KUNINGAN (MASS) – Sebelum adanya intruksi karantina parsial wiilayah, pemerintah Kecamatan Subang sudah lebih dulu membuka posko siaga yang buka selama 24 jam. Pemerintah Kecamatan, bersama jajaran muspika dan puskesmas.
Camat setempat, Indra Bayu Permana S STP menyebut posko siaga yang digagas bersama tersebut, sudah berlangsung sejak beberapa waktu yang lalu. Posko tersebut, diadakan mengingat wilayahnya merupakan jalur utama perbatasan, baik itu ke Kabupaten Ciamis maupun tembusan melalui Cilebak ke Kabupaten Jawa Tengah.
“Karena ada kemungkinan dari arah lain selain Cipasung, makanya kita bentuk dua posko siaga. Satu disini (depan gedung kecamatan Subang), satu lagi ada di Desa Tangkolo,” ujarnya saat ditemui di posko siaga Kamis (2/4/2020) sore.
Menurutnya, sejak awal posko yang didirikannya merupakan check point agar bisa dilakukan tracking dan pendataan, serta pencegahan penyebaran covid-19 melalui pengecekan suhu tubuh menggunakan termo-gun dan penyemprotan disinfektan.
“Semua dilakukan terutama pada pendatang dari luar kota. Selain kita lakukan pendeteksian dini, kita juga lakukan edukasi agar menerapkan pola hidup sehat, sering mencuci tangan, membatasi interaksi, dan karantina mandiri,” terangnya lebih lanjut.
Posko siaga sendiri, saat ini diikuti semua desa di kecamatan tersebut. Hal tersebut sesuai edaran yang diintruksikan bupati. Dijelaskan Indra, sudah seminggu belakangan ini, jumlah pendatang atau pemudik yang terdata sudah lebih dari 500.
Trend mudik sendiri, diakuinya sudah menurun terutama setelah pembatasan di kota besar diperketat. “Sebenarnya sangat dinamis perharinya. Tapi memang jadwal keberangkatan travel biasanya pendatang banyak, hari Rabu ke Kamis,dan Minggu ke Senin. Biasanya kan mereka jemout pagi pulang dari kota sore” imbuhnya.
Jadwal ketibaan mereka di sekitar wilayah Subang biasanya cukup larut malam. Sekitar jam 12 hingga subuh. Meski bergitu pada siang haripun, beberapa kendaraan datang dan posko tetap 24 jam.
Alur bagi para pendatang sendiri cukup sederhana. Mobil hanya cukup berhenti di lapangan. Para penumpang semuanya menunggu di luar dan melakukan pendataan. Juga dilakukan pemeriksaan suhu badan dan penyemprotan disinfektan. Penyemprotan disinfektan paling utama dilakukan pada kendaraan.
“Kita sudah usahakan secara optimal. Tapi kita memang akui hal paling sulit adalah memaksakan kesadaran. Karena banyak orang yang harusnya isolasi mandiri, malah berkeliaran. Lalu kita agak sulit dan dilematis perihal kegiatan keagamaan. Karena kan kita di lapangan tidak mau refresip dan memaksakan. Kita inginnya semuanya memiliki kesadaran,” tuturnya.
Indra berpesan, meski kejadian wabah ini cepat meluas, dirinya meminta jangan panik pada masyarakat. Virus corona sendiri, harus disikapi secara bijaksana.
“Kalau ada yang pergi meninggalkan zona merah misalnya, ODP kan, baiknya terbuka aja, toh ini bukan Aib. Yang penting kita mengikuti arahan pemerintah dengan benar. Karena sangat penting agar tidak membuat keresahan di masyarakat,” ungkapnya. (eki)