KUNINGAN (MASS) – Jika tanggal 1 juni disebut sebagai hari lahirnya pancasila yang didasari dari momen dicetuskannya dasar-dasar falsafah Negara oleh Bung Karno, maka tanggal 1 Oktober terkenal sebagai hari kesaktian pancasila, hal ini dikarenakan berdekatan dengan peristiwa G-30S/PKI yang pada saat itu mencoba menghilangkan eksistensi pancasila di bumi pertiwi.
Setelah sekian lama pertentangan ideologi di Indonesia hampir dikatakan telah selesai, kini kesaktian pancasila kembali diuji dengan munculnya paham-paham yang menyerukan Negara Islam (khilafah), melalui gerakan-gerakan dakwah berbasis keormasan. Lalu timbul pertanyaan di momen yang katanya kesaktian pancasila, seberapa greget kah para pancasilais muda Kuningan memandang eksistensi pancasila?
Saya bersama Tim Inspiring Generation (Komunitas Pelajar, Mahasiswa dan Santri Kuningan) melakukan jajak pendapat melalui angket/kuesioner tentang karakteristik maupun perilaku generasi millennial dan generasi Z di Kabupaten Kuningan. Salah satu yang menjadi pertanyaan kami adalah terkait dengan pandangan ideologi generasi millennial dan generasi Z di Kabupaten Kuningan.
Ketika disodorkan pertanyaan mengenai apa pilihan ideologi yang paling ideal diterapkan di Indonesia? Sebanyak 80.4% memilih ideologi pancasila sebagai ideologi yang ideal untuk Indonesia. Sedangkan yang berpandangan bahwa ideologi yang paling ideal bagi Indonesia adalah ideologi khilafah sebanyak 19.6%. Akan tetapi lebih lanjut, ketika ditanya mengenai sistem Negara Indonesia diganti dengan sistem khilafah apakah setuju atau tidak? Sebanyak 44,8% setuju dengan sistem khilafah, sementara 55,2% tidak setuju dengan penerapan sistem khilafah di Indonesia.
Apabila melihat hasil jajak pendapat di atas, nampaknya ada beberapa catatan yang bisa kita diskusikan di momen kesaktian pancasila tahun ini. Pertama, bahwa ada sekitar 19,6% memilih ideologi khilafah ketimbang ideologi pancasila, selain itu ada sebagian dari generasi millennial kuningan yang mengikuti jajak pendat setuju apabila sistem Indonesia diganti dengan sistem khilafah sebanyak 44,8%. Ini pertanda awal bahwa kesaktian pancasila di kaum pemuda tidak begitu ampuh dan belum sepenuhnya terpatri dalam lubuk hatinya.
Kedua, bahwa nampaknya esensi dan eksisitensi pancasila sebagai ruh dalam kehidupan sehari-hari perlu terus digalakkan dan dibudayakan kepada seluruh lapisan masyarakat terutama bagi kalangan muda. Jangan sampai pancasila hanya sekedar dilafalkan dalam ucapara bendera hari senin saja, tanpa kemudian diajarkan, dipraktekan, dan dimaknai dalam sendi-sendi kehidupan generasi muda atau generasi millennial di Kabupaten Kuningan.
Ketiga, peran dan partisipasi seluruh kompenen masyarakat adalah bagian terpenting agar eksistensi pancasila di benak para pemuda terus bisa terjaga. Anak millenial kuningan selalu memiliki sifat kearifan lokal yang melekan dan tidak meninggalkan nilai-nilai keagungan dan kesaktian pancasila sebagai falsafah negara.
Perlu kami sampaikan bahwa dari total 143 respoden terdapat beberapa kelompok usia. Responden terbanyak yang mengisi berusia 15-20 tahun dengan jumlah presentase sebesar 52,4% , kemudian disusul oleh usia 21-25 tahun sebesar 37,1%, serta 7% diikuti oleh rentang usia 26-30 tahun , sisanya yaitu rentang usia 9-14 tahun dan 31-35 tahun.
Selanjutnya terkait dengan profesi respoden, sekitar 74,8% adalah pelajar/mahasiswa, 20,3% yaitu pekerja/karyawan, dan 4,9% adalah wirausaha.
Dalam 2 bulan terakhir saya bersama Inspiring generation mecoba melakukan penelitian mengenai karakteristik generasi millennial dan generasi Z di Kabupaten Kuningan. Melihat sebagian hasil angket/kuesioner, nampaknya kita bisa sedikit membaca beberapa fenomena perilaku dan kecenderungan pandangan dari generasi millennial dan generasi Z di Kabupaten Kuningan.
Meskipun masih dalam tahap awal, belum melakukan kajian secara mendalam dan juga belum menggunakan data-data yang bisa merefesentasikan populasi generasi millennial dan generasi yang berada di Kuningan, kami beranggapan bahwa memahami karakteristik generasi millennial dan generasi Z khususnya yang berada di Kabupaten Kuningan adalah hal yang sangat penting.
Terlebih bagi mereka para pemangku kebijakan di pemerintahan, pengambil keputusan di sebuah perusahaan, para pemimpin LSM/Organisasi Kepemudaan ataupun komunitas yang bergerak dalam pengembangan pemuda, mengenal dan memahami generasi millennial dan generasi Z adalah suatu keharusan agar apapun yang kita berikan bisa sesuai dengan apa yang mereka butuhkan, kebijakan apapun yang kita putuskan bisa berdampak besar terhadap kemajuan pemuda Kuningan dan kemajuan Kabupaten Kuningan.***
Penulis : Fudzi Hanafi
Founder Inspiring Generation