KUNINGAN (MASS) – Berbeda dengan politisi lain, Ketua DPD Partai Golkar Kuningan, H Asep Setia Mulyana, menganggap bahwa Pilkada masih “misteri” apakah akan digelar 2022, 2023 atau 2024. Sebab menurutnya, itu masih sangat dinamis.
“Apakah akan digelar tahun 2022 atau akan mengacu pada UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada, itu masih menjadi “misteri”. Karena menurut kami itu masih sangat dinamis walaupun sekarang seperti “tidak seksi” membicarakan Revisi baik UU Pemilu atau Pilkada seiring dengan mayoritas Partai Politik menyikapi 2 UU tersebut yang berubah, dan hal tersebut “lumrah” dalam Politik, karena Politik itu adalah Seni,” paparnya, Rabu (24/2/2021).
Dalam hal menyikapi persoalan tersebut, Partai Golkar tidak akan terjebak pada hal-hal yang menurutnya justru akan menjadi beban. Khususnya para kader yang ada di lapangan dalam meyakinkan Pemilih (konstituen) untuk “kembali” memilih Partai Golkar sebagai pilihan yang tepat.
“Juga sebagai Partai Politik yang mampu membuat perubahan kearah lebih positif dan lebih baik tanpa menapikan pembangunan yang sudah berjalan untuk bisa ditingkatkan lebih baik lagi. Kita punya pengalaman dan alhamdulillah masih banyak kader militant yang akan menjadi strong voters pada saat pemilu nanti,” tandas Asep.
Soal realisasi dari perwujudan mengembalikan kejayaan Golkar, pihaknya memiliki metode dan cara yang mengelaborasi kekuatan “strong voters” dengan “floating voters” khususnya pada kalangan milenial. Adapun apa dan kapan dilaksanakan, sekarang sedang berjalan. Selain itu juga upaya merestrukturisasi Organisasi Pendiri dan didirikan Partai Golkar (Hasta Karya).
“Intinya kita akan focus kedalam seperti konsolidasi organisasi yang alhamdulillah kita memiliki kader sampai tingkat RT karena kekuatan partai politik adanya di grassroot,” ungkapnya.
Menyikapi soal Pilkada, imbuh Asep, Partai Golkar adalah partai yang terbuka tapi bukan berarti tidak memiliki kader yang siap disandingkan dalam perhelatan Pilkada. Namun berdasarkan hasil evaluasi dari beberapa pengalaman Pilkada sebelumnya dan tentu akan melihat pula hasil survei internal. Dengan begitu, dapat menentukan strategi apa yang paling tepat dalam menghadapi pesta demokrasi tersebut terlepas digelar 2022, 2023 atau 2024.
“Kita dengan berbagai instrument yang mendukung selalu siap digelar kapanpun terlebih jika final dilaksanakan Pilkada tahun 2024 maka kesempatan terbuka luas untuk seluruh Partai Politik dan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih Kursi sebanyak-banyaknya sebagai ukuran penentu mengusung Cabup atau Cawabup, mengusung sendiri atau berkoalisi, tergantung hasil Pemilu tahun 2024,” tegasnya.
Kepemimpinannya di tubuh partai berlambang beringin ini, Asep menargetkan pencapaian 10 kursi di pemilu 2024 nanti. Berdasarkan dinamika yang berjalan sekarang ini, angka tersebut menurutnya rasional mengingat pemilu nanti tergolong pemilu tanpa “rezim”.
“Karena Pemilu 2024 ini merupakan Pemilu tanpa “rezim” maka Dinamika Nasional akan sangat berpengaruh pada hasil Pemilu yang berimbas pada seberapa besar raihan suara Kabupaten, Provinsi dan Nasional tergantung apakah kita akan mendapatkan coat-tail effect (efek ekor jas) dari pengusungan Capres-Cawapres. Karena pemilu hari ini tidak berdiri sendiri terkecuali skema Pemilu lokal dan Nasional dilaksankan,” pungkasnya. (deden)