KUNINGAN (MASS) – Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kuningan Dr Elon Charlan menjawab tudingan dan kritikan yang tertuju padanya soal naiknya angka pengangguran.
Elon, menjawab hal itu beberapa waktu belakangan dengan pertanyaan mendasar. Apakah pengangguran itu hanya dosa dari Dinas Tenaga Kerja ?
Pertanyaan itu, dirasanya sangat logis. Apalagi, dirinya merasa dalam beberapa bulan masa kerjanya ini, sudah bergerak cepat. Meski tentu, ada peninggalan-peninggalan dari kadis sebelumnya yang kadung berjalan.
Elon sendiri, secara rinci bercerita tentang kondisi Disnaker saat ini. Beberapa pejabat penting sampai tingkat sekdis, saat ini menuju pensiun di tahun 2023. Belum lagi para kasi yang berubah jadi fungsional. Pengangkatan formal ASN, membutuhkan waktu lama.
“Soal instruktur, jumlahnya tidak memadai. Keahliannya juga banyak yang tidak relevan lagi dengan kebutuhan saat ini,” ujarnya mengawali.
Singkat cerita, lanjut Elon, atas koordinasi dengan Bupati dirinya mengajukan revitalisasi swasta. Dinas tenaga kerja, memutuskan berkolaborasi dengan swasta.
“Makanya waktu itu, kita boyong 30 HRD ke Kuningan untuk memberikan lapangan pekerjaan,” sebutnya.
HRD perusahaan itu, nantinya bebas menseleksi, melatih hingga memutuskan siapa yang diterima bekerja sesuai kebutuhan. Disnaker, kata Elon, memfasilitasi pencari kerja.
Selain itu, Disnaker juga membuka seluas-luasnya pasar kerja melalui website yang tersedia. Pencari kerja nantinya bisa memilih pekerjaan darisana. Namun kembali lagi, yang menentukan nantinya adalah perusahaan. Disnaker hanya fasilitator.
Namun dari pengalamannya baru-baru ini, saat dibutuhkan 20 pekerja dari salah satu perushaaan, 50 pelamar melalui Disnaker Kuningan tidak ada yang lolos 10 orang oun untuk passing grade. Untuk masuk pelatihan dan nanti dipekerjakan.
“Ternyata banyak yang tidak lolos itu dari karakter. Soal disiplin rendah, kejujuran dan etos kerja. Terus itu salah siapa ? Simpulkan sendiri,” sebutnya sembari hanya diam, saat ditanya apalah artinya pendidikan di Kuningan tidak relevan dengan dunia kerja saat ini.
Prihatinnya, yang tidak lolos itu bahkan belum test skill ataupun pengetahuan.
Selain itu, pihak Disnaker juga kata Elon sudah sudah bekerja sama dengan 14 perusahaan di Jepang untuk training selama 3 tahun. Training disana, secara penghasilan sudah lebih tinggi daripada gaji di Kuningan bahkan di Indonesia.
“Tapi apa kata orang Kuningan ? Mending bayar 25 juta jadi THL di Kunjngan daripada ke Jepang. Salah siapa ? Jadi kalo ada yang bilang harus link and match, ya justru kita lebih dahulu lapangan kerjanya sebelum pelatihan,” ujar Elon menggebu-gebu.
Sebelumnya, BPS Jawa Barat merilis data pengangguran di Kuningan yangbternyata masuk 5 besar di Jawa Bara. Hal itu, selain mengundang komentar dari aktifis, juga membuat wabup Edo angkat bicara. (eki)
Jaber
29 Maret 2022 at 15:56
Harus nya semua steak holder mencari solusi yang tepat untuk kabupaten Kuningan dari berbagai tingkatan.untuk mengatasinya.jng sampai saling salahkan dari membuat tata ruang dan mencari investor..bisa jadi wilayah timur untuk industri.. dikarenakan akses jln menuju tol.. dekat.. DPRD juga harus proaktif.. sumber daya manusia bagus tapi lapangan kerja minim itu menciptakan ketidakpastian dan ketidakseimbangan