kolaborasi gagasan tiga tokoh, Soekarno, Soepomo, dan Ki Hadjar Dewantara. Ketiganya, mengajukan gagasan integralistik-kolektivitis sejak 1940. Saat itu, gagasan tiga tokoh ini mewujud dengan adanya Golongan Fungsional,” ungkap Asep.
Dari nama ini, lanjut dia, kemudian diubah dalam bahasa Sansekerta sehingga menjadi Golongan Karya pada 1959. Hingga kini, Golongan Karya dikenal dalam dunia politik nasional sebagai Golkar.
Pada dekade 1950-an, pembentukan Golongan Karya semula diorientasikan sebagai perwakilan dari golongan-golongan di tegah masyarakat. Perwakilan ini diharapkan bisa merepresentasikan keterwakilan kolektif sebagai bentuk ‘demokrasi’ yang khas Indonesia.
“Wujud ‘demokrasi’ inilah yang kerap disuarakan Bung Karno, Prof Soepomo, maupun Ki Hadjar Dewantara,” tandasnya.
Pada awal berdiri, Golkar bukan mewujud sebuah partai, melainkan perwakilan golongan melalui Golongan Karya. Ide awal Golkar yaitu sebagai sistem perwakilan (alternatif) dan dasar perwakilan lembaga-lembaga representatif.
“Tahun 1957 adalah masa awal berdirinya organisasi Golkar. Pada waktu itu sistem multipartai mulai berkembang di Indonesia. Golkar sebagai sebuah alternatif merupakan organisasi yang terdiri dari golongan-golongan fungsional,” paparnya.
Golkar juga, lanjut Asep, memiliki tujuan untuk membangun organisasi masyarakat atau ormas. Golkar beralih menjadi sebuah partai politik ketika Bung Karno yang bertindak sebagai konseptor dan Jenderal TNI (Purn) Abdul Haris Nasution yang berfungsi sebagai penggerak, bersama dengan Angkatan Darat, mengubah Golkar sebagai sebuah partai politik untuk melawan PKI.
Hal ini bertentangan dengan konsep awal Golkar yang menolak konsep partai dan PKI yang menuntut perbedaan kelas. Golkar memiliki konsep untuk menumbuhkan persatuan dan kerjasama.
“Akhirnya, Golkar yang anti partai runtuh menjadi sebuah partai. Ide Golkar yang awalnya menghancurkan partai-partai yang ada, justru menjadi sebuah partai yang eksis hingga saat ini,” ungkapnya.
Peringatan HUT Partai Golkar ke 57 itu sendiri digelar Sabtu (23/10/2021) di Aula DPD partai tersebut. Tidak seperti Muscab PPP, Bupati H Acep Purnama berhalangan hadir. Wabup M Ridho Suganda pun tiba pada saat acara sudah kelar.
Terlihat Sekda Dr H Dian Rachmat Yanuar yang hadir atas nama pemerintah daerah. Bahkan ia duduk berdampingan dengan Asep hingga memunculkan rumor Asep-Dian bakal dipasangkan di Pilkada 2024.
Dadang Saputra, ketua panitia HUT Golkar yang mendengar rumor tersebut pasca laporan kegiatan, hanya tersenyum. Sedangkan Sekda Dian meminta agar kehadirannya tidak dikait-kaitkan dengan politik praktis. (deden)