Hari-hari Rahayu selalu terisi dengan sakit pada mata kirinya. Tapi, ia tak pernah memberitahukan itu kepada ibunya maupun ayahnya. Rahayu tak sadar kalau ibunya sudah mengetahui apa yang dialaminya.
Rabu pagi,Rahayu sudah siap ke sekolah. Namun, ia terus memegangi mata kirinya. Tiba-tiba ayah memanggilnya.
“Rahayu… Ayah dan Ibu sudah tahu kalau mata kirimu itu sakit. Oleh karena itu pulang sekolah nanti ayah akan membawamu ke dokter,” jelas Ayah.
“Baik, Ayah.” balas Rahayu.
Di sekolah….
“Rahayu, kamu kenapa?” tanya Riska yang duduk di samping Rahayu. Rahayu tak menjawab. Ia tak menyadari kalau sesuatu menetes dari matanya.
“Ra..Rahayu, mata kamu keluar darah!” bisik Riska. Tentu Rahayu kaget. Segera ia pegang mata kirinya itu. Benar! Matanya keluar darah. Bu Santi melihat Rahayu.
“Rahayu! Kau kenapa?” teriak Bu Santi.
Serentak semua murid menengok ke arah Rahayu. Mereka segera mendatangi meja Rahayu mengikuti Bu Santi. Hanya Ratna yang masih duduk di bangkunya.
Ranta memang tidak suka pada Rahayu.
Ratna anak yang sulit merasa iba. Namun, ada satu sifat yang tersembunyi darinya. Rahayu terus memegang matanya yang berdarah. Bu Santi menyuruh Rahayu pulang saja.
“Rahayu, kau pulang saja, ya. Karena sekolah ini tak punya klinik. Riska kau temani Rahayu!” perintah Bu Sinta. Riska segera mengajak pulang Rahayu. Melihat Rahayu hendak pulang, Ratna malah mengejeknya.
“Dasar pemalas…!” ucap Ratna. Rahayu terdiam. Sepertinya ia mulai benci pada Ratna. Namun, ia berusaha mengabaikannya.
Singkat saja, Rahayu sudah sampai di rumahnya.
“Terima kasih, Ris…” ucap Rahayu. Rahayu mengangguk dan segera pergi. Ibu yang sedang menyapu halaman segera menghampiri Rahayu. Ibu kaget melihat mata Rahayu mengeluarkan darah.
“Nak, ayo kita ke dokter,” ajak ibu. Rahayu diam menahan sakit. Mereka pergi ke rumah keponakan ibu Rahayu yang kebetulan dokter. Rumah keponakannya itu dekat rumah sakit.
Sampainya di rumah sakit, Dokter Dimas mendatangi Rahayu.
“Dimas, tolong periksa Rahayu!” ujar ibu. Dokter Dimas adalah keponakan ibu.
Dengan sigap dibawanya Rahayu ke UGD. 10 menit kemudian Dokter Dimas keluar. Ibu menanyakan keadaan Rahayu.
“Em.. Ra.. Rahayu.. matanya harus segera dioperasi. Jika dalam 2 hari kedepan tak ada mata baru maka… Rahayu akan…” jelas Dokter Dimas. Ibu sangat terpukul. Memang keluarga mereka kaya tapi kesehatan itu lebih mahal.
“Ba..baik…” ujar ibu seraya menelpon ayah. Ayah segera datang begitu mendengar Rahayu harus dioperasi.
Besoknya, berita tentang Rahayu harus dioperasi sudah terdengar di kelasnya.
“Eh, Rahayu katanya butuh mata baru. Aku sih mau aja memberikan mataku padanya tapi orang tuaku tak rela,” begitulah omongan yang ada di kelasnya.
Ratna kaget ketika mendengar Rahayu butuh mata baru. Tapi ia tetap tak peduli. Ratna kurang kasih sayang karena orang tuanya berpisah. Sekarang ia diurus oleh neneknya, itulah mengapa ia sulit kasihan.
Malam harinya, ada seorang anak mendatangi Dokter Dimas. Dokter Dimas yang sedang sibuk mencari mata baru untuk Rahayu menerima anak itu. Ternyata anak itu hendak memberikan matanya pada seseorang yang membutuhkan. Entah siapa yang anak itu maksud.
“Apa kau yakin?” larang Dokter Dimas. Namun, anak itu tetap ingin memberikan matanya. Dokter Dimas pun menerimanya.
“Siapa namamu?” tanya Dokter Dimas. Anak itu membisikkan namanya pada Dokter Dimas.
“Tapi jangan diberi tahu ke siapa-siapa. Aku tak mau sombong,” ucap anak itu.
Besoknya, anak malam itu sudah kehilangan mata kirinya. Mata itu yang diminta Dokter Dimas. Rahayu dipanggil untuk segera operasi. Ayah dan ibu senang karena ada yang memberikan matanya dengan sukarela tanpa meminta uang sepeser pun.
5 jam kemudian, Dokter Dimas keluar. Operasinya berhasil! Ayah dan ibu menangis terharu.
“Dimas, siapa yang memberikan matanya untuk Rahayu?” tanya ibu. Ia berniat memberikannya hadiah.
“Maaf.. anak itu tak mau namanya disebarluaskan,” balas Dokter Dimas. Ibu kagum pada anak itu. Rahayu heran siapa yang memberikan mata kepadanya tanpa berharap imbalan.
Pagi hari yang cerah setelah operasi, Rahayu sudah siap sekolah. Tidak seperti biasanya, kini mata kirinya sudah tak sakit. Rahayu kaget ketika sampai di sekolah, ternyata 4 temannya pindah.
“Siapa yang pindah?” Rahayu bertanya di sela-sela temannya yang senang melihat dia sudah dioperasi.
“4 orang itu Bagas, Riska, Ratna, dan Yayat.” jawab Agung.
“Siapa anak yang memberikan matanya padaku? Apakah di antara 4 orang itu?” Gumam Rani dalam hati.
Sepulang sekolah, Rahayu memikirkan siapa orang yang telah mendonorkan matanya. Tanpa diduga dokter Dimas datang ke rumah Rahayu dengan maksud tertentu.
Melihat kedatangan dokter Dimas, ibu menyuruh dokter Dimas masuk. “Saya kesini mau memberi tahu siapa yang sudah mendorkan matanya buat Rahayu.” Ujar dokter Dimas gugup.
Rahayu yang mendengar pembicaraan itu segera keluar dari kamarnya dan langsung bertanya “Siapa dok yang sudah mau mendonorkan matanya untukku tanpa mau diberi imbalan?” Tanya Rahayu. “Anak yang mendonorkan matanya untukmu yaitu Ratna teman sekolahmu.” Jawab dokter Dimas.
Rahayu kaget. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia tak menyangka teman yang ia benci mendorokan matanya untuk Rahayu tanpa imbalan sepeser pun.
“Dokter tolong kasih tau Rahayu dimana alamat rumahnya sekarang?” Rahayu histeris sembari menarik-narik baju dokter Dimas. Ibu langsung menenangkan Rahayu dengan memeluknya. “Maaf dia tidak memberitahukan alamatnya pada dokter.” Jawab dokter Dimas.
Rahayu menyesal telah membenci Ratna.
“Sudahlah Yu kamu tak perlu menyesali semuanya. Yang penting sekarang kamu jaga baik-baik mata kamu. Ingat jangan terlalu sering bermain gadget. Kemarin mata kamu dioprasi itu gara-gara kamu terlalu sering bermain gadget. Harus banyak makan sayuran,terutama wortel. Itu sangat baik buat kesehatan mata kamu.” Ucap dokter Dimas sembari menepuk bahu Rahayu.
Mulai hari itu Rahayu berjanji akan menjaga mata temannya itu. Ia berharap suatu saat nanti dapat bertemu dengan Ratna.
Setelah beberapa tahun,Rahayu mulai menyerah mencari Ratna. Hingga saat dipersimpangan jalan Rahayu mengeluh. “Ratna kamu dimana? Aku sudah lelah mencarimu. Apa kamu tidak mau bertemu denganku?” Ucap Rahayu sembari mengusap-usap foto Ratna. Rahayu berjalan gontai. Langkah kakinya tiba-tiba terhenti ketika melihat seorang yang sedang duduk ditaman sendirian.
Rahayu berjalan mendekati orang tersebut. Kemudian duduk disampingnya. “Kamu kenapa? Ko kamu duduk sendirian disini?” Kata Rahayu memecah keheningan. Rahayu tidak melihat ke wajah orang itu. “Eh iya kak aku sendiri.” Jawab orang itu diiringi dengan senyum manisnya.
Rahayu merasa kenal dengan suara itu. “Sepertinya suara itu sudah tak asing ditelingaku,” Ucap Rahayu. Kemudian ia menoleh pada orang yang berada disampingnya. Betapa terkejutnya Rahayu ketika melihat wajah itu.
“Ratna? Ternyata kamu disini. Aku sudah lelah mencarimu kemana-mana.” Ucap Rahayu sembari memeluk Ratna. “Kamu siapa? Kenapa memelukku?” Tanya Ratna bingung. “Ratna,aku Rahayu temanmu dulu.”
Jawab Rahayu tanpa melepas pelukannya. Ratna tidak bicara lagi. “Kamu kenapa? Kenapa kamu membawa tongkat seperti ini?” Tanya Rahayu melepas pelukannya. Ratna terdiam. Tiba-tiba air matanya jatuh. Rahayu membiarkannya menangis dahulu.
“Ka,ka,kamu Rahayu?” Tanya Ratna. Rahayu mengangguk. “Aku sudah tahu semuanya, Ratna.” Ucap Rahayu. Ratna menunduk. “Kamukan yang sudah mendonorkan matamu padaku? Kenapa kamu lakukan itu? Dan kenapa setelah itu kamu pergi begitu saja? Sebenci itukah kamu padaku?” Rahayu menyerang Ratna dengan berbagai pertanyaan. “Aku melakukan itu semua untuk menebus kesalahaku padamu, Yu. Aku sudah membencimu dulu” Jawabnya sayu.
“Maafin aku,Ratna. Aku telah berprasangka buruk padamu.” Rahayu menyesali semuanya. “Sudahlah,Yu. Kamu gak salah.” Ratna tersenyum. “Kamu jangan sedih lagi,ya. Mungkin ini sudah jadi takdirku untuk mendonorkan mataku padamu.
Senyum, ya. Meski aku gak bisa melihatmu secara langsung, tapi aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan saat ini.” Sambung Ratna kemudia memeluk Rahayu. Rahayu menangis sejadi-jadinya dipelukan Rahayu.
Ratna melepaskan pelukannya. “Sudahlah kamu pulang, Yu. Ini sudah sore. Aku juga mau pulang.” Ucap Ratna. “Kamu pulang sendiri?” Tanya Rahayu. Dia mengangguk pelan. Tak lama ada yang menjemput Rahayu. Dia berpamitan pada Ratna.
Akhirnya Ratna sendirian ditaman. Dia berjalan menuju jalan raya. Tak disangka, ada sebuah mobil yang melaju sangat kencang dari arah kiri. Ratna tidak tahu bahwa mobil itu mengarah kepadanya. Akhirnya Ratna terbabrak sampai terpental jauh dan terbentur kepalanya dengan pembatas jalan hingga meninggal ditempat kejadian. Semua warga datang untuk membantunya. Tetapi sayangnya pengendara mobil itu melarikan diri.
Disitulah akhir pertemuan Rahayu dan Ratna. Rahayu tidak tahu bahwa Ratna korban tabrak lari.
Subang,19 Januari 2020
Penulis adalah: Ayu Nika Sri Rahayu
Siswi SMA N 1 Subang