KUNINGAN (MASS) – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam PMII, menggelar diskusi yang diikuti para pengurus dan utusan cabang, Senin (4/7/2022) kemarin.
Dalam diskusi tersebut, dibahas beberapa hal yang kemudian merembet pada kondisi Kabupaten Kuningan saat ini, yang dianggap “paradoks” dari berbagai hal.
Hal itu, dikatakan Ketua Umum PC PMII Kuningan Evi Novianti, membeberkan hasil diskusi.
“Kuningan MAJU (Makmur Agamis Pinunjul), alih-alih ‘makmur’ malah dapat sematan miskin ekstrem, ‘agamis’ juga tidak jelas ukurannya, lalu ‘pinunjul’ alias unggul, tidak jelas kriteria dan indikatornya,” tuturnya.
Selain itu, PMII juga mempertanyakan deklarasi Kuningan sebagai beberapa julukan kabupaten. Mulai dari kabupaten pendidikan, kabupaten angklung, kabupaten konservasi dan kabupaten lainnya yang dianggap bias mulai dari definisi, kriteria dan indikator, serta strategi dan tahapan menuju ‘julukan’ tersebut.
“Padahal, kejelasan rumusan tersebut akan memberi kemudahan bagi seluruh warga, termasuk mahasiswa. Oleh karena itu, PMII senagai organisasi mahasiswa, menuntut kejelasan konsep-konsep yang memiliki nilai arti luhur tersebut. PMII ingin bersinergi sesuai kapasitas,” tuturnya.
Jika dikomparasikan dengan capaian pembangunan kabupaten/kota lain di Jawa Barat, lanjut Evi, Kuningan justru belum memiliki capaian yang lebih.
Sektor pendidikan misalnya, dari data BPS tahun 2020, lama sekolah warga Kuningan usia 15 tahun keatas mencapai 7,57 tahun. Artinya, rata-rata pendidikan masih sampai kelas 1 -2 SLTP.
Dan itu, lanjut Evi, masih di bawah capaian rata-rata lama sekolah Jawa Barat yang mencapai 8,55 tahun. Rata-rata lama sekolah usia diatas 15 tahun di Kuningan juga masih lebih rendah dari rata-rata Jawa Barat.
Rata-rata lama sekolah ini, ukuran melihat lamanya penduduk mengenyam pendidikan formal.
PMII juga membeberkan data soal Angka Partisipasi Murni (APM) atau daya serap penduduk di setiap jenjang pendidikan. APM sekolah dasar di Kuningan mencapai 95,21.
Sedangkan, APM SLTP nya 79,9 dan APM SLTA adalah 64,73. Angka itu, kata Evi belum sebanding dengan titel atau julukan Kabupaten Pendidikan.
“Sekali lagi, PMII Kuningan sebagai bagian dari komponen masyarakat, kami ingin berkontribusi. Makanya, tolong konsep-konsep hebatnya itu diperjelas, agar kami bisa berjalan bersama-sama membangun Kuningan,” tuturnya. (eki)