KUNINGAN (MASS) – Perihal penghapusan istilah ‘madrasah’ dalam RUU Sisdiknas, Anggota DPR RI F-PKB H Yanuar Prihatin menandaskan itu ahistoris. Sebab, meskipun secara harfiah sama arti namun secara nomenklatur merupakan 2 hal yang berbeda makna.
“Baik dalam praktek, bahkan dalam pikiran kita juga, ketika ngomong istilah madrasah, ada sesuatu yang berbeda ketimbang sekolah,” kata Yanuar usai mengisi seminar motivasi kepada para guru PAI se Kuningan, di Gedung Sanggariang Kamis (31/3/2022).
Historis madrasah sudah panjang. Akarnya sudah sangat kuat. Sebelum Indonesia berdiri saja, madrasah sudah ada. Sehingga menurut Yanuar, jangan lupakan sejarah.
“Mau jasmerah ataupun jashijau, jangan sekali-kali meninggalkan ulama. Kenapa kok tiba-tiba istilah madrasah mau dihapus? apakah dianggap kurang ngetren? apakah dianggap lebih condong ke kelompok tertentu atau golongan tertentu? Ya ga bisa juga. Itu sudah sangat menghistoris,” ucapnya.
Jika istilah madrasah dicabut Yanuar memastikan bakal terjadi pergeseran paradigma. Masyarakat akan makin jauh dengan istilah tersebut. Secara otomatis menjauhkan masyarakat dari spirit yang ada di istilah itu. Karena dalam istilah madrasah terdapat spirit, norma, moral dan nilai-nilai.
“Kalau madrasah dicabut, semuanya akan ikut hilang. Jadi jangan main-main dengan istilah madrasah,” ingatnya.
Soal madrasah bernaung ke kemenag atau kemendikbud, menurut Yanuar itu persoalan manajemen pendidikan. Bisa saja madrasah ikut ke kemendikbud meskipun istilahnya bukan sekolah.
“Ga ada masalah. Kok yang begitu jadi repot,” sentilnya.
Guru PAI Belum Sejahtera
Pada pelantikan pengurus Asosiasi Guru PAI Kuningan saat itu, hadir Bupati H Acep Purnama, Sekda Dr H Dian Rachmat Yanuar, serta Wakil Ketua DPRD H Ujang Kosasih. Yanuar Prihatin sendiri diminta jadi pemateri seminar motivasi.
Diakuinya, kesejahteraan guru PAI masih jauh. Bupati Acep sendiri sempat menyebut 1,2 juta untuk gaji guru PAI. Ketika hanya mengandalkan kebijakan pemerintah atau pihak tertentu maka tidak akan menyelesaikan masalah. Karena disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.
“Maka perlu adanya keinginan kuat dari individunya untuk merubah hidup. Mindset dioptimalkan, kualitas batinnya, arah hidup. Apakah pusing akan terus diulang-ulang? Ya harus cari jalan keluar. Mental dikuatkan, pikiran dibuka, mencari cahaya terang. Kan problem itu semuanya sama, tempat gelap,” paparnya.
Dari situ dibutuhkan guru PAI yang kompeten, kualitasnya ditingkatkan. Karena itu merupakan modal dasar naik level dalam hal apapun. Baik karir, kesejahteraan maupun mobilitas pribadi.
Kompetensi yang ia maksud berarti life skil atau keahlian hidup. Itu berada pada individunya masing-masing yang akan mampu mendorong kesejahteraan dan kreativitas. (deden)