KUNINGAN (MASS) – Sebagai masjid yang mendapatkan penghargaan masjid percontohan nasional, Masjid Jogokarian Yogyakarta jadi incaran studi banding sejumlah pengurus masjid. Salah satunya pengurus DKM Masjid Al Ashri Perum Alam Asri Kuningan.
Sedikitnya 18 orang pengurus dan jamaah Masjid Al Ashri yang berangkat ke Jogja. Disamping ingin melihat secara langsung keadaan masjid, mereka pun menggali pelajaran bagaimana manajemen masjid di Jogokarian itu.
“Kami sudah sampai di masjid ini sejak Jumat malam. Sebelumnya kami silaturahim dulu kepada Habib Quraisy Baharun di Ponpes As Shidqu Sampora Cilimus,” ujar Pimpinan Rombongan, Ustad Yogi Tyandaru, Sabtu (15/6/2019).
Di tempat tujuan, rombongan disambut oleh perwakilan takmir Masjid Jogokarian, Ustadz Rosidi. Tidak saja dari Kuningan, Masjid Jogokarian juga kedatangan tamu dari takmir masjid di Depok dan Demak.
Kepada para tamu, Ustadz Rosidi mengungkapkan sejarah singkat berdirinya Masjid Jogokarian yang sejatinya diangkat dari nama kampung Jogokarian. Berdiri 1966 dan mulai digunakan pada 1967.
“Semula, kampung Jogokarian ini merupakan basis PKI. Betul-betul awam dalam beragama. Jauh dari nuansa religius. Untuk bisa menjadi seperti sekarang, takmir masjid membutuhkan waktu 50 tahun, sehingga takmir memiliki visi sebagai “pegawai Allah” dan secara totalitas melayani seluruh kepentingan jamaah,” tutur Ustadz Rosidi.
Ia menceritakan, Jogokarian aslinya kampung abangan. Sebelum ada masjid, ada lapangan semi yang biasa digelar ketoprak, semacam seni pentas drama tradisional yang dibina oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), salah satu organisasi underbouw PKI.
“Semangatnya adalah mengembalikan warga ke Mesjid. Door to door mengajak warga ke mesjid. Jauh dari kehidupan religius. Setelah berkhidmat lama untuk jamaah, pada 2016 mendapat penghargaan sebagai masjid percontohan nasional,” ujarnya.
Setiap tahun, ungkap Rosidi, ada sekitar 13-18 ada program bedah rumah jamaah. Bahkan, dalam waktu dekat takmir masjid Jogokarian akan membangun rumah warga yang dihuni 4 kepala keluarga. Lantai satu akan digunakan untuk usaha, sementara lantai dua akan digunakan untuk hunian bagi empat KK tersebut.
“Yang penting bagaimana jamaah senang datang dan sholat berjamaah di masjid. Sebuah masjid disebut makmur bila orang-orang senang dan betah berlama-lama di masjid. Masjid yang makmur, karena kemanfaatan dan keberkahannya. Indikator penting kemakmuran mesjid adalah seberapa banyak jamaah sholat shubuh,” tambahnya.
Apa yang harus dilakukan agar masjid jadi makmur? Menurut Rosidi, yang pertama dilakukan adalah merubah mindset para takmir bahwa masjid seluruhnya adalah milik Allah ta’ala. Tidak boleh ada makhluk yang memosisikan dirinya sebagai penguasa masjid.
“Kami sebagai takmir sejatinya adalah pegawai Allah yang mengurus rumah-Nya di muka bumi. Mengurus masjid itu bukan sambilan, atau sekedar aktifitas sosial kemasyarakatan. Ini aktifitas yang memerlukan totalitas. Kalau kita bekerja pada Allah, Allah akan menggaji kita dengan maksimal. Sedang bila kita bekerja pada manusia, maka manusia akan menggaji kita dengan minimal. Allah yang akan mencukupi anggaran yang dibutuhkan pegawai-Nya, dalam mengurus rumah-Nya,” papar pria yang telah 10 tahun berkhidmat sebagai takmir Masjid yang masyhur itu.
Lebih lanjut Ustad Rosidi menekankan bahwa masjid itu mesti memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat, bukan menjadi beban masyarakat.
“Takmir masjid itu adalah pelayan jamaah, khadimu dhuyufullah, takmir bukan penguasa masjid,” tegasnya.
Selaku ketua rombongan pengurus dan jamaah Masjid Al-Ashri, Yogi Tyandaru mengungkapkan rasa syukurnya bisa datang ke Masjid Jogokarian dan belajar banyak tentang manajemen masjid sehingga sesuai dengan fungsi aslinya. Tidak saja sebagai pusat peribadahan tetapi juga menjadi pusat pemberdayaan ummat baik dari aspek pendidikan, sosial dan ekonomi.
“Sejak Nabi saw mendirikan Masjid Quba di Madinah, fungsi masjid itu sebagai pusat pengembangan peradaban ummat. Masjid menjadi pusat budaya dan ilmu pengetahuan,” tandas Yogi yang juga Direktur Utama Fajar Toserba Kuningan itu. (deden)