KUNINGAN (MASS) – Kepala Desa Ancaran Kecamatan Kuningan, Mugni SPd, menerangkan bagaimana awal mula memanasnya hubungan warganya dan LMPI.
Dikatakan, awalnya ada salah satu warga yang biasa mengatur lalu lintas di simpang empat lapangan sepakbola, SM, yang sempat dikeroyok oleh oknum anggota ormas beberapa waktu lalu. Hal itulah yang memicu warga memasang spanduk penolakan.
Ia mengaku, sudah mencoba menahan warganya sejak awal agar tidak memasang spanduk di pinggir jalan raya, namun warganya tetap bergerak.
“Menurut korban, kejadiannya, ada pengaturan lalu lintas di simpang empat, ada yang mau belok ke kanan dari sebelah barat sedangkan ada motor ngebut dari timur, diatur sedemikian rupa,” ujarnya mengawali.
Saat itulah, ada motor yang ditumpangi anak dari anggota LMPI itu lewat. Selang waktu, motor yang itu putar balik dan memukulinya. Kemungkinan, pemotor tidak terima diberhentikan gara-gara pengaturan lalu lintas yang dilakukan warga, SM.
“Gak ada siapa-siapa, yang dari warung ada gak nolong, mungkin gak berani (waktu dipukuli),” kata kades.
Setelah itu, kemudian datang lagi beberapa motor yang diduga masih rekan oknum LMPI mencari pengatur lalu lintas. Akibat pemukulan itu, warga pengatur lalu lintas sampai dilarikan ke RSUD 45, dirawat dan dilakukan visum.
Ia mengatakan, konflik juga sempat terjadi di wilayahnya saat ada pasar malam di bulan puasa. Dan saat ini, terjadi lagi.
“Kejadian mungkin sore, (beberapa waktu lalu). Reaksi (baru) sekarang, saya juga selaku Pemdes mencegah, yang mau berangkat saya himbau tidak. (Tapi) Mungkin hilang kesabaran,” ujarnya sembari menegaskan, warganya tidak mengatasnamakan lembaga resmi seperti karang taruna atau lembaga lainnya.
Kades mengaku, ia pun tahu adanya keributan itu tidak sejak awal. Baru tahu setelah ramai menjadi perbincangan diantara warga. Meskipun ia menghimbau untuk tidak perlu aksi, nampaknya warganya memilih tetap menolak keberadaan ormas karena dianggap meresahkan dan kurang kondusif.
“Mudah-mudahan (Polisi) bisa menangani kasus ini dengan cermat. Lalu kepada keluarga korban, sabar karena sudah ditangani kepolisian. Saya mengharapkan tidak ada keributan,” kata kades setelah ada warganya yang memasang spanduk.
Namun seperti diketahui, bentrok tetap pecah setelah spanduk yang dipasang, ternyata dicopot. Warga yang tidak terima spanduknya dicopot, menyerang anggota LMPI yang ada di bunderan Tugu Sajati. Terjadilah pemukulan balik.
Baca : https://kuninganmass.com/tawuran-di-tugu-sajati-warga-ancaran-vs-lmpi/
Setelah itulah, kondisi kemudian memanas. Anggota LMPI lainnya yang tidak terima rekannya dipukuli, berniat membalas. Wargapun masih sama panasnya. Kondisi, akhirnya ditengahi pihak kepolisian dan TNI.
Sebelumnya, Panglima LMPI Kuningan Tubagus Syahroni, didampingi anggotanya, termasuk yang dilaporkan pemukulan. Ia menjelaskan kenapa anggotanya memutar balik motor dan marah pada pengatur lalu lintas.
“Anak saya dipukul (oleh bambu bendera lalu lintas),” ujar MN, anggota LMPI yang dilaporkan.
Saat itu, ia bercerita tengah berkendara bersama istrinya beriringan dengan motor sang anak, DN. Dan yang pertama putar balik adalah anaknya yang merasa dipukul. MN, mengaku kesana untuk memisahkan, meskipun ia juga tak terima, anaknya yang dalam kondisinya tak bisa bicara (tuna wicara) itu dipukul pengatur lalu lintas.
Soal ia kembali lagi dengan beberapa motor, MN mengaku ingin melakukan klarifikasi kenapa pengatur lalu lintas memukul anaknya yang kondisinya khusus, tuna wicara.
“Kami gak terima (tiba-tiba ada penolakan), karena yang salah bener itu polisi yang menentukan. Kita meminta keadilan, jangan semua LMPI dipojokkin, kita ikut alur,” ujar Tubagus. (eki/deden)
Koko sondari
26 Mei 2023 at 13:01
Maaf, masyarakat tidak butuh ormas yg sok merasa diri militer daripada militer itu sendiri
Eyon
26 Mei 2023 at 14:36
Ormas?hanyalah sekumpulan preman nganggur
Baharuddin
27 Mei 2023 at 05:44
Bubarkan saja ormas2 itu krn tdk ada jg keuntungan utk masyarakat
Aan
27 Mei 2023 at 07:22
Pasang lampu lalu luntas.
Selesai.