TANGGERANG (MASS) – Mengawali kepengurusan baru, Ikatan Pemuda Pelajar dan Mahasiswa Kuningan (IPPMK) Jadetabek mengadakan upgrading.
Kegiatan upgrading IPPMK Jadetabek sendiri diselenggarakan setelah acara pelantikan di Gedung DPRD Kota Tangerang Selatan, Sabtu (1/6/2024) kemarin.
Dalam upgrading itu dibahas beberapa materi mengenai kepemimpinan dan keorganisasian, yang disampaikan oleh narasumber Alfath Hidayatullah dan Raga Anugerah Sugema.
Bertepatan dengan hari lahir Pancasila, narasumber Alfath Hidayatullah menyampaikan implementasi kepemimpinan yang sesuai dengan 5 sila Pancasila.
“Dalam sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, seorang pemimpin harus punya integritas dan kenormalan spiritual untuk memberikan contoh dan teladan kepada anggotanya untuk bisa menghormati perbedaan individu, perbedaan agama, dan lain-lain,” ujarnya.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dijelaskan oleh Alfath bahwa seorang pemimpin tidak boleh mempunyai sifat diskriminatif, seorang pemimpin harus membuat semua anggota sama rata.
Selanjutnya dalam sila kegita, mengenai Persatuan Indonesia, dimana seorang pemimpin harus mempunyai cara untuk meminimalisir konflik yang dapat memecah belah individua tau organisasi.
“Dalam sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpim oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, implementasi dalam sebuah organisasi ialah segala keputusan dalam organisasi harus melalui musyawarah dalam mufakat,” ujarnya.
“Dan yang terakhir, sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, ibaratkan ketika satu minum teh, maka semua harus minum teh. Ketika satu minum air putih, maka semua minum air putih. Jika ada satu yang tidak minum, maka artinya organisasi tersebut tidak makmur,” sambungnya.
Adapun soal keorganisasian, narasumber Raga Anugerah Sugema mengawali paparannya dengan definisi dari organisasi itu sendiri.
Mengutip dari Max Weber, Raga menyampaikan bahwa organisasi ialah sekumpulan orang yang saling bekerja sama satu sama lain untuk tujuan kelompok dan terdapat pembagian kerja dan hierarki.
“Ketika masuk organisasi, pasti semua orang mempunyai tujuannya masing-masing. Selain mempunyai tujuan pribadi, organisasi juga mempunyai tujuan yang kolektif. Bentuk bakti untuk mencapai tujuan organisasi, salah satunya dengan ikut menjalankan program kerja itu,” tuturnya.
Terkait urgensi Pancasila dalam organisasi, Raga menuturkan mengenai asas tunggal Pancasila pada masa Orde Baru.
“Asas tunggal Pancasila itu masa dimana pemerintahan mensyaratkan organisasi itu dasarnya harus Pancasila. Apabila tidak mencantumkan Pancasila, itu akan menjadi kesalahan bagi organisasi pada masa itu. Di masa itu juga, ada namanya NKK/BKK, yang merupakan singkatan dari Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinator Kemahasiswaan, yang tugasnya memantau organisasi-organisasi, seperti dema, hmps, ekstra, yang apabila mengadakan diskusi harus sesuai dengan Pancasila,” ujarnya.
Selanjutnya, Raga juga menyampaikan bahwa Pancasila itu tidak boleh dilihat sebagai Ideologi tunggal. Ia mengutip Soekarno, yang juga bilang bahwa dalam teori organisasi itu ada yang namanya ideologi, ada yang namanya meta ideologi.
“Ideologi itu ialah ide-ide yang kita percayai bahwa ide itu baik dan benar, dan karena ide itu, kita bergerak dan berjuang. Sementara, Meta ideologi ialah pandangan hidup yang mendasari ideologi tersebut. Nilai dan filosofis itu masuk kedalam meta ideologi,” jelasnya.
Di akhir, Raga membahas mengenai organisasi, magang dan volunteer. Ia menyampaikan bahwa meskipun organisasi, magang dan volunteer adalah tiga hal yang berbeda, tetapi ini juga merupakan tiga hal yang beririsan satu sama lain. (eki)