KUNINGAN (MASS) – Kondisi pertanian, perdagangan, hingga sektor UKM di Kuningan nampaknya jadi keprihatinan Pasangan Calon Dudy-Udin. Menurut mereka, selama ini Kuningan belum menjadi daerah produsen. Salah satu contohnya dalam produksi tape ketan.
“Masyarakat banyak ngimpor dari luar Kuningan. Tape ketan saja, yang merupakan makanan khas Kuningan, ember dan bahan lainnya, itu tidak semuanya dari kita sendiri. Ibaratnya, kita itu hanya pengepul, perakit, bukan produsen,” ungkap H Dudy Pamuji usai bukber di RM Istana Cibulan, Senin (11/6/2018) petang.
Calon wakilnya, H Udin Kusnaedi yang kebetulan pelaku usaha sayur mayur ikut menambahkan. Sebagai orang yang bergelut di sektor perdagangan sayuran, ia mengungkap kurangnya pasokan sayuran dari petani Kuningan.
“Sebagai daerah pertanian, tapi untuk menyuplai kebutuhan di Kuningannya sendiri saja kekurangan. Jangankan ke Cirebon atau daerah lain luar Kuningan,” kata Udin.
Menurut dia, kondisi tersebut sangat menyedihkan. Kebutuhan sayuran sekarang harus mendatangkan dari Garut, Jateng dan daerah luar Kuningan lainnya. Padahal Kuningan sering digembar-gemborkan sebagai daerah pertanian.
“Inilah yang menjadi dasar bagi kami bagaimana ke depan agar pertanian jadi primadona di Kuningan ini,” tandas ketua DPD PAN Kuningan itu.
Uraian mereka berdua menjawab pertanyaan beberapa awak media saat diberikan kesempatan untuk mengupas visi misi paslon Dudy-Udin. Termasuk slogan ‘pemimpin baru harapan baru’ yang digelorakan pasangan nomor 2 ini, ditanyakan pula oleh wartawan.
“Kenapa kami mengusung slogan itu karena itu sesuai dengan program 2112 yang mengambilnya dari RPJMD (Rencana Pembangunan Jangan Menengah Daerah),” tandas Dudy, selaku cabupnya.
Menurut Dudy, siapapun yang jadi bupatinya harus mengacu kepada RPJMD. Arahnya sudah jelas yaitu Iman dan Taqwa serta menjadikan Kuningan sebagai kabupaten agropolitan dan pariwisata termaju di Jabar 2020. Itu merupakan RPJMD pemerintahan sebelumnya.
“Kita lihat di RPJMD, fokusnya pertanian dan pariwisata. Kadang-kadang, yang ini belum tuntas, yang itu belum tuntas, akhirnya semua tidak tuntas. Nah kita satu-satu lah dibereskan. Meskipun satu misalnya, yang penting tuntas. Daripada banyak program tapi gak tuntas-tuntas,” ucap Dudy.
Bagaimana pendidikan mau maju, lanjut dia, apabila pariwisatanya tidak maju. Cabup dari Golkar ini mencontohkan Yogyakarta. Di sana pemerintahnya tidak pernah menyatakan sebagai kota pelajar, namun masyarakatnya sendiri yang berkata begitu.
“Kita berharap dari sana, wisata maju, pendidikan juga berbanding lurus. Ini kembali kepada SDM, jangan sampai orang yang memimpin bukan kapasitasnya atau tidak sesuai dengan keahliannya,” tandas owner obyek wisata Sidomba itu.
Dalam kesempatan itu, Dudy pun menjelaskan kenapa mengusung jargon Juara. Ia tahu betul Kuningan ini sedang dalam proses pertumbuhan. Apabila proses tersebut sering dipotong maka tidak akan selesai-selesai.
“Makanya, yang sudah bagus harus dilanjutkan. Yang kurang bagus diperbaiki dan yang tidak bagus diganti yang baru. MAS (Mandiri Agamis Sejahtera) itu pemerintahan sebelumnya. Bisa dilanjutkan dengan Juara yang berarti Maju, Agamis dan Sejahtera. Jadi masih sinergis,” jelasnya. (deden)