KUNINGAN (MASS)- Pasca dijengkuk oleh dua anggota DPRD Kuningan, kisah Kakek Kadma (77) warga RT 09 /02 Lingkungan Mukti Kelurahan Ciporang Kecamatan Kuningan yang hidup sebatangkara di sebuah gubuk di tengah kebun menjadi ramai diperbincangkan.
Banyak yang empati terhadap kehidupan kakek yang dihidup di gubuk tanpa listrik tersebut. Terlebih ia bercerita jarang makan nasi, tentu membuat banyak orang merasa iba. Dimanakah pemerintah ketika warganya hidup miskin?
kuninganmass.com sendiri menelusuri tentang kisah si kakek tersebut. Ternyat informasi dari pihak kelurahan bahwa si kakek sering dibantu oleh pemerintah. Bukan sekali tapi setiap bulan selalu menjadi prioritas.
“Kisah sebenarnya adalah kekek sering kita bantu. Bahkan dulu ia punya rumah gubuk kita berikan bantuan Rp5 juta untuk diperbaikan dan rumahnya menjadi bagus berkat swadaya,” jelas Lurah Ciporang Hj Ini Nuryani, Selasa (28/1/2020) mengawali cerita.
Namun ternyata atas desakan anaknya rumah itu ia jual dan uang digunakan oleh anaknya. Hasil penjualan rumah itu sebagian uang dibagunakan unutk membanguan rumah gubuk lagi. Karena kasihan pihak kelurahan memberikan bantuan melalui program rutilahu.
Tenyata lanjut Ini, diluar sepengatahuan Kakek Kadma rumah itu digadaikan ke perbankan oleh anak dan cucunya. Kakek Kadma baru mengetahui ketika datang dari pihak bank yang akan menyita rumah dan tanahnya.
Kejadian ini diketahui oleh pihak RT, karena kasihan maka oleh RT rumah dan bangun dibeli seharga Rp75 juta. Sedangkan hutang ke bank Rp40 juta.
Dikatakan, uang Rp35 juta tadinya ingin dijadikan rumah lagi oleh RT agar kasus pertama dan kedua tidak terulang lagi. Tapi, lagi-lagi anaknya tidak setuju dan uang tersebut diamblinya dan si kakek kembali tinggal di gubuk.
“Gubuk yang sekarang sebenarnya akan kami bantu lagi meski. kami kecewa dengan kejadian sebelumnaya,” jelas Ini.
Lurah yang menjabat sejak pertengahan Januari itu mengatakan, bukan masalah rumah, untuk makanan sering dibantu oleh Sekda Kuningan karena bertetagga.
Begitu juga oleh pihak Baznas Kuningan. Bahkan jatah bantuan untuk beras dan telur dari pemerintah pun rutin dilakukan.
“Kalau mau jujur ketika dikasih bantuan dari Baznas yakni makanan. Ia tidak mau dan menolak dengan alasan ingin uangnya. Tetangganya pun sudah sering membantu makanan tapi jarang di makan. Dengan kejadian itu warga sekitar sudah tidak bersimpatik lagi,” tandas lurah lagi.
Ia berharap masyarakat memahami dan mengetahui permasalahan yang sebenarnya. Beberapa kali pihak kelurahan memberikan masukan kepada anak dan cucu tapi mereka tidak pernah menggubris. Meski sudah beberapa kali mengecewakan, namun akan dibantu lagi.
“Dalam waktu dekat akan ada pemasangan listrik dan juga perbaikan rumah. Sekali lagi dengan adanya klarifikasi ini semua menjadi paham bahwa pemerintah sudaha membantu secara maksimal,” pungkasnya. (agus)