KUNINGAN (MASS) – Sebuah novel berjudul “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan, jadi bahan diskusi dan nobar (nonton bareng) film Ikatan Mahasiswa Kuningan (IMK) Wilayah Cirebon.
Diskusi dan bedah buku diikuti para pengurus, anggota IMK serta mahasiswa dari berbagai kampus di Cirebon. Kegiatan digelar di perpustakaan Sekretariat IMK Cirebon Lt.2, (4/12/2024) lalu. Adapun para pemantik di kegiatan adalah Muh Ragil Ar-Raqiib, Millanabil Luthfi A, Haerul Tamami dan Aay Riayah.
“Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur” ialah sebuah buku berbentuk novel yang merupakan salah satu karya popular dan fenomenal dari Muhidin M Dahlan. Novel ini, konon diangkat dari sebuah kisah nyata yang menimpa pada salah seorang sahabat penulis.
Buku sendiri berlatar suatu instansi pendidikan (kampus) wilayah Jogja. Dari segi cerita novelnya ini membahas mengenai perjalanan seorang muslimah bernama Kiran yang memiliki daya nalar kritis, dan sangat mencita-citakan bisa menjadi seorang muslimah yang berislam secara kaffah.
Akan tetapi, di tengah perjalanannya ia mengalami banyak sekali tantangan dan problem atas keyakinannya yang tak sesuai realita harapannya. Perjalanannya dimulai dari sebuah asrama kampus yang memiliki pengajaran yang menurutnya cenderung dogmatis dan saklek tak sesuai dengan harapannya.
Lalu ia dipertemukan dengan sebuah organisasi ekstrem anti Pancasila yang memiliki tujuan ingin mendirikan sebuah Daulah Islam di Indonesia, dengan dalih sebagai bentuk jihad yang bisa menghantarkan dia menuju Islam yang kaffah seperti yang dicita-citakannya.
Namun lagi-lagi ia dibuat kecewa terhadap organisasi ekstrem tersebut lantaran pengikutnya tak sesuai dengan ajaran yang ia yakini dan para pemimpinya sering berbuat tidak sesuai dengan apa yang mereka dakwahkan dan ucapkan (munafik).
Ditengah-tengah banyaknya problem dan rasa kecewa tersebut ia berada di ambang jalan buntu atas realita yang terjadi yang pada akhirnya ia melampiaskanya pada hal-hal yang buruk yakni menjadi seorang pelacur.
“Secara umum buku ini membahas mengenai pergolakan jiwa seseorang, kritik sosial, dan juga menjelaskan mengenai isu-isu agama,” kata pemantik diskusi, Muh Ragil Ar-Raqiib.
Adapun pesan-pesan yang terkandung didalamnya, kata Ragil, yakni soal bahayanya panatisme, pentingnya berfikir kritis serta menyaring segala informasi yang diterima. Lalu, masih kata pemantik, di dalamnya juga penulis menyampaikan cara menyikapi seseorang yang melakukan keburukan tersebut hendaklah dilakukan dengan tindakan yang bijak yakni tidak menghukuminya dengan cara sepihak dan dengan rasa kebencian.
Justru, lanjutnya, kepada mereka yang melakukan keburukan harus mendoakan serta memperlihatkan akhlak yang baik. Dan yang paling penting, kata Ragil, jangan sampai kebencian pada perilaku buruk seseorang menyebabkan adanya ujub (merasa diri lebih baik) dan takabur (membanggakan diri sendiri).
“Mencintai Tuhan (Allah SWT) dengan tanpa takut neraka dan hanya mengharapkan syurga, melainkan hanya mencari ridlo tuhannya (Allah SWT)” kata Ragil, soal esensi buku.
Diskusi dan bedah buku ini diakhiri dengan acara nobar (nonton bareng) film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa yang merupakan adaptasi dari novel tersebut. Seteah diskusi dan nobar, kegiatan dilanjutkan dengan makan bersama atau yang dikenal dengan istilah ngaliweut. (eki)