SUBANG (MASS) – Desa Gunungaci Kecamatan Subang telah lama menjadi penghasil kopi. Namun meski sudah menjadi komoditi masyarakat, Kopi masih dikelola secara manual dan tradisional.
Cecep Kusnawan, salah satu warga Desa Gunungaci yang juga menjabat sebagai kaur keuangan mengungkapkan, masyarakat mulai mengenal olahan kopi dengan sistem klasifikasi beberapa tahun belakangan saja.
“Bahkan stek pun, peremajaan pohon, baru dicoba dan berhasil sekitar tahun 2010. Dan hasilnya cukup signifikan, karena mendongkrak hasil panen,” ujarnya pada kuninganmass.com, Jumat (11/10/2019) pagi.
Cecep menyebut, pengolahan kopi yang tepat, bisa menambah nilai jual kopi itu sendiri. Dengan demikian, petani kopi juga bisa lebih sejahtera.
“Apalagi saat ini kita juga sudah mengenal klasifikasi kopi, petik ceri (memetik buah kopi hanya yang sudah berwarna merah), harganya kan lain dengan petik yang campur-campur,” terangnya.
Saat ini, Cecep bahkan sudah membuat branding Kopi Gunungaci, sesuai dengan nama desanya.
“Sejak 2018 lah ini mulai bungkus sendiri, agar berdikari sendiri tidak selalu bergantung pada pengepul,” pungkas lelaki pemilik nomor kontak 085223510302 itu. (eki/trainee)