SELAJAMBE (MASS) – Terletak cukup terpisah dari pusat Kecamatan Selajambe, bahkan untuk sampai ujung desa harus melewati jalanan yang cukup terjal, Desa Jamberama tak kalah tenar dari desa lainnya. Bahkan, banyak tokoh berpengaruh yang lahir dan besar dari sana.
Selain sejuta potensi dan sumber daya alamnya yang melimpah, Desa Jamberama juga cukup unik, terutama dari sejarah pengamblan nama yang konon, diambil dari nama sebuah pohon yang dulunya banyak terdapat disana, Pohon Jambe, atau yang dikenal dalam Bahasa Indonesia sebagai Pohon Pinang. Pohon Pinang sendiri, selain buahnya yang masyhur, pohonnya biasa digunakan untuk permainan paling menantang di perayaan 17 Agustusan, ya Panjat Pinang.
Pemerintahan desa ang kini dipimpin Suryaka S Pd, melaui Kaur Perencanaanya Eli dengann terbuka menerima kedatangan kuninganmass.com saat dimintai sejarah tentang desanya. Menurut Eli, sejarah Desa Jamberama memang tidak terlepas dari Pohon Jambe, dan Desa Selajambe, desa yang dulunya satu wilayah dengan Jamberama.
“Awalnya memang masuk kawasan Desa Selajambe, belum muncul nama Jamberama. Namun waktu itu, daerah sini (Jamberama, red) Selajambe Utara, disambangi seorang pendekar dari Padahurip, ingin melakukan perluasan wilayah,” ujarnya sambil memberikan referensi sejarah yang sudah tertulis dari website Jamberama pada Jumat (28/2/2020) siang.
Dalam lanjutannya, pendekar yang ingin menguasai wilayahnya adalah Dimas Raden Pamungkas. Usahanya tak semulus rencananya, terlebih ada pendekar asal Selajambe yang berniat sebaliknya, mempertahankan daerah tersebut dalam kekuasaan Selajambe. Nama pendekar tersebut adalah Jiwa Laksana.
“Keduanya bertarung mati-matian, saling mempertaruhkan kekuatan dan hampir tidak ada pemenang,” begitu maksud yang tertulis.
Tempat pertarungan kedua pendekar sendiri bukanlah di wilayah Selajambe atau PAdahurip. Keduanya beradu kekuatan di wilayah Subang. Pertarungan pertama yang terjadi adalah adu kekuatan yang pada akhirnya tak ada yang kalah dan menang. Begitu pula dengan pammer kesaktian, keduanya tidak ada yang kalah.
“Namun pada adu kekebalan lah, Dimas Raden memilih pergi, karena adu kekebalan yang ditantangkan Jiwa Laksana adalah mandi di air mendidih yang ternyata kelemahan Dimas Raden, Sedang Jiwa Laksana, tetap melakukan mandi di Air mendidih, agar pendekar yang lain memperhitungkan kesaktiannya,” tulisnya.
Berkat kejadian itu, wilayah Selajambe Utara diberikan pada Jiwa Laksana. Namun jabatan kepala desa diberikan pada Angkin. Meski pada akhirnya, untuk menghormati Jiwa Laksana, Angkin juga memutuskan menambahkan namanya menjadi Angkin Jiwa Laksana.
“Nama Jamberama sendiri, diberikan Angkin Jiwa laksana karena teringat kejadian tilenggok dan sumber mata air yang sangat bersih keluar dari sekitar Pohon Jambe, terciptalah nama Jamberama” jelasnya.
Meski sejarah tersebut merupakan cerita rakyat dan diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi, Konon sejarah tersebut benar adanya. Desa Jamberama sendiri dipercaya berdiri pada tahun 1818. (eki)