KUNINGAN (MASS) – Bencana tanah longsor kembali mengancam permukiman warga di Dusun II RT 007 RW 002, Desa Bendungan, Kecamatan Lebakwangi. Longsor terjadi pada Senin (16/6/2025) kemarin.
Supriatna, selaku Sekretaris desa setempat, mengatakan bahwa peristiwa longsor tersebut sudah terjadi sebanyak tiga kali, dengan dua kejadian besar.
“Kejadian sudah tiga kali, kejadian besar bisa dibilang dua kali. Kejadian pertama itu du tanggal 18 Mei, pas dilihat ke lokasi ada tanah yang turun dan TPT tanah sudah belah. Selang seminggu tanggal 24 Mei, tanah semakin turun dan abrasi semakin dalam,” ujarnya kala di konfirmasi, Selasa (17/6/2025).
Kemudian, kata Supriatna, setelah kejadian tersebut pihak desa segera melaporkan insiden kepada Bupati Kuningan dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung.
“Pasca kejadian tanggal 18, kami langsung mengirim surat ke bupati dan BBWS Cimanuk-Cisanggarung. Dua kejadian yang kami laporkan yaitu Bendungan jati jebol dan kejadian ini,” lanjutnya.
Setelah kejadian tersebut, tanggapan cepat dari BPBD ditunjukkan dengan asesmen di lapangan pada 25 Mei, dan disposisi dari Bupati ke Dinas PUTR dilakukan sehari setelahnya.
“Setelah itu yang Tanggal 25 Mei dilakukan asesmen dari BPBD, tanggal 26 kami kirimkan kembali surat ke bupati an BBWS lagi. Langsung ada disposisi dari bupati ke dinas PUTR,” ucap Supriatna.
Supriatna juga menuturkan, pada Senin (16/6/2025) sore, hujan deras kembali mengguyur kawasan hulu seperti Kecamatan Darma dan Kadugede. Aliran air dari wilayah tersebut mengakibatkan banjir bandang ke wilayah Bendungan.
“Ini jelas banjir kiriman. Di sini jarang banjir kalau hanya hujan lokal, tapi kalau dari atas hujan deras, pasti banjir,” katanya.
Ia mengaku sempat mengecek langsung lokasi saat hujan besar bersama warga.
“Tiba-tiba terdengar suara ‘gurutuk-gurutuk’. Awalnya saya kira batu atau pohon yang terbawa arus. Ternyata bangunan tembok ambruk dan sepiteng terbawa hanyut,” terangnya.
Hingga saat ini, pemerintah desa masih menunggu tindak lanjut dari pemerintah daerah. Supriatna berharap ada pemasangan bronjong untuk menahan air dan normalisasi sungai sebagai solusi jangka panjang.
“Permohonan kami sudah disampaikan ke bupati dan BBWS. Kami harap segera direalisasikan,” pungkasnya.
Akibat kejadian itu, tembok penahan tanah (TPT) di bantaran Sungai Cisande mengalami longsor. Sebanyak lima rumah warga terancam, meski tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Lima rumah yang terdampak yaitu:
Rumah Bapak Hasan
Rumah Suadara Bayu
Rumah Bapak Jaedi
Rumah Bapak Mulyana
Rumah Ibu Hj. Atik (sangat terancam)
(rizal/mgg)
