Connect with us

Hi, what are you looking for?

Kuningan Mass

Health

Mengenal Lebih Dekat Apa Itu Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif

Sumber foto : Ilustrasi ginjal. Shutterstock

KUNINGAN (MASS) – Gagal ginjal akut atau dikenal dengan Acut Kidney Injury merupakan kondisi terjadinya penurunan fungsi ginjal secara cepat dan tiba – tiba.

Indikator utama yang menandakan kondisi ini adalah terjadinya peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau konsentrasi BUN disertai penurunan atau tidak adanya produksi urin.

Saat ini terjadi perubahan terminologi Gagal Ginjal Akut (GGA) menjadi Acut Kidney Injury (AKI). Perubahan ini memiliki tujuan agar deteksi dini dan intervensi bisa dilakukan secara cepat.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dalam AKI, bisa ditinjau dari spektrum klinis yang luas, mulai dari perubahan minor fungsi ginjal sampai dengan keadaan yang memerlukan Terapi Pengganti Ginjal (TPG).

Menurut Kemenkes RI (2022), perubahan konsep ini terjadi karena telah ditemukan bukti bahwa adanya perubahan kecil dalam fungsi ginjal berakibat serius dalam jangka panjang. Adapun intervensi dini perlu dilakukan untuk memperbaiki luaran dan prognosis.

Menurut Kemenkes RI (2022), laporan insidens AKI pada komunitas dibelahan dunia tercatat 0,5 – 0,9 %. Sedangkan insidens AKI, untuk pasien yang dirawat di rumah sakit tercatat 0,7 – 18 % dan pasien yang dirawat di unit perawatan intensif (ICU) tercatat sampai 20 %.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Adapun angka kematian yang dilaporkan dari seluruh dunia berkisar antara 25 – 80 %. Ditenggarai adanya kemajuan dalam emergensi biomarker mampu mendiagnosis dan staging AKI sehingga bisa menginformasikan tentang mekanisme dan jalur dari AKI. Namun, proses ini belum bisa menjelaskan peningkatan mortalitas dan morbiditas pada pasien rawat inap.

Oleh karenanya, telah ditingkatkan perkembangan deteksi dini dan manajemen AKI melalui pengembangan definisi universal dan spektrum staging. Cedera AKI berubah yang awalnya kategori kurang parah menjadi staging severe injury.

AKI bukanlah penyakit primer melainkan penyakit yang diakibatkan oleh penyakit lain yang mendasarinya. Pada kelompok usia anak – anak, penyakit yang mendasari AKI ini tentunya beragam.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Syok karena infeksi dengue, kelainan kongenital ginjal dan saluran perkemihan yang berat serta diare dengan dehidrasi merupakan kasus penyakit yang mendasari AKI pada kelompok balita di komunitas.

Sedangkan penyakit ginjal seperti glomerulonefritis akut merupakan kasus penyakit yang mendasari AKI pada kelompok anak yang lebih besar sampai remaja di komunitas.

Gambaran pasien anak yang menderita AKI ini menunjukan kesamaan gejala prodromal seperti demam, gejala saluran napas dan saluran pencernaan. Hal ini menunjukan adanya dugaan infeksi di awal yang berlanjut kepada komplikasi AKI. Proses infeksi yang terjadi melibatkan mekanisme imunologi yang kompleks dan beragam tergantung kepada faktor agent, host dan lingkungan.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Kemiripan lain dari profil kasus yang dilaporkan adalah ditemukannya antibodi SARS-CoV-2 positif pada mayoritas pasien yang belum memperoleh vaksinasi COVID-19 sebelumnya serta tidak pernah diketahui menderita infeksi COVID-19 baik yang memiliki gejala ringan maupun yang tidak bergejala.

Oleh karena itu, selain patogen umum yang telah diketahui memiliki tropisme di ginjal, diduga kemungkinan mengenai infeksi SARS CoV-2 sebagai patogen khusus yang menyebabkan AKI, maupun reaksi hiperinflamasi pasca infeksi SARS-CoV-2 pada pasien anak pasca COVID19 yang dikenal sebagai Multisystem Inflammatory In Children (MIS-C).

Tanda dan gejala COVID-19 seperti demam, batuk serta diare. Umumnya sebagian besar pasien yang terkena COVID -19 ini bergejala ringan. Namun dilaporkan sepertiga kasusnya mempunyai gejala berat dengan beberapa komplikasi seperti syok septik, Acute Respiratory Distress Syndrome, AKI dan kematian.

Advertisement. Scroll to continue reading.

AKI terjadi pada sekitar 0,5 – 33,9 % penderita COVID-19. Multisystem Inflammatory Syndrome (MIS-C) ini merupakan kejadian yang jarang terjadi pasca COVID-19. AKI ini bisa terjadi pada pasien Multisystem Inflammatory Syndrome (MIS-C) sekitar 25 – 33 %.

Berdasarkan laporan IDAI (Ikatan Dokter Indonesia) pada bulan September 2022 ini dilaporkan 74 kasus Acute Kidney Injury Progressive Atypical. Sebagian besar ditemukan pada anak laki – laki dengan usia dibawah 6 tahun tanpa riwayat komorbid. Perjalanan kasus tersebut tidak seperti AKI lazimnya terjadi pada anak usia dibawah 6 tahun serta progresifitasnya termasuk cepat. Oleh karenanya membutuhkan intervensi segera.***

Penulis : Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep (Dosen Departemen Keperawatan Anak STIKes Kuningan)

Advertisement. Scroll to continue reading.
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement
Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement

You May Also Like

Health

KUNINGAN (MASS) – Akhir bulan November lalu, civitas akademik Program Studi S1 Keperawatan STIKes Kuningan menggelar pengabdian masyarakat melalui penyuluhan kesehatan yang mengusung tema...

Advertisement