KUNINGAN (MASS) – Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) melaksanakan kegiatan surveilans Institusi Perguruan Tinggi sebagai bagian dari proses akreditasi atas penggabungan dua institusi pendidikan tinggi, yaitu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Kuningan dan Akademi Keperawatan (Akper) Dharma Husada Cirebon menjadi Universitas Bhakti Husada Indonesia (UBHI).
Kegiatan surveilans ini dilaksanakan oleh tim asesor BAN-PT untuk memastikan kesesuaian antara dokumen penggabungan dengan kondisi riil di lapangan, serta untuk menilai kesiapan institusi baru dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Kunjungan lapangan dilakukan pada tanggal 25–27 Mei 2025, mencakup wawancara dengan pimpinan universitas, dosen, mahasiswa, serta tinjauan terhadap fasilitas dan sistem manajemen perguruan tinggi.
Tim asesor BAN-PT yang terdiri dari Prof. Ari Purbayanto., Ph.D selaku Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT didampingi Prof. Dr. Diena Mutiara Lemmy, A.Par., M.M.CHE, dan Dr. Noviyanti, S.ST., M.Keb melakukan serangkaian kegiatan, mulai dari klarifikasi dan validasi dokumen institusi, observasi sarana-prasarana pembelajaran, hingga wawancara mendalam dengan pimpinan universitas, dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, serta mitra rumah sakit dan puskesmas. Kegiatan berlangsung di Kampus UBHI Kuningan, dan melibatkan seluruh elemen institusi secara aktif.
Fokus utama surveilans ini mencakup tujuh standar akreditasi institusi, antara lain: tata kelola dan kepemimpinan, mutu dosen dan tenaga kependidikan, proses pembelajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, kerjasama kelembagaan, serta sarana-prasarana dan sistem informasi pendukung.
Dalam sambutannya, Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT, Prof. Ari Purbayanto., Ph.D, menegaskan bahwa surveilans bukan sekadar proses administrasi, tetapi instrumen penting untuk mendorong perguruan tinggi dalam menjaga dan meningkatkan kualitasnya secara berkelanjutan.
“Kami melihat UBHI sebagai institusi yang serius dalam membangun sistem akademik dan tata kelola yang sehat. Langkah konsolidasi dari dua institusi kesehatan menjadi universitas ini merupakan keputusan strategis yang selaras dengan arah kebijakan transformasi pendidikan tinggi nasional,” ujarnya.
Sementara, Rektor UBHI, Dr. H. Abdal Rohim, S.Kp.,MH menyambut baik kegiatan ini dan menyampaikan bahwa UBHI terus melakukan pemutakhiran dan penguatan internal baik dari sisi kurikulum berbasis capaian pembelajaran, pengembangan kapasitas dosen, hingga integrasi sistem informasi akademik.
“Kami tidak hanya membangun universitas baru secara struktural, tetapi juga secara budaya mutu. Surveilans ini adalah titik evaluasi sekaligus motivasi untuk bergerak ke jenjang yang lebih tinggi dalam pelayanan pendidikan, pengabdian masyarakat, dan penguatan kualitas institusi” jelasnya.
Lebih jauh, Ketua Yayasan Bhakti Husada, Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah, M.Kes.,AIFO, menegaskan bahwa yayasan sejak awal berkomitmen menjadikan penggabungan ini sebagai momentum lahirnya universitas yang unggul, bermutu, tangguh, responsif, berwawasan dan berdaya saing global.
“UBHI lahir dari sejarah panjang dua institusi yang memiliki dedikasi tinggi dalam mengembangkan pendidikan tinggi dan kami terus mendorong UBHI menjadi universitas unggulan yang membanggakan. Dan kami sangat meyakini, UBHI akan mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional, dengan tetap berakar pada kebutuhan masyarakat,” ujarnya.
Kegiatan surveilans ini menjadi bagian penting dalam perjalanan UBHI untuk meraih akreditasi unggul dan menjadi universitas yang berdaya saing tinggi. Dengan adanya kegiatan surveilans ini bukan hanya menjadi proses evaluasi, tetapi juga ruang refleksi dan afirmasi atas arah perkembangan Universitas Bhakti Husada Indonesia yang dihadapkan pada tantangan dunia pendidikan tinggi yang dinamis, dengan komitmen bersama, UBHI terus memperkuat jati dirinya sebagai perguruan tinggi yang menjunjung tinggi nilai profesionalisme, inovasi, pengabdian kepada masyarakat, dan kebermanfaatan bersama. (eki/ad)
