KUNINGAN (MASS) – 92 tahu lalu terlahir secarik kertas dengan ejaan Van Ophuijsen yang berisi sebuah ikrar hasil buah pikir dari para pemuda yang ditetapkan dan menjadi peristiwa penting yang sampai sekarang tercatat oleh sejarah.
Dengan di latar belakang Politik Etis, yakni kebijakan balas budi pemerintah Belanda untuk mensejahterakan rakyat Politik Etis tersebut menyasar tiga bidang yang mencakup edukasi (pendidikan), irigasi (pertanian), dan transmigrasi atau migrasi (perpindahan penduduk).
Lalu Perkembangan Pers, Perkembangan media cetak dan pers ikut andil dalam perkembangan ideologi dan pergerakan bangsa.
Surat-surat kabar yang sudah mulai ada pada zaman tersebut membantu mempercepat berkembangnya semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia.
Dan terakhir Kemunculan berbagai Organisasi Kepemudaan, dari mulai Sarekat Dagang Islam sampai Budi Utomo.
Berlangsung pada masa penjajahan, dan meskipun tak lepas dari pengawasan Belanda dan bahkan dijaga ketat sampai dilarang mengucap kata “merdeka”.
Tapi tetap, tujuan yang mulia para pemuda mengenai nasionalisme sampai kemerdekan negaranya selalu menjadi semangat juang mereka.
Hasilnya, tepat pada tanggal 28 Oktober 1928, tercetuskan Hari Sumpah Pemuda.
Perlu digaris bawahi, secarik kertas itu bukan hanya menawarkan sebuah tulisan, tetapi selaksa gagasan yang diperdebatkan dan dihujam kedalam isi kepala dan sanubari demi jiwa juang bumi pertiwi yang tetap menyala.
Menurut Taufik Abdullah (1974) Pemuda adalah generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Pemuda merupakan generasi yang memiliki kemampuan, semangat tinggi dan memiliki wawasan yang lebih luas untuk mengembangakan dan memajukan Negara.
Bahkan untuk mencapai sebuah revolusi dari suatu bangsa biasanya didobrak oleh generasi muda.
Langkah-langkah konkret yang menjadikan Negara menuju lebih baik dan kenyataan sosial yang sudah ada, menjadi sebuah cirri khas dari pemuda yang melekat pada diri mereka.
Terlihat dari gerakan-gerakan mahasiswa yang terdahulu di Indonesia dari orde lama sampai pada reformasi yang mana dapat merobohkan rezim besar pada masa itu.
Pada masa soekarno dan soeharto mulai munculah ide-ide cemerlang dari para pemuda untuk membebaskkan bangsa mereka dan ide-ide itu dipelopori oleh para mahasiswa.
Dari situlah dapat dilihat betapa besarnya pengaruh dari generasi-generasi muda untuk merubah suatu bangsa sebab kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya.
Tapi setelah reformasi dan sampai saat ini, bagaimana prinsip dan dealisme hari ini?
Terdapat berbagai masalah-masalah yang terdapat dalam generasi kita, salah satunya Ada intelektual tapi tidak peduli, ada yang peduli tapi tidak intelek.
Ada juga yang tidak peduli sekaligus tidak intelek. Kita memerlukan orang intelek dan sekaligus punya kepedulian tinggi.
Inilah yang disebut manusia yang bermanfaat. Yang tidak hanya bersumpah tetapi juga menepatinya.
Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali – Tan Malak.
Bisa kembali sadari dan sama-sama merefleksikan apa saja yang seharusnya kita selaku pemuda lakukan. Maka teruslah bergerak, banyak mendengar bukan komentar, dan sampaikan argumentasi rasional bukan emosional.
Terakhir, mari sama-sama kita lantangkan kembali SUMPAH PEMUDA!!
“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia”
“Kami Putra dan Puttri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia”
“Kami Putra dan Putri Indonesia menjungjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”****
Penulis : Muhamad Syihabuddin Akmal