PENGERTIAN PRODUK REGIONAL BRUTO (PDRB)
(Syahrullah Dio, 2012). Semua barang dan jenis jasa sebagai hasil dari hasil kegiatan-kegiatan perekonomian yang aktifsuatu diwilayah domestik tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut, ialah jenis produk domestik yang bersangkutan pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut merupakan pendapatan domestik. Yang di maksud dengan wilayah domestik suatu daerah adalah meliputi daratan dan lautan yang berada dalam garis geografis daerah tersebut. Wilayah administrasi suatu pemerintah dengan tingkat I, tingkat II, dan desa merupakan wilayah domestik propinsi, kabupaten/kota, dan desa.
PENGERTIAN JUMLAH PENDUDUK
(Persaulian et al., 2013). Jumlah penduduk adalah semua orang yang sah yang tinggal suatu daerah atau Wilayah serta menuruti semua aturandan ketentuan-ketentuan dari daerah atau Wilayah tersebut. Besarnya Pendapatan Asli Daerah dapat dipengaruhi oleh jumlah penduduk, jika jumlah penduduk Meningkat maka pendapatan yang ditarik juga akan meningkat (Nurul Badriyah, 2001). Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan di suatu wilayah.
Menurut, Population Reference Bureau (Nurhayati & Rahman, 2003). Jumlah penduduk memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi.Penduduk merupakan sejumlah manusia yang menempati suatu daerah tertentu pada waktu tertentu. Jumlah penduduk biasanya dikaitkan dengan pertumbuhan (incomeper capita) wilayah tersebut, yang secara kasar mencerminkan kemajuan perekonomian wilayah tersebut.
Kesejahteraan Keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dengan terpenuhinya semua kebutuhan fisik materil, mental spiritual dan sosial, yang memungkinkan keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkn anak-anak tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang mantap dan matang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam sebuah keluarga untuk memenuhi kebutuhan erat dengan besaran pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan dan dikeluarkan sebagai bentuk konsumsi untuk mencapai kesejahteraan. Sebagaimana penelitian oleh Wagle, menyatakan :
“Income and consumption are straightforward and extremely useful measures of economic welfare, as they capture the means by which individuals and households can achieve human well-being. Income and consumption tend to highly correlate with each other because consumption derives from income and income is essential for consumption.”
Dapat diartikan bahwa pendapatan dan konsumsi merupakan variabel sederhana yang menentukan kesejahteraan, karena baik secara individu maupun rumah tangga dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Konsumsi keluarga merupakan salah satu kegiatan ekonomi keluarga untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Dari komoditi yang dikonsumsi keluarga akan mempunyai kepuasan tersendiri. Oleh sebab itu, konsumsi dijadikan salah satu indikator kesejahteraan keluarga.
Sebagaimana penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ndakularak dkk (2012:152), menyatakan bahwa pengeluaran rumah tangga untuk makanan, pendidikan dan kesehatan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.
Dalam kegiatan konsumsi setiap keluarga memiliki jenis pengeluaran yang berbeda. Perbedaan pola konsumsi pada setiap keluarga dijadikan sebagai beban atau tanggungan dalam memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, sehingga dijadikan sebagai ukuran tercapainya kesejahteraan keluarga secara merata dan utuh.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Pangaribowo (2014:223):
“Household consumption patterns are considered to be among the most reliable indicators of the economic development and public welfare of a country”.
Dapat diartikan bahwa pola komsumsi rumah tangga dianggap sebagai salah satu indikator pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat suatu Negara. Untuk mengetahui konsumsi rumah tangga digunakan proporsi pola konsumsi. Manajemen keluarga dengan pengelolahan pola konsumsi tidak hanya berperan dalam menilai kesejahteraan keluarga tetapi secara ekstrenal sebagai tolak ukur pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Negara, karena setiap keluarga tidak ada yang memiliki cara dan jumlah pengeluaran yang sama. Berdasarkan pengaruh konsumsi terhadap kesejahteraan keluarga dapat dilihat dari pola konsumsi keluarga.
KONDISI KONSUMSI DI KABUPATEN KUNINGAN
Berikut adalah data pendapatan perkapita, PDRB, jumlah penduduk dan konsumsi di Kabupaten Kuningan dalam beberapa tahun kebelakang.
Tabel 1.
Pendapatan Perkapita, PDRB dan Konsumsi Penduduk Kabupaten Kuningan
Tahun 2014 s.d. 2018 Tahun | Pendapatan perkapita (Juta Rp) | Nilai PDRB (Miliar Rp) | Jumlah penduduk (000 org) | Konsumsi Per Kapita (Juta Rp) | Persentase Konsumsi terhadap Pendapatan |
(1) | (2) | (3) | (4) | (5) | (6) |
2014 | 15,00 | 14.998,96 | 1.049 | 13,03 | 86,84 |
2015 | 16,99 | 16.986,67 | 1.055 | 14,39 | 84,71 |
2016 | 18,56 | 18.563,29 | 1.062 | 15,68 | 84,49 |
2017 | 20,45 | 20.447,24 | 1.068 | 16,86 | 82,43 |
2018 | 22,75 | 22.753,45 | 1.074 | 18,12 | 79,65 |
Tabel 2.
Pertumbuhan Pendapatan Perkapita, PDRB dan Konsumsi Penduduk
Kabupaten Kuningan Tahun 2014 s.d. 2018 Tahun | Pendapatan perkapita (Juta Rp) | Nilai PDRB (Miliar Rp) | Jumlah penduduk (000 org) | Konsumsi Per Kapita (Juta Rp) | Persentase Konsumsi terhadap Pendapatan |
(1) | (2) | (3) | (4) | (5) | (6) |
2014 | – | – | – | – | – |
2015 | 13,25 | 13,25 | 0,61 | 10,48 | -2,45 |
2016 | 9,28 | 9,28 | 0,61 | 8,99 | -0,27 |
2017 | 10,15 | 10,15 | 0,59 | 7,47 | -2,43 |
2018 | 11,28 | 11,28 | 0,58 | 7,52 | -3,38 |
Apabila melihat tabel 1 maka akan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kesejahteraan di Kabupaten Kuningan secara kuantitas terus meningkat. Hal ini mempunyai arti bahwa antara tahun 2014-2018 produktifitas produksi mengalami peningkatan. Namun bila dilihat kualitasnya (persentase pertumbuhannya) maka konsumsi perkapita penduduk persentase kenaikannya cenderung mengalami penurunan (lihat tabel 2 kolom 5).
Dengan kondisi tersebut terlihat bahwa terdapat penurunan tingkat kualitas kesejateraan dalam 5 tahun terakhir. Artinya peningkatan produksi penduduk yang diwakili oleh pertumbuhan nilai PDRB Kabupaten Kuningan masih dipengaruhi juga oleh pertumbuhan penduduknya, hal ini menyebabkan persentase pertumbuhan PDRB cenderung mengalami penurunan dalam hal konsumsi per kapita penduduknya.
Langkah – langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas konsumsi rumahtangga tersebut adalah :
- Mengoptimalkan sumber-sumber daya pembangunan yang tersedia.
- Optimalisasi peran Dana Desa untuk membuka lapangan pekerjaaan untuk penduduk dengan pendidikan SLTP atau lebih rendah.
- Di Kabupaten Kuningan yang mayoritas penduduk bergerak pada sector-sektor pertanian dan pariwisata seharusnya diberi pelatihan dan penyuluhan tentang diverisifikasi produk pertanian sehingga produksi pertanian menjadi semakin lebih baik lagi.
- Diversifikasi produksi pertanian agar berkualitas ekspor.
- Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia sehingga kedepanya dapat bersaing dalam menghadapi pasar global.
- Memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan teknologi sebagai sarana memperkenalkan potensi yang ada di Kabupaten Kuningan kepada dunia luar.
- Memberikan peluang investasi bagi para investor diluar Kabupaten Kuningan.
Penulis : Yusuf Hary Setyadi, A.Md / BPS Kabupaten Kuningan
Statistisi Pelaksana / NIP. 198802122011011004
DAFTAR PUSTAKA
Rosyidi, Suherman, 2004,’ Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro’, Edisi Baru Cetakan keenam, PT. Raja Grafindo Perseda, Jakarta.
Mankiw, N. Gregory, 2003, ‘Principles Of Economic: Pengantar Ekonomi Makro’, Edisi-4, Salemba Empat, Jakarta.
Nanga, Muana, 2005, ‘Makro Ekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan’, Edisi Kedua, Raja Grafindo Perseda, Jakarta.
Nababan, septia s. . (2013). Pendapatan Dan Jumlah Tanggungan Pengaruhnya Terhadap Pola Konsumsi Pns Dan Dosen Dan Tenaga Kependidikan Pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Sam RatulangI. ISSN 2303-1174, 1(4), 2130–2141.
Syahrullah Dio. (2012). Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pendidikan, Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Banten Tahun 2009-20112. Jurnal Emba.
Persaulian, B., Aimon, H., & Anis, A. (2013). Analisis Konsumsi Masyarakat. Jurnal Kajian Ekonomi, I(2), 1–23.
Nurhayati, Siti Fatimah, & Rahman, M. (2003). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fungsi Konsumsi Masyarakat Di Provinsi Jawa Tengah Pada Tahun 2000.
Ndakularak, Erwin.Seyiawina dkk.2011.Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga.Sumatera Utara:Universitas Sumatera Utara. Dalam Jurnal Info Kesejahteraan Masyarakat, Volume 10 No. 02 Hal. 133-141