KUNINGAN (MASS) – Deklarasi para mahasiswi cantik yang untuk mendukung salah satu pasangan calon menuai pro kontra. Satu reaksi kontra datang dari Ketua Dewan Pimpinan Komisariat GMNI STKIP Muhammadiyah Kuningan, Adi Fauzi.
“Sungguh ironis sekali rasanya yang saya saksikan di tahun politik ini, yang biasanya mahasiswa mengkritisi kebijakan pemerintah malah terjerembab dalam dunia perpolitikan yang sangat berbahaya,” ujar Adi dengan nada geram, Jumat (20/4/2018).
Menurutnya, para mahasiswi tersebut seolah-olah lupa terhadap apa yang seharusnya diperjuangkan. Idealisme mahasiswa terkesan dilacurkan dan dilupakan begitu saja hanya untuk kepentingan sesaat.
Beberapa hari lalu, sejumlah mahasiswi mencanangkan gerakan bernama Gerimis (Gerakan Mahasiswa Sentosa). Mereka terdiri dari berbagai kampus di Kuningan seperti STIKKu, Unisa dan Uniku. Deklarasi tersebut dilancarkan di Cafe Nangkring Jl Aruji No 20 Kuningan dengan memakai kaos bertuliskan slogan #2018GantiBupati.
Adi Fauzi menilainya sebagai sebuah perilaku yang tidak beretika selaku mahasiswa ataupun mahasiswi. “Sejatinya seorang Mahasiswa/i itu adalah kalangan intelektual dan terlepas dari kepentingan. Baik itu kepentingan penguasa apalagi hanya sekedar bakal calon legislatif. Mestinya sebagai mahasiswa tidak boleh terlibat dalam politik praktis, apalagi hanya sebagai ekor saja, miris sekali rasanya,” ketus Adi.
Dia menegaskan, civitas akademika bukanlah lumbung untuk berpolitik. Dunia kampus haruslah bersih dari segala kepentingan elit politik alias bersifat independen. Adi meminta agar jangan sampai mencoreng nama baik mahasiswa.
“Jika mahasiswa yang mudah dengan melacurkan idealismenya maka fungsi mahasiswa sebagai moral of control, agent of change, social of control dan iron stok hanyalah slogan masa lalu,” tandasnya. (argi)